Berita  

Adek-adek SD Ini Setiap Hari ‘Melangkahi Maut’ untuk Sampai Sekolah

anak%2Bsekolah%2Bseberang%2Bsungai%2Bberangkat%2Bke%2Bsekolah
Zulkarnaen Siregar menyeberangkan anak-anak melewat sungai untuk ke
sekolah setiap hari Desa Ulu Mahuam, Kecamatan Silangkitang, Kabupaten
Labuhanbatu Selatan, Sumatera Utara, pada Selasa, 2 Mei 2017. (VIVA.co.id/Putra Nasution)

LABUHANBATU SELATAN-SUMUT, SriwijayaAktual.com – Bocah-bocah sekolah dasar di sebuah
desa Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Sumatera Utara (Sumut), menjalani hari-hari
pergi dan pulang sekolah dengan cara tak mudah. Mereka harus lebih dulu
melangkahi ancaman maut untuk sampai ke sekolah. Begitu juga pulangnya.
Anak-anak Desa Ulu Mahuam, Kecamatan Silangkitang, itu tinggal di
wilayah yang kanan-kirinya bukit dan sungai. Sekolah mereka terletak di
seberangnya. Melewati bukit yang menanjak berarti menempuh jarak enam
kilometer. Berjalan. Tak ada angkutan umum.
Jarak yang lebih dekat ialah melewati kali, yaitu Sungai Mahuam.
Namun, tak ada jembatan yang menghubungkan desa mereka dengan tempat
sekolah. Perahu atau bahkan sekadar rakit pun tak ada.
Hanya ada seutas tambang sepanjang 15 meter yang membentang dari satu
tepi ke tepi lain sungai itu. Para pelajar harus berjalan di tengah
arus deras sungai dengan berpegangan pada tambang itu agar tak terseret.
Arus kian kencang jika musim hujan.
bocah bocah sd ini melangkahi maut untuk sampai sekolah 663 382
Ada seorang yang membantu menyeberangkan
bocah-bocah itu setiap hari; pergi dan pulang sekolah. Zulkarnaen
Siregar, namanya. Bapak dengan tujuh anak itu tanpa memungut bayaran
sepeser pun membantu menyeberangkan satu per satu anak-anak melewati
sungai.

Dia menggendong anak-anak itu dengan satu tangan memegangi si bocah
dan tangan lain mencengkeram tambang agar tak terpeleset atau terseret
arus.

“Kalau volume airnya meningkat karena musim hujan, ya, harus dibantu
supaya anak anak ini enggak terlambat ke sekolah. Tapi tiap hari juga
dibantu juga anak-anak sekolah itu,” kata Zulkarnaen ketika ditemui pada
Selasa pagi, (2 Mei 2017), dikutip dari viva.co.id.

Zulkarnaen berharap, pemerintah kabupaten membangunkan jembatan dan
jalan di desanya, terutama agar anak-anak itu lebih mudah ke sekolah.
Begitu juga dengan warga setempat yang mengandalkan jalur menyeberangi
sungai itu untuk ke desa seberang.

Sementara itu, Fatimah Hanum, kepala SDN 115501 Silangkitang, membenarkan sebagian
siswanya kerap terganggu mengikuti aktivitas belajar dan mengajar,
terutama mereka yang tinggal di kampung seberang. Tak jarang juga mereka
absen sekolah karena tak dapat menyeberangi sungai gara-gara volume air
terlalu tinggi dan arus terlalu kencang.

“Jadi, kadang mereka ketinggalan belajar. Kami berharap pemerintah
bisa memasang rambin (jembatan) supaya enggak mengganggu aktivitas
belajar siswa,” Tandas Fatimah. (*)