Amien Rais: Indonesia Bangsa ‘PEKOK’

Berita131 Dilihat
Ilustrasi/net
DI YOGYAKARTA, SriwijayaAktual.com – Ketua Dewan Kehormatan PAN, Amien Rais kembali menyoroti masalah undang-undang di Indonesia yang dianggap pro asing itu merugikan rakyat. Salah satunya adalah UU migas. Oleh karena itu, ia menyebutkan bangsa Indonesia adalah bangsa pekok (bodoh). Apa alasannya?


“Ini ada UU yang aneh dan ajaib. Bahwa gas alam di perut bumi Indonesia, itu boleh digunakan oleh bangsa sendiri setelah bangsa lain dicukupi kebutuhannya,” kata Amien saat mengisi ceramah di Masjid Muthohirin Yogyakarta, Kamis (10/5/2018) malam.


Menurutnya, kebijakan tersebut aneh. Sebab, kebutuhan dalam negeri dikorbankan hanya demi memenuhi kebutuhan negara lain, seperti Tiongkok, Taiwan, dan Singapura.

“Ini mesti bangsa pekok (bodoh),” sindirnya.


Akibat kebijakan tersebut, lanjut Amien, Pabrik Pupuk Iskandar Muda di Aceh berhenti beroperasi karena tidak mendapatkan suplai bahan bakar penggerak mesin. Padahal di dekatnya terdapat tambang gas alam.

“Ini sebuah keanehan yang tidak masuk akal. Itu (gas alam) berkontainer-berkontainer dibawa oleh truk dari koorporasi gas, sebelum dibawa ke China itu melewati (Pabrik) Pupuk Iskandar Muda,” ungkapnya.

“Jadi pabrik pupuk di Aceh itu kelenger, tidak bisa berfungsi karena gasnya yang hanya beberapa puluh kilometer dari (pabrik pupuk) itu dijual dulu ke China,” lanjutnya.

Selain UU migas, kata Amien, kasus Freeport menjadi contoh lainnya dari kebodohan bangsa Indonesia. Sebab, hasil tambang emas terbesar di dunia tersebut hanya sebagian kecil yang bisa dinikmati bangsa ini.

“Kita ini, karena bangsa jongos membuat sebuah kesepakatan kontrak karya itu,” ungkapnya.

“Tidak ada bangsa yang lebih pekok dari pada bangsa kita,” tandasnya.

Amien juga meminta umat Islam di Indonesia lebih berpartisipasi dalam perpolitikan nasional. Harapannya umat Islam di indonesia tidak terus tertinggal, baik dari segi ekonomi, politik dan segi lainnya.

“Umat Islam di Indonesia ini (88,5 persen dari jumlah penduduk), itu perlu punya partisipasi, punya hak menentukan negeri ini di dalam kekuasaan politik,” kata Amien.

Ia mengatakan, kini mayoritas umat Islam di Indonesia hanya bisa menjadi penonton. Penggerak ekonomi, pemegang kendali kekuasaan elit politik jarang dipegang kalangan umat Islam. Akibatnya, umat Islam di Indonesia semakin terpinggirkan.


“Sekarang ini jelas sekali umat Islam itu menjadi umat yang marginal, di pinggiran. Karena hampir semua kehidupan nasional tidak ada di tangan umat Islam. Pertambangan di tangan mereka, pertanian di tangan mereka, perkebunan mereka,” sebutnya.

Amien tidak menyebutkan siapa mereka yang dimaksudnya. Namun, sekali lagi dia mengingatkan agar umat Islam di Indonesia lebih berpartisipasi di kancah politik. Dengan harapan umat Islam bisa ikut andil dalam menentukan arah pembangunan.


Selanjutnya, Amien menerangkan, ajakannya agar umat Islam di Indonesia lebih berpartisipasi dalam berpolitik bukan berarti dia mendukung ditegakkannya sistem pemerintahan berdasarkan syariat Islam di indonesia.


“Jadi, saya, kita Muhammadiyah itu memang tidak ada, seperti NU juga, tidak ada pikiran membangun negeri Indonesia ini menjadi negara syariah, ini tidak. Saya juga menolak,” tegasnya.


“Karena kalau kita bicara negara syariah, langsung TNI, Polri dan kaum nasionalis macam-macam itu yang akan masang kuda-kuda. Oleh sebab itu, opsi ini (membangun negara syariah) tidak kita ambil,” pungkas Amien. (bgs/detik]

Spesial Untuk Mu :  Akhirnya Kapal-kapal China Pergi, Strategi Menhan RI Prabowo Dipuji

Komentar