|
Sasmito menunjukkan koleksi kendaraan bertenaga listrik buatannya. |
JEMBER-JATIM, Sriwijaya Aktual – Meski hanya lulusan SMP, inovasi warga Jember ini jangan dianggap sebelah mata.
Sebuah mobil mungil melaju di jalan Desa Wonoasri Kecamatan Tempurejo, Jember, Rabu (3/6/2020).
Mobil mungil berwarna hijau memiliki bentuk menyerupai mobil jeep.
Meski mungil, lajunya terbilang kencang. Ketika melaju, tak ada suara berisik mesin selayaknya mobil pada umumnya.
|
Sasmito menunjukkan koleksi kendaraan bertenaga listrik buatannya. |
Sasmito (37), sang pengemudi bolak-balik melajukan mobil mungilnya di jalan desa tersebut, sementara kendaraan berbahan bakar minyak melaju juga di jalan tersebut.
Mobil yang dikendarai Sasmito itu adalah mobil listrik. Karenanya, bentuknya terlihat berbeda jika dibandingkan dengan mobil BBM.
Karena berbahan bakar listrik, mobil tersebut juga tidak berisik alias senyap dari bunyi mesin.
Sasmito, lelaki asli Desa Wonoasri itu merakitnya sendiri.
Meski hanya lulusan SMP (SMP PGRI 1 Tempurejo), lelaki itu terbilang mahir di dunia elektro.
Kendaraan listrik, contoh nyata karya Sasmito di dunia elektro.
Tujuh tahun terakhir, bapak dua anak itu memilih merakit kendaraan listrik.
Kendaraan listrik itu dipakai sehari-hari.
Kendaraan listrik yang dirakitnya, ada sepeda dan mobil.
“Kalau sepeda listrik total ada sembilan unit.
Namun yang rakitan saya sendiri ada tiga unit.
Sisanya sepeda listrik yang rusak, namun saya perbaiki dan modifikasi.
Kalau untuk mobil listrik baru satu,” ujar Sasmito ketika ditemui Surya di desanya, Rabu (3/6/2020).
Sepeda listrik yang dirakitnya, dipakai oleh anggota keluarganya.
“Saya, istri, dan anak, semuanya memakai sepeda listrik,” ujarnya.
Tujuh tahun lalu, Sasmito mulai merakit sepeda listrik.
Sepeda listrik yang dibuatnya antara lain memiliki rangka sepeda BMX, sepeda lipat, juga rakitan atau modifikasi sendiri sehingga menyerupai sepeda motor, juga ada yang memiliki rangka sebuah merek sepeda motor.
Masing-masing sepeda memiliki baterai.
“Seperti ponsel, baterainya dicharge (diisi) listrik. Semenjak memiliki sepeda listrik, kami tidak memakai sepeda motor BBM lagi,” ujarnya.
Dulunya, keluarga Sasmito memiliki sepeda motor BBM.
Namun karena sudah memiliki sepeda listrik, sepeda motor BBM itu akhirnya dijual.
Saat ini hanya sepeda listrik yang dimiliki, dan dipakai sehari-hari untuk bepergian di seputaran desa, bahkan sampai ke desa di luar Kecamatan Tempurejo.
Empat tahun lalu, Sasmito mulai merakit sebuah mobil listrik. Mobil listrik itu dirawat dan menjadi kendaraan operasional bekerja bagi Sasmito.
“Modelnya saja yang diganti-ganti.
Pernah model mobil model kodok, pernah kayak mobil jenis SUV gitu, sekarang lagi trend jenis jeep, akhirnya diubah begini.
Namun energinya sama, listrik. Mobil ini memakai baterai lithium bekas laptop yang bisa menyimpan listrik 2 kWh,” ujar Sasmito.
Mobil listrik yang dirakit oleh Sasmito memakai bahan bekas. Baterai yang menjadi penyimpan daya listrik adalah baterai bekas laptop.
Bagian body mobil juga dari barang bekas. Kali ini bodynya memakai plat. Meskipun sederhana, mobil listrik itu dilengkapi dengan lampu mobil, lampu sen, bel, juga audio yang otomatis hidup ketika mesin dinyalakan.
Bagian utama mobil itu ada di baterai penyimpan daya listrik.
Mobil listrik berdaya 2 kWh itu mampu menempuh jarak sampai 50 Kilometer.
Sementara sepeda listrik berbaterai 1 kWh, juga kuat untuk jarak tempuh sampai 50 Km.
Lelaki yang tidak mengenyam dunia pendidikan khusus elektronika itu mengaku bisa merakit kendaraan listrik karena hobi di dunia elektro. Dia belajar secara otodidak.
“Ya hanya lulus SMP saja. Tidak sekolah SMK elektro, atau kuliah,” ujarnya.
Dia mengenal dunia kelistrikan dari almarhum sang saya.
Bapaknya bekerja sebagai tukang servis barang eletronik. Dia mengenal dunia itu dari ayahnya.
Hobi itu kemudian dia tekuni, dan terus dipelajari.
“Sekarang ditambah belajarnya gampang, ada internet.
Kalau dulu, saya merakit radio komunikasi, jadi saling belajar dengan teman melalui radio komunikasi itu.
Namun sekarang ada internet, malah lebih mudah belajarnya. Teman-teman komunitas banyak di Facebook, juga melihat tutorial dari Youtube,” imbuhnya.
Meski belajar secara otodidak, karya Sasmito tidak bisa dipandang sebelah mata.
Dalam dunia kendaraan listrik Kabupaten Jember, nama Sasmito dikenal luas.
Bapak dua anak itu kerap diminta jasanya untuk menyervis sepeda listrik yang bermasalah. Konsumennya kebanyakan berada di kawasan Jember Kota.
Bahkan, dia pernah secara khusus merakitnya sepeda listrik roda tiga untuk seorang ibu di Kelurahan Kreongan Kecamatan Patrang, Jember.
Sasmito menuturkan, ibu tersebut ingin berjualan keliling.
Namun dia tidak bisa mengendarai sepeda, baik onthel maupun motor.
Ibu tersebut berpikiran mengendarai sepeda listrik. Namun sepeda listrik yang tersedia di pasaran juga roda dua.
“Jadi ibu ini tidak bisa naik sepeda roda dua, onthel maupun motor. Dia tahu saya, kemudian pesan sepeda listrik.
Akhirnya saya rakitnya roda tiga.
Jadi lebih mudah untuknya, tidak takut ngguling lagi.
Sudah dua tahun ini, sepeda listrik roda tiga itu dipakai berjualan sama ibu itu,” tuturnya.
Sasmito juga yang bertugas merawat sepeda listrik itu jika ada masalah.
Sasmito menambahkan, modal awal membuat kendaraan listrik memang mahal. Tetapi untuk biaya operasional lanjutannya sangat murah.
Modal awal merakit mobil listrik misalnya sekitar Rp 8 juta – Rp 12 juta.
Sepeda listrik roda tiga mencapai Rp 8 juta.
“Namun biaya operasional sehari-hari sangat murah jika dibandingkan dengan kendaraan berbahan bakar minyak,” lanjutnya.
Sepeda listrik 1 kWh hanya membutuhkan biaya listrik Rp 500 bagi rumah tangga yang berdaya listrik 450 watt seperti rumah Sasmito.
Atau hanya Rp 1.600 untuk mengisi baterai 1kWh bagi rumah tangga berdaya listrik 1.300 watt.
Baterai berdaya listrik 1 kWh bisa dipakai untuk menempuh jarak 50 Km.
Jarak yang sama bisa ditempuh oleh kendaraan bermotor BBM dengan 1 liter BBM.
Seperti diketahui harga 1 liter BBM antara Rp 6.450 sampai Rp 9.000 (tergantung harga BBM harian, dan jenis BBM-nya).
Jika diakumulasikan setiap bulan, Sasmito hanya perlu mengeluarkan biaya listrik Rp 15.000 – Rp 30.000 untuk pengisian listrik baterai 1 kWh sampai 2 kWh.
“Keunggulan kendaraan listrik itu jelas lebih irit, juga ramah lingkungan. Kalau mobil mungil kayak punya saya juga lebih mudah, bisa blusukan ke gang-gang kecil,” imbuhnya sambil terkekeh.
Ketika disinggung tentang kedatangan anggota tim Wakil Gubernur Jatim Emil Dardak, Sasmito membenarkan kunjungan tersebut.
Rabu (3/6/2020) pagi, Sasmito mendapatkan kunjungan dari tim Wagub Jatim.
Tim tersebut bertanya seputar inovasi mobil listrik yang dibuatnya, dan kendala apa yang dihadapi.
“Sejauh ini kekurangan saya hanya di desain sih.
Kalau nanti diminta untuk membuat, atau bantu membuat bersama tim lain, saya siap saja.
Karena mobil listrik ini kalau mau dikembangkan, atau diproduksi lebih banyak, sangat bisa,” tegasnya.
Apalagi, imbuhnya, sejumlah perguruan tinggi atau sekolah yang memiliki jurusan Teknik Elektro juga memiliki kendaraan listrik.
Sementara dirinya yang hanya lulusan SMP saja juga mampu merakit kendaraan listrik.
“Orang Indonesia ini pintar-pintar kok,” pungkasnya.(*/surya.co.id)