Berita  

Bang Fuad Bawazier ke SMI: Ratu Utang Apa Yang Kau Banggakan Terbitkan SUN?

Fuad Bawazier ke SMI: Ratu Utang Apa Yang Kau Banggakan Terbitkan SUN?
JAKARTA,  Sriwijaya Aktual   – Mantan Menteri Keuangan era Orde Baru (Orba) Fuad Bawazier mempertanyakan alasan Pemerintah Indonesia pada (30/04/2020) yang mengeluarkan bond terbaru dengan yield 7,89% untuk tenor 10 tahun.

Pasalnya, lanjut Fuad, jika dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya, penerbitan bond dengan tenor yang sama tapi yield-nya berbeda dengan apa yang dilakukan Indonesia. Jauh sekali perbandingannya.

Philippines, kata Fuad mencontohkan, pada (01/05/2020) mengeluarkan bond terbaru dengan yield 3,5% untuk tenor 10 tahun.

“Berbeda dengan Indonesia yield bond Philippines makin turun disaat terbit pada situasi pandemi,” ungkapnya dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi, Senin (04/05/2020).

Selanjutnya, kata dia, Thailand pada (30/04/2020) mengeluarkan bond terbaru dengan yield hanya 1,18% untuk tenor 10 tahun. Thailand juga sama bond yield mereka turun saat pandemi Covid-19.

Vietnam 01/05/2020 mengeluarkan bond terbaru dengan yield hanya 3,05% untuk tenor 10 tahun.

Menurutnya, Jika dibandingkan dengan negara-negara tersebut diatas, justru berbanding terbalik apa yang dilakukan Indonesia dimana grafik yield naik tajam di saat pandemi Covid-19.

“Untuk menarik para pembeli surat utang pemerintah. Ini menunjukkan bahwa negara sebesar Indonesia surat utangnya baru menarik untuk dibeli kalau imbal baliknya tinggi,” sindir Fuad.

Fuad juga mempertanyakan langkah yang digunakan Menkeu SMI yang katanya seabreg prestasi dan penghargaan itu dalam menghadapi kondisi keuangan negara saat ini.

“Dari angka-angka yield diatas, saya bertanya simpel saja kepada Menteri Keuangan SMI yang mendapat banyak julukan dari Menteri Keuangan Terbaik, Menkeu Terbalik, Menteri Utang atau Ratu Utang itu, apa yang kau banggakan dengan Surat Utang Negara yang kau terbitkan itu?” tanya Fuad.

Lebih lanjut Fuad juga mengingatkan agar publik tak disuguhi narasi-narasi yang tak masuk akal. Sebab pada akhirnya publik pulalah yang akan menanggung beban kebijakan itu nantinya.

“Jangan lagi diputarbalikkan dengan mengatakan bahwa penerbitan SUN itu adalah simbol kepercayaan terhadap Indonesia atau kepada Menkeu SMI dan lain-lain. Karena sebetulnya SUN kita laku karena kita membayar bunga yg termahal di Asia Tenggara,” pungkasnya. (*)