Berani Baca Loe? Cerita Hantu Penunggu Rumah Medokan Ayu

SriwijayaAktual – Momen ini berlangsung waktu saya serta dua rekan sedang cari tempat untuk percetakan. Menyongsong tahun politik yang telah di muka mata, saya serta beberapa rekan coba usaha kecil-kecilan. Patungan.
Sebab keperluan baliho serta banner akan besar, kami setuju membangun digital printing.
Tempat juga dicari. Mengingat telah kebanyakan uang yang keluar untuk beli mesin digital printing, kami bertiga berpikir bagaimana triknya mendapatkan tempat yang murah.
Salah seorang dari kami lalu tawarkan tempat tinggalnya. Rumah itu tidak berpenghuni sepanjang tahun. Tempatnya masih masuk daerah Surabaya. Persisnya Surabaya Timur.
“Timbang nyewo ruko seng larange waktu alah, mending omahmu ae seng digawe, Lur,” kata saya.
Satu malam, kami setuju untuk lihat rumah itu. Terletak di Medokan Ayu. Modelnya memanjang. Lebarnya 5 mtr. dengan panjang 20 mtr..
Rumah itu terdiri dari dua sisi. Sisi depan terdiri atas ruangan tamu yang berdekatan dengan kamar depan. Serta kamar tengah yang berdekatan dengan koridor ke arah ruangan belakang.
Ruangan belakang ini lebih pas disebutkan gudang dibanding ruang. Karena, tersisa 10 mtr. di halaman belakang langsung diplester. Atapnya dikasih asbes. Persis gudang atau pabrik yang loss tidak athek rewel.
Kalaulah ada bangunan, paling hanya kamar mandi disamping selatan serta kran air di belakangnya. Bekasnya plester yang lurus serta datar. Datar seperti cewek yang tidak tanggapan sama jurus PDKT-mu yang terus-menerus itu.
Waktu lihat sisi belakang, saya santai-santai saja. Kamar mandi, kran air, lantai, dan atapnya tidak mempunyai arti apa saja. Pemikiran saya hanya praktis: ini pas sekali bikin tempat printing. Luas. Dapat nampung dua mesin jika modal cukup.
Tetapi, muka salah seorang dari kami tidak begitu ketertarikan. Ia malah umumnya menunduk. Kadang seperti mengubah pandangan. Pandangannya tidak konsentrasi. “Ayo ke depan saja,” tuturnya.
Sebagian orang yang tinggal di dalam rumah itu pernah mendapat bonus penampakan. Mulai rambut panjang yang mendadak ada waktu lantai disapu sampai pintu ke arah ruangan belakang yang tutup sendiri.
Kami juga duduk melingkar di ruangan tamu. Berdekatan dengan kamar depan. Jam telah memperlihatkan jam 23.00 WIB.
Rupanya, rekan saya mempunyai potensi untuk lihat makhluk halus. Ia pada akhirnya membuka suara mengapa berlaku semacam itu.
Di kamar tengah nyatanya ada penunggunya. Lelaki. Tetapi, ia tidak beresiko. “Saat lihat saya, ia tundukkan muka serta mendelep, selanjutnya tidak kelihatan ,” tuturnya.
Sikap semacam itu memperlihatkan jika mas hantu itu tidak beresiko. Tidak agresif. Serta pilih pergi waktu yang tinggal di rumah hadir.
Memang, permasalahannya bukan di kamar tengah, tetapi di belakang. Persisnya di kran air yang berdiri pas di belakang kamar mandi.
“Ada wanita disana. Rambutnya panjang. Saya tidak berani memandang. Sebab nyatanya ia langsung memandang saya balik. Tajam,” kata rekan saya itu.
Serta, lanjut ia, mbak penunggu itu tidak cuma memandang balik, dan juga dekati dengan tiga langkah cepat. Seperti mengawang. Seperti terbang. Tap, tap, tap! Selanjutnya mundur . Tap, tap, tap! Selanjutnya mundur .
“Makanya saya barusan langsung meminta kembali pada depan saja,” tuturnya.
Mak jleb! Saya yang seumur hidup menghindarkan narasi hantu—bahkan tonton film hantu tetap tutup mata—kini harus bertemu langsung dengan hantu. Serta langsung di dalam rumah yang ditunggui mbak hantu!
“Melihat sikapnya, ia ini tipenya agresif. Ia tidak ngarah gelem dikongkon ngaleh,” kata rekan saya itu.
Aduh!
Sebab cari tempat baru akan nambah biaya yang tambah lebih besar , kami harus masih pilih rumah itu. Jalan keluarnya, datangkan orang yang dapat “melihat”. Maksudnya, pastikan apa tempat itu masih potensial lihat konstelasi perhantuan yang berada di sana.
—
Wanita itu disana lama. Dahulu, sebelum perumahan masuk lokasi itu, ada pohon besar yang berdiri pas di kran air itu. Pohon besar itu jadi rumah sang wanita.
Wanita itu benar-benar agresif pada manusia sebab ia mati pemasaran ingin tahu. Ia ialah korban tabrak lari. Jenazahnya tidak pernah diketemukan. Serta sampai saat ini. Itu mengapa ia tetap resah. Agresif. Sulit ditata.
Sebagian orang yang tinggal di dalam rumah itu pernah mendapat bonus penampakan. Mulai rambut panjang yang mendadak ada waktu lantai disapu sampai pintu ke arah ruangan belakang yang tutup sendiri.
Nyatanya, hantu perlu nyangkruk memang. Sebab umur hantu wanita itu sangat tua, banyak makhluk halus lain yang diundang kesana. Sejumlah besar ialah “anak-anak”.
Untuk hantu lelaki yang berada di kamar tengah, rupanya ia seperti “pasangannya”. Tetapi, tidak sama dengan hantu wanita, hantu lelaki itu lebih kooperatif.
Hanya, jika hantu wanita itu dibiarkan, hantu lainnya dapat mempunyai kesadaran kolektif perlawanan pada manusia. Mereka dapat menyatu untuk menjatuhkan kekuasaan homo sapiens atas makhluk gaib.
LAWAN!
—
Narasi jelas itu pada akhirnya saya temukan sesudah kami datangkan seorang “ustad” ke rumah. Ia langsung lihat sendiri dari depan sampai belakang rumah.
Tidak sama dari dugaan kami, ustad itu malah memandang rumah tidak masalah dibikin usaha. Ditambah lagi usaha digital printing. “Yang penting tidak sama-sama mengganggu,” kata ustadz yang tinggal di wilayah Jembatan Suramadu itu.
Waktu dengar cerita pak ustad dengan detil itu, saya sempat mengucapkan syukur dalam hati. Alhamdulillah, rumah yang saya tinggali di Wiyung tidak berhantu. Saya masak (Indomie tentunya), menulis, serta kerja, jam berapa saja tidak pernah terganggu. Tidak ada penampakan.
Walau sebenarnya, di halaman belakang ada pohon nangka, pohon puncak merah, serta beberapa sisa pohon keres yang telah saya tebang waktu lalu.
Memang, beberapa waktu paling akhir ada yang aneh. Saya seringkali tindihan. Tiap minggu tetap ada hari dimana saya tindihan. Pernah tindihan sampai tiga hari berturut-turut. Tetapi kan itu bisa saja sebab saya begitu lelah. Begitu lelah dengan ketidakpastian dari kamu. Iyaaa, kamu.
Pak ustad seperti dapat membaca pemikiran saya. Saya yang awalannya sempat ndrengas-ndrenges langsung mingkem.
“Di rumah Mas Agung itu ada satu wanita serta beberapa anak. Pesan saya, jangan tebang tanaman apa saja disana. Kelak mereka dapat geram,” tuturnya.
Malam itu, saya tidak pulang ke rumah. Nginep ke kosan rekan. Dua hari. Tidak mandi. Hiiii! [*]