![]() |
Prabowo Subianto [dok/net] |
“Itu orang-orang yang takut Pak Prabowo maju itu karena mereka khawatir Pak Jokowi akan kalah. Dan menurut saya akan kalah,” kata Fadli di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (19/2/2018).
“Jadi makanya ada kekhawatiran kalau Pak Prabowo maju, Jokowi akan mendapat satu saingan yang kuat dan bisa kalah. Oleh karena itu mereka berusaha untuk mengiming-imingi Pak Prabowo untuk jadi cawapresnya Pak Jokowi,” sambungnya.
Fadli menilai, ada sisi yang jauh berbeda antara Prabowo dengan Jokowi sehingga mereka tak dapat disandingkan. Menurutnya, pendekatan dan strategi pun berbeda.
Wakil Ketua DPR itu pun menuturkan tanda-tanda kekalahan Jokowi atas Prabowo telah terlihat. Bahkan, Fadli telah membuat survei untuk membuktikan hal itu.
“(Bukti kekalahan) sudah banyak dong. Secara ekonomi saja rakyat makin susah. Di mana-mana saja saya tanya, pertanyaan saya itu tiga saja, hidup makin susah apa makin mudah? itu jawaban nya makin susah. Kedua lapangan kerja makin gampang apa makin susah?, yang ketiga harga makin naik apa makin turun? Nggak ada satupun yang bilang hidup makin senang,” ungkapnya.
Sebelumnya survei Poltracking Indonesia mensimulasikan skenario duet Jokowi-Prabowo. Ada simulasi koalisi poros duet Jokowi-Prabowo versus koalisi poros SBY. Koalisi poros Jokowi-Prabowo berisi PDIP, Partai Golkar, Partai Gerindra, PKB, PPP, Partai NasDem, dan Partai Hanura, total kursi 73,40% (411). Koalisi poros SBY berisi Partai Demokrat, PAN, dan PKS, total kursi 26,60% (149).
Simulasi model pertama, Jokowi jadi capres dan Prabowo jadi cawapresnya. Mereka melawan capres Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan cawapres Gatot Nurmantyo. Hasilnya Jokowi-Prabowo menang meraup 50,3% dibanding AHY-Gatot yang meraup 11,6% suara responden. Yang tidak tahu dan tidak menjawab ada 38,1%.
Soal simulasi ini dikomentari politikus PDIP Maruarar Sirait. Pria yang akrab disapa Ara itu menilai bila Jokowi dan Prabowo bergabung menjadi satu, maka itu akan jadi bagus untuk politik Indonesia.
“Kalau bersatu saya rasa pemerintahan akan efektif dan efisien. Kalau mereka bertarung, memang mereka pantaslah bertarung. Tinggal mereka bertarung berdua atau bersatu berdua,” kata Ara soal Jokowi dan Prabowo. (yas/elz/detik)