![]() |
Ilustrasi |
JAKARTA, SriwijayaAktual.com – Anggota Dewan Pers Indonesia, Retna Komala,
menjelaskan berita palsu atau hoax sengaja diembuskan untuk memecah
belah dan adu domba masyarakat.
menjelaskan berita palsu atau hoax sengaja diembuskan untuk memecah
belah dan adu domba masyarakat.
“Tak sedikit kami menemukan media abal-abal memberitakan hal benar
menjadi salah. Biasanya si pelaku sudah profesional dan punya grafik
yang canggih. Kita bisa lihat dari peristiwa Pilkada
dan Pilpres, semua berawal dari Medsos, kita terpecah belah, di
panas-panasin, bahkan di adu domba. Ini sudah jadi energi negatif yang
dapat memecah belah bangsa,” ujar Retno dalam acara Icon Media Now 2017
di kawasan Jakarta Pusat, Selasa (9/5/2017), dilansir intelijen.co.id.
menjadi salah. Biasanya si pelaku sudah profesional dan punya grafik
yang canggih. Kita bisa lihat dari peristiwa Pilkada
dan Pilpres, semua berawal dari Medsos, kita terpecah belah, di
panas-panasin, bahkan di adu domba. Ini sudah jadi energi negatif yang
dapat memecah belah bangsa,” ujar Retno dalam acara Icon Media Now 2017
di kawasan Jakarta Pusat, Selasa (9/5/2017), dilansir intelijen.co.id.
Karena itu, Dewan Pers membuat program Media Literasi yang melibatkan
seluruh media di Indonesia. Tidak hanya itu, Dewan Pers juga akan
segera merangkul masyarakat untuk ikut bergabung.
seluruh media di Indonesia. Tidak hanya itu, Dewan Pers juga akan
segera merangkul masyarakat untuk ikut bergabung.
“Jadi dewan pers itu secara rutin memberikan media literasi ke
seluruh media Indonesia, tetapi memang baru sebatas ke media. Kalau
harapan saya sih ke masyarakat juga, makanya tadi saya sempat bicara ke
pemerintahan agar mereka juga ikut berperan, khususnya Kominfo karena
mereka punya ahlinya dan teknologinya,” tambah Retno.
seluruh media Indonesia, tetapi memang baru sebatas ke media. Kalau
harapan saya sih ke masyarakat juga, makanya tadi saya sempat bicara ke
pemerintahan agar mereka juga ikut berperan, khususnya Kominfo karena
mereka punya ahlinya dan teknologinya,” tambah Retno.
Dirinya berharap bahwa Indonesia juga mempunyai Fake Checking
Institution, seperti Google. Gunanya agar mudah mengidentifikasi hoax.
Institution, seperti Google. Gunanya agar mudah mengidentifikasi hoax.
“Di Indonesia belum ada itu, saya berharap negeri ini punya Fake
Checking Institution yang nanti akan kerja sama dengan beberapa
instansi, memberikan identifikasi berita hoax, siapa dan kapan yang
meng-upload sehingga bisa terlihat,” tutupnya. (*)
Checking Institution yang nanti akan kerja sama dengan beberapa
instansi, memberikan identifikasi berita hoax, siapa dan kapan yang
meng-upload sehingga bisa terlihat,” tutupnya. (*)
Komentar