‘BOM’ Yang Bisa Meledak

Berita137 Dilihat
KOLOM PEMBACA-OPINI,  SriwijayaAktual.com – YANG naik ke permukaan publik saat ini adalah ‘sengketa’ jabatan Jaksa Agung. Partai
Nasdem tetap ngotot ingin mendapatkannya “Ini jabatan politik” katanya.
PDIP mengarahkan agar jabatan itu dipegang oleh profesional dari
internal Kejaksaan.

Kedalamannya adalah jabatan tersebut strategis untuk “membela” kawan dan
“menekan” lawan. Ya seperti diungkap petinggi Partai Nasdem “jabatan
politik”. Jabatan yang bisa “memainkan” hukum untuk kepentingan politik.
Betapa buruk hukum di bawah kendali politik. Pemerintahan Jokowi lima
tahun kebelakang membangun kondisi ini.

Skema besarnya adalah PDIP sebagai pemenang Pemilu 2014 merasa
terlangkahi oleh Partai Nasdem. Surya Paloh lebih dominan dalam
mengendalikan kekuasaan ketimbang Megawati Soekarnoputri. Meskipun Mega
pernah menyebut bahwa Jokowi adalah “petugas partai” namun fakta
politiknya Paloh lah sang pengatur itu. Ia yang lebih dulu mensponsori
Jokowi.

Kini koalisi TKN berkonfigurasi. Kehadiran Gerindra, khususnya Prabowo
ditangkap sebagai penguat manuver politik PDIP. Keakraban Prabowo-Mega
membangun simbiosis dalam menekan Jokowi dan mengecilkan Paloh. Paloh
mencoba memperkuat pertahanan bersama PPP, PKB dan Golkar dalam menolak
Gerindra (PAN dan PKS). SBY dan Demokrat menjadi penonton “mati”.

Dua bom yang bisa diledakkan Mega dan PDIP jika kondisi politik merugikannya, yaitu :
Pertama, bom bus Trans Jakarta. Jokowi tertekan karena setelah Udar
Pristono maka ancaman kini menghujam ke jantung dirinya. Status Gubernur
DKI dulu diajukan dan didukung oleh Prabowo dan Gerindra. Sementara
Mega berpasangan dengan Prabowo dalam Pilpres.

Proses peradilan Udar dan lainnya sudah banyak menyebut keterlibatan
Jokowi. Nah dengan support “aspirasi rakyat” KPK akan mampu bergerak
menuju ke pusat kekuasaan.

Kedua, ini yang lebih menakutkan, yaitu bom hasil Pilpres 2019. Mega dan
PDIP pasti tahu bahwa pemenang sebenarnya Pilpres ini adalah Prabowo.

Deklarasi Mega akan dahsyat. Prabowo-Mega yang bersatu dapat
memporakporandakan konstelasi. Bom ini bisa menghancurkan Jokowi dan
Paloh Cs. Mega ke Cina membawa oleh-oleh syarat untuk menarik Prabowo
yang juga didukung kekuatan global pesaing Cina. Demi stabilitas
investasi tentunya.

Dapat saja sebagian masyarakat menyatakan bahwa hal itu tidak mungkin
sebab PDIP senantiasa bersama Jokowi. Akan tetapi dalam politik praktis
dan pragmatis “kepentingan” dapat didahulukan. Kawan dan lawan bisa
bergeser-geser. Jokowi itu bukan kader PDIP. Apalagi jika pergeseran itu
berdampak pada dukungan rakyat dan kekuatan global.

Kini kondisi menjadi lebih seru karena di belakang atau mungkin di depan
Jokowi ada “bom” yang bisa meledak sewaktu-waktu. Menjadi Presiden
tidak semudah menjadi tukang kayu. Politik saling menyandera menjadi
ciri negara kita. 

M. Rizal Fadillah
Pemerhati politik. [rmol]

Spesial Untuk Mu :  4 Ucapan "NYELENEH" Presiden Jokowi yang Jadi Trending Topic

Komentar