Berita  

Cak Nun: Jangan Seenaknya Pindah Ibu Kota, Tanya Dulu ke Rakyat, Jangan Pencitraan Terus !

SriwijayaAktual.com – Budayawan sekaligus ulama Emha Ainun Nadjib alias Cak Nun buka suara terkait pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan Timur.

Hal itu disampaikan Cak Nun dalam acara Maiyah yang berlangsung baru-baru ini.

Dalam video yang diunggah kanal YouTube Sabda Jan_cukers, (1/9/2019) Cak Nun
mengkritik keputusan Presiden Jokowi yang hendak memindahkan ibu kota.

Ia menyebut bila orang Indonesia itu kuat dan tangguh sehingga tidak
akan mudah dihancurkan. Namun hal itu tidak disadari oleh pemimpin
negara.

“Orang Indonesia enggak ada hancurnya, ini enggak diperhitungkan oleh
pemimpin Indonesia. Kalian tuh enggak tahu, pemimpin kalian itu
diuntungkan oleh rakyatmu yang tangguh yang tidak akan mati karena apa
pun,” tegas Cak Nun.

Pun soal pemindahan ibu kota, keputusan tersebut dinilai terlalu
gegabah. Mestinya memimpin melibatkan rakyat sebelum memutuskannya
karena hal itu bukan perkara mudah.

“Maka jangan seenaknya, tanya dulu ke rakyat kalau mau bertindak, jangan
cuma bergaya pencitraan terus. Tanya dulu kalau ada apa-apa, mau
pindahin orang segitu banyaknya, tanya dulu, bikin diskusi publik, tanya
ke universitas, forum rektor, di setiap kampus di suruh diskusi, tanya
ke masjid-masjid, ke gereja-gereja,” imbuhnya.

Cak Nun lantas mengatakan bila nantinya keputusan pemindahan ibu kota
memberikan dampak yang besar bagi bangsa Indoenesia, sehingga rakyat
perlu mempersiapkan segala kemungkinan yang terjadi.

“Menurutmu pindah ibu kota seperti pindah kos? begitu banyak multi efek
yang akan ditimbulkan dan harus kita hitung sematang-matangnya. Ini
Republik Indonesia bukan Singapura, bukan sebuah kecamatan, Indonesia
itu luas sekali,” kata Cak Nun.

Sebelumnya, Jokowi menyatakan beban Jakarta sudah sangat berat menjadi ibu kota negara selama 74 tahun sejak Indonesia merdeka.

Jakarta saat ini menjadi pusat bisnis, pemerintahan, perdagangan sampai
jasa. Itu juga menjadi alasan ibu kota negara pindah ke Kabupaten
Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

“Beban Jakarta sudah terlalu berat jadi pusat pemerintahan, bisnis,
perdagangan dan jasa. Dan juga bandar udara dan pelabuhan laut. [sc]