Tak Kantongi Asuransi, Tanggung Biaya Rumah Sakit Rp 100 Juta
membuat Fakhri Banu Akmal tak sadarkan diri pada 21 April 2016 lalu.
Bocah usia satu tahun itu tersedak peyek kacang. Kacang yang dimakan itu
masuk ke paru-parunya. Sudah sebulan berselang, kondisinya mulai
membaik. Hanya, keluarga belum bisa bernapas lega melihat tagihan rumah
sakit yang mencapai Rp 100 juta.
mungil itu. Ada selang infus, selang obat paracetamol untuk menurunkan
demamnya, dan selang berisi susu yang masuk melalui hidungnya.
memegang tabung kecil itu hingga isinya tandas. Kini, kondisi si mungil
itu sudah berangsur-angsur membaik. Dia men jalani perawatan di bangsal
Melati Dua kamar 4 RSUP Dr Sardjito.
mengatakan, saat itu kejadiannya 21 April 2016 mema-suki waktu Maghrib.
Di rumahnya di Pur-worejo, Fakhri sedang bercanda dengan kakaknya yang
berusia 4 tahun. Di saat yang bersamaan Fakhri sedang makan peyek kacang.
mungil itu. Ada selang infus, selang obat paracetamol untuk menurunkan
demamnya, dan selang berisi susu yang masuk melalui hidungnya.Sang ibu,
Siti Widarti, 38, dengan sabar memegang tabung kecil itu hingga isinya
tandas.
berangsur-angsur membaik. Dia men jalani perawatan di bangsal Melati Dua
kamar 4 RSUP Dr Sardjito.Ayah Fakhri, Amad Kuzaidi, 38, mengatakan,
saat itu kejadiannya 21 April 2016 mema-suki waktu Maghrib. Di rumahnya
di Pur-worejo, Fakhri sedang bercanda dengan kakaknya yang berusia 4
tahun. Di saat yang bersamaan Fakhri sedang makan peyek kacang.
ke bidan. Tidak kunjung membaik, setengah jam kemudian dibawa RS
Purworejo. Karena alat yang tidak memadai di RS Purworejo, kemudian
dirujuk ke RSUP Dr Sardjito.
Dari RS Purworejo sampai RS Dr Sardjito juga tidak sadar, sampai empat
hari. Alhamdulillah bisa langsung ditangani,” katanya.
Yaitu pembedahan masuk ke paru-paru dan kacang diambil. Itu operasi
besar dan berisiko. Alhamdulillah berhasil,” ujar Heru, sapaannya.
Fakhri ternyata belum terkaver asuransi, terutama BPJS. Padahal biaya
untuk operasi dan perawatan selama lebih dari satu bulan ini mencapai Rp
100 juta.
biaya, menyelamat-kan dan menyembuhkan pasien itu yang terpenting,”
katanya.
belum sempat mendaf-tarkan keluarganya pada asuransi BPJS. Dia hanya
mempunyai kartu Jamkesda Purworejo, namun nilainya hanya bisa mem-bantu
Rp 5 juta.
melunasi. Pekerjaan sehari-hari buruh tani. Peng-hasilan ndak tentu,
sekitar Rp 500 ribu per bulan,” ujarnya.Dia berharap, ada dermawan yang
bisa membantunya me-ringankan biaya rumah sakit. ”Bagaimanapun saya
bersyukur, kondisinya membaik. Sudah melewati kritis,” ungkapnya. (Radar Jogja/Admin)