seorang gadis cilik di Kediri rela mengorbankan pendidikannya. Dia
meninggalkan bangku sekolahnya dan menjadi buruh cuci piring di warung.
Kisah
pilu ini datang dari Nadila Afita, gadis cilik asal Desa Sambiresik,
Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri. Usianya memasih sangat belia,
tetapi remaja 15 tahun ini sudah memikul tanggung jawab yang besar.
Nadila
menjadi buru cuci piring di warung milik tetangga yang berada di
kawasan objek wisata budaya Sendang Tirta Kamandanu, Desa Menang,
Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri. Itu ia lakukan demi adiknya Novita
Nabila (6) dan neneknya Sujiah (71 Tahun).
Setiap hari Nadila harus
mempersiapkan segala keperluan sang adik yang kini duduk di bangku kelas
1 SD. Mulai kebutuhan makan hingga keperluan sekolah. Dia sangat sabar
dan telaten. Wajar apabila Novita kemudian menganggap kakaknya seperti
ibunya sendiri.
Ya, bagi Novita, Nadila adalah sosok pengganti
ibunya. Itu karena sejak masih bayi, dia tidak pernah melihat wajah
ibunya sendiri. Nunik pergi tanpa kabar, sehari setelah ikut ayahnya
merantau ke Kalimantan. Peristiwa itu terjadi empat tahun silam, saat
Novita masih bayi dan tidak tahu apa-apa.
“Kami ditinggalkan ibu
disini. Kami tidak pernah mendengar kabarnya lagi. Kalau saya masih
sempat tahu, tetapi dik Novita tidak pernah tahu. Kasian dia. Ibu pergi
tanpa meninggalkan pesan apapun kepada kami,” kata Nadila, Senin
(31/10/2016).
Di rumah, Nadila tidak hanya mengasuh adiknya. Dia
juga harus merawat nenekna Sujiah yang menderita penyakit stroke. Sang
nenek hanya terbaring lemah diatas kursi ruang tamu. Serangan penyakit
stroke telah melumpuhkan sendi-sendi sehingga dia sulit untuk bergerak.
Sujiah juga tidak mampu untuk melihat.
Perempuan berkulit keriput
ini hanya bisa menangis ketika melihat dua cucunya Nadila dan Novita.
Sebenarnya, ia ingin merawat keduanya. Tetapi kondisi fisiknya yang
lemah membuatnya pasrah. Sehari-hari dia terbaring diatas kursi.
“Sebenarnya
saya ingin sekali sembuh. Siang dan malam saya berdoa meminta supaya
Allah menyembuhkan penyakit ini. Saya tidak tahan melihat Nadila dan
Novi. Seharusnya saya bisa merawat mereka,” ucapnya sambil meneteskan
air mata.
Penyakit stroke menyerang Sujiah, enam tahun silam.
Beban pikiran dan kondisi perekonomian membuatnya jatuh sakit. Dia masih
sangat ingat ketika tinggal di Surabaya dan masih bisa bekerja. Sujiah
sangat berharap sakitnya segera terangkat dan bisa bekerja kembali untuk
memenuhi kebutuhan kedua cucunya.
“Saat di Surabaya badan saya
sehat. Saya menjadi pembantu rumah tangga. Tetapi adik saya mengajak
pulang ke Kediri. Tidak lama kemudian saya jatuh sakit sampai sekarang
ini,” beber wanita tua berambut keriting ini.
Demi kebahagiaan
adik dan kesembuhan neneknya itulah yang membuat Nadila mengorbankan
pendidikannya. Dia memutuskan untuk meninggalkan bangku kelas 4 SD untuk
mencari nafkah. Nadila kemudian bekerja sebagai buruh cuci piring.
Baca Juga Ini; LAGI …DAN LAGI …Penggusuran di Era Ahok Jadi Gubernur DKI Jakarta
cilik berkulit sawo matang ini mengaku, penghasilan sebagai buruh cuci
piring sebenarnya tidak pasti. Itu karena saat warung sepi pemilik tidak
memanggilnya. Artinya, ketika Nadila tidak bekerja, dia juga tidak
mendapatkan uang untuk keperluan
“Uang kiriman dari ayah tidak
cukup untuk keperluan kami. Akhirnya saya bersedia ketika diajak
membantu cuci piring,” kata Nadila.
Mulyono, ayah Nadila dan
Novia kini berada di Kalimantan. Pria kelahiran 1972 itu merantau disana
dan bekerja sebagai seorang sopir. Akan tetapi, pekerjaan tersebut
sangat berpengaruh terhadap kondisi cuaca. Sepanjang tahun ini curah
hujan tinggi dan Mulyono sering tidak bekerja.
“Ayahnya kadang
kirim uang, kadang juga tidak. Kemarin telpon, kondisi disana sepi,
sehingga tidak bisa bekerja. Ya sudah, biasanya Nadila berhutang
kebutuhah sehari hari di toko. Setelah ayahnya kirim baru dibayar,”
ungkap Binti Yulaikah, tetangganya.
Baca Juga Ini; TERENYUH..Ngelus Dada ‘Iba”, Melihat Seorang Gadis Difabel Besarkan Anaknya Sendiri Setelah Diperkosa
peduli terhadap keluarga Sujiah. Bahkan, perempuan berhijab ini sudah
menganggapnya sebagai seorang ibu. Yulaikah memberi makan dan merawat
Sujiah saat Nadila bekerja. Dia mengaku, kasihan dengan kondisi yang
dialami gadis cilik ini bersama adik dan neneknya.
Nadila dan
adiknya novia berharap, kedua orang tuanya segera pulang. Terlebih
kepada ibunya yang sudah lama kabur tanpa ada kabar. Nadilah juga masih
menginginkan bisa sekolah kembali. Memang seharusnya kini dia masih
duduk di bangku kelas 2 sekolah menengah pertama (SMP). (*)