Fadli Zon Ungkap Pesta Pertemuan IMF Bank Dunia di Bali Telan Rp 6 Triliun, Berikut Rinciannya…

Berita49 Dilihat

Event Pertemuan Tahunan IMF-World Bank 2018 Yang akan Berlangsung di Bali Awal Oktober Nanti Terus Mendapat Sorotan Publik.

Fadli Zon [istimewa]

JAKARTA, SriwijayaAktual.com – Wakil Ketua DPR RI, Fadli Zon menyebutkan,
sejauh ini, pemerintah telah gagal menjawab pertanyaan publik atas
urgensi Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraan event dengan biaya
mahal tersebut yang dibiayai uang rakyat Indonesia. 
“Pemilihan Indonesia sebagai tuan rumah Pertemuan
Tahunan IMF-World Bank 2018 bukanlah bentuk penghargaan karena kita
mengajukan diri melalui bidding proposal,” katanya di Jakarta, Kamis
(27/9/2018).

Masalahnya, kata Fadli Zon, apa urgensinya kita mengajukan diri jadi tuan rumah event mahal tersebut?

Ini agak berbeda dengan penyelenggaraan Asian Games atau Olimpiade yang jelas manfaatnya.
“Sejauh ini, pemerintah hanya bicara tentang dampak
terhadap pariwisata Bali dan sekitarnya saat berbicara tentang acara
tersebut, apa manfaatnya,” katanya.

Menurut Fadli Zon, itu jawaban yang dangkal karena biaya teknis event tersebut menyedot anggaran fantastis sekitar Rp 1 triliun.

Ironisnya, sementara biaya yang harus dikeluarkan negara untuk membangun infrastruktur pendukung mencapai Rp 4,9 triliun.

“Kalau hanya untuk mempromosikan pariwisata Bali atau
Indonesia, itu jelas biaya promosi yang sangat mahal dan tak masuk
akal,” katanya.

Tanpa perlu dipromosikan apalagi untuk menjamu orang IMF
dan Bank Dunia yang hidup mewah di tengah derita dan kemiskinan rakyat
Indonesia, maka pesta pora IMF dan Bank Dunia sangat tidak patut.

Fadli Zon menilai, kecuali untuk kepentingan prestise
beberapa elite di pemerintahan, pemerintah sebenarnya tak punya target
yang jelas atas event yang menyedot anggaran hampir Rp 6 triliun
tersebut.

Memang, Menko Kemaritiman menyebut ada potensi investasi
sebesar US$ 2-3 miliar atau sekitar Rp 43,5 triliun bisa masuk ke
Indonesia melalui pertemuan tersebut.

“Tapi, saya kira proyeksi itu tidak akan efektif.
Namanya saja cuma potensi, ujungnya biasanya tak terjadi apa-apa. Dana
sebesar itu jauh lebih bermanfaat jika dialihkan untuk rehabilitasi
Lombok dan Sumbawa atau hal-hal lain yang baik bagi masyarakat secara
langsung,” katanya.

Pertemuan tersebut akan lebih banyak dihadiri oleh para
birokrat pemerintahan, Non Governmental Organizations (NGOs), akademisi,
dan kalangan media.
Mereka dijamu dan dibiayai oleh rakyat Indonesia dengan rekor biaya fantastis. 

Jadi, menurut Fadli Zon, jangan bayangkan kegiatan ini menjadi semacam investor summit, sangat jauh.

Sehingga, proyeksi investasi yang muluk-muluk dari event
ini menurut saya hanya bersifat apologetik saja, sekadar jadi dalih
pembenar atas event mahal ini.

Apalagi, kata dia, agenda yang akan dibahas pun sangat luas, mulai dari ekonomi global, keamanan, hingga keuangan global.

“Di tengah depresiasi nilai tukar rupiah, terus
membengkaknya defisit transaksi berjalan, serta melebarnya potensi
krisis, jika pemerintah hanya bisa bicara tentang pariwisata sesudah
mengeluarkan biaya triliunan rupiah, saya khawatir, pemerintah tak lagi
punya visi dan target,” katanya.

Menurut Fadli Zon, kita pernah punya pengalaman tidak menyenangkan dengan IMF saat penanganan krisis 1997/1998.
Seharusnya, kata dia, kita punya sikap yang lebih kritis terhadap lembaga internasional tersebut, bukan sebaliknya.

IMF adalah lembaga yang menyiram bensin di tengah api ketika krisis 1997/1998 di Indonesia.
“Lebih lucu lagi, pada peringatan 60 tahun Konferensi
Asia-Afrika tahun 2015 lalu, Presiden Joko Widodo pernah melontarkan
kritik keras terhadap IMF dan World Bank. Kritik Presiden begitu keras,”
katanya.

Tapi, kata Fadli Zon, menghadapi event Pertemuan
IMF-World Bank 2018 di Bali nanti, kita telah kehilangan jejak atas
kritik Presiden dua tahun lalu tersebut.

“Ini menunjukkan, pemerintah sekarang memang tak punya
ideologi ekonomi yang jelas. Inkonsistensi apa yang diucapkan dan apa
yang dilaksanakan,” katanya. [wartakota/trib]

Spesial Untuk Mu :  PAN Balas 'Serangan' Sri Bintang Pamungkas cs: Amien Rais Penggerak Reformasi, DiAkui!

Komentar