#Fistfest menantang anak-anak muda yang seolah menjadi pemberontak hebat
dalam dunia maya, namun mendadak pengecut ketika dihadapkan pada pilihan
hidup atau mati di dunia nyata.
dalam dunia maya, namun mendadak pengecut ketika dihadapkan pada pilihan
hidup atau mati di dunia nyata.
![]() |
Bassist KPR, John Paul Patton ketika di Fistfest (Dok UAJY) |
DIY YOGYAKARTA, SriwijayaAktual.com – Anak muda tidak boleh mati gaya. Anak muda juga jangan sampai mati
muda. Demikian tabuhan anak-anak FISIP Universitas Atmajaya Yogyakarta
(UAJY) ketika menggelar event asyik FISIP Twisted Festival (FistFest) di
di lapangan Parkir Kampus IV UAJY, 22-29 Oktober lalu. Anak muda harus
mengganas di dunia nyata dengan karya ketimbang jadi pesolek dunia maya,
target kawan-kawan Fistfest.
muda. Demikian tabuhan anak-anak FISIP Universitas Atmajaya Yogyakarta
(UAJY) ketika menggelar event asyik FISIP Twisted Festival (FistFest) di
di lapangan Parkir Kampus IV UAJY, 22-29 Oktober lalu. Anak muda harus
mengganas di dunia nyata dengan karya ketimbang jadi pesolek dunia maya,
target kawan-kawan Fistfest.
Tema “Menolak Mati Muda” hadir dari
keprihatinan akan lunturnya api yang terdapat dalam diri anak muda dan
makin lekatnya identitas ke dunia maya.
keprihatinan akan lunturnya api yang terdapat dalam diri anak muda dan
makin lekatnya identitas ke dunia maya.
“Meskipun hal ini tidak
sepenuhnya salah, karena bisa jadi mereka sedang mengkampanyekan sebuah
pilihan hidupnya dengan jalan yang mereka sukai. Namun Fistfest ingin
menggerakkan mereka, membakar mereka untuk turun ke gelanggang
pertarungan, menjadi pemenang ataupun menjadi ksatria dengan mengakui
keunggulan musuh. Keengganan mereka, yang tidak lagi giat turun
gelanggang, dianalogikan dengan mati muda,” tegas Arkhalidia selaku
Humas Fistfest berapi-api.
sepenuhnya salah, karena bisa jadi mereka sedang mengkampanyekan sebuah
pilihan hidupnya dengan jalan yang mereka sukai. Namun Fistfest ingin
menggerakkan mereka, membakar mereka untuk turun ke gelanggang
pertarungan, menjadi pemenang ataupun menjadi ksatria dengan mengakui
keunggulan musuh. Keengganan mereka, yang tidak lagi giat turun
gelanggang, dianalogikan dengan mati muda,” tegas Arkhalidia selaku
Humas Fistfest berapi-api.
Dalam pesta karya anak muda selama satu pekan kemarin, tujuan itu
diwujudkan dengan menghadirkan rangkaian acara yang cukup gila. Ada
kompetisi Basket 3×3, diprakasai oleh UKM Basket FISIP UAJY, Eksebisi
Pembacaan Puisi bertajuk “Mahasiswa juga Manusia” oleh Sastra Apresiasi
(SPASI) FISIP UAJY, pemutaran film “KINE dan ESENSI”, Parade Band lokal
oleh Mustika Maya FISIP UAJY, dan lomba Foto Stage yang digawangi oleh
Fotografi Jurnalistik Klub (FJK).
diwujudkan dengan menghadirkan rangkaian acara yang cukup gila. Ada
kompetisi Basket 3×3, diprakasai oleh UKM Basket FISIP UAJY, Eksebisi
Pembacaan Puisi bertajuk “Mahasiswa juga Manusia” oleh Sastra Apresiasi
(SPASI) FISIP UAJY, pemutaran film “KINE dan ESENSI”, Parade Band lokal
oleh Mustika Maya FISIP UAJY, dan lomba Foto Stage yang digawangi oleh
Fotografi Jurnalistik Klub (FJK).
Acara puncak unjuk kebolehan
Unit Kegiatan FISIP UAJY ini menampilkan band FSTVLST dan Kelompok
Penerbang Roket (KPR). Keduanya menantang para anak muda menjadi
pemberani di lagu “Mati Muda” dengan pendekatan lirik berbeda.
Unit Kegiatan FISIP UAJY ini menampilkan band FSTVLST dan Kelompok
Penerbang Roket (KPR). Keduanya menantang para anak muda menjadi
pemberani di lagu “Mati Muda” dengan pendekatan lirik berbeda.
FSTVLST
mengusung “Mati Muda” mereka dengan lirik depretif. Mereka menantang
anak-anak muda yang fasih bicara kematian, seolah menjadi pemberontak
hebat dalam teks namun mendadak menjadi pengecut ketika dihadapkan pada
pilihan hidup atau mati di dunia nyata dalam lirik “Jika harus mati
matilah, jika harus kini maka sekaranglah”.
mengusung “Mati Muda” mereka dengan lirik depretif. Mereka menantang
anak-anak muda yang fasih bicara kematian, seolah menjadi pemberontak
hebat dalam teks namun mendadak menjadi pengecut ketika dihadapkan pada
pilihan hidup atau mati di dunia nyata dalam lirik “Jika harus mati
matilah, jika harus kini maka sekaranglah”.
KPR juga tak
segan-segan melempar lirik mengandung berton amarah seperti “Mati muda!
Impian harapan orang tua musnah begitu saja, nyawa-nyawa penerus bangsa
tidak ada harganya” (*)
segan-segan melempar lirik mengandung berton amarah seperti “Mati muda!
Impian harapan orang tua musnah begitu saja, nyawa-nyawa penerus bangsa
tidak ada harganya” (*)
Sumber, berita jogja
Komentar