Berita  

Gegara Kokoh Menyuarakan Kebenaran, Natalius Pigai yang Diancam Dimakzulkan Terbitkan Surat Terbuka

Natalius Pigai Anggota Komisioner Komnas HAM (Dok)
JAKARTA, SriwijayaAktual.com – Ridha Saleh (mantan Komisioner Komnas HAM) menggagas pemakzulan
terhadap saya (Natalius Pigai) melalui petisi Change.org. Alasan
pemakzulan karena saya tidak bekerja baik. Kaum Nasrani dan minoritas
mengecam saya karena membela para ulama dan selalu konsisten mengkritik
Ahok dan Pemerintahan Jokowi.
Jawaban saya: berdasarkan laporan resmi Komnas HAM RI dari 7 sampai 8
ribu pengaduan, sebanyak 60% kasus, saya yang bekerja. Saya bekeja
tanpa mengenal waktu dan berkorban segala-segalanya untuk membesarkan
Komnas HAM ini setelah sekalian lama tenggelam dan tidak pernah di
pandang publik.
Hari ini Komnas HAM menjadi tumpuan harapan atau terminal akhir
pengaduan para pencari keadilan di negeri ini. Saya bekerja pontang
panting, berjuang berkeringat korbankan tenaga, waktu bahwa merogoh
kocek pribadi demi membela keadilan di negeri ini meskipun tekanan,
ancaman, teror dan segala risiko selalu menyertai saban hari tanpa
henti. Saya menentang kekuasaan negara intervensi Komnas HAM untuk
menjaga independensi. Tawaran jabatan pimpin badan Otorita oleh Luhut
Binsar Panjaitan dan Duta Besar oleh Jokowi melalui Jenderal
Hendropriyono saja saya tolak.
Standar kerja saya adalah: objektif, profesional, berintegritas, anti
korupsi dan anti diskriminasi Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan.
Karena menjadi komisioner Komnas HAM adalah komisoner milik seluruh
rakyat Indonesia. Hasil BPK 2015 yang Komnas HAM disclaimer, saya
komisioner Komnas HAM bersih sama sekali. Nama saya tidak tertulis dalam
laporan BPK.
Sampai dengan saat ini, saya tidak pernah mendengar ada legacy yang
Ridah Saleh tinggalkan, tidak pernah mendengar nama saudara
disebut-sebut sebagai salah satu komisioner di kantor ini apalagi
berprestasi. Bahkan nama Anda pun saya tidak tahu.
Demikian pula, semua orang memuja dan menuji Ahok, rakyat kecil
pemilik negeri di kota metropolitan dibantai kata-kata kasar, tanpa
dialog, kekerasan verbal merendahkan martabat manusia, digusur dengan
defile aparat dibuldozer, lantas bangun proyek-proyek mewah para taipan,
yang tidak mencerminkan ajaran dan hukum cinta kasih Kristus.
Di saat ini, di saat semua pejabat negeri ini tunduk, taat dan patuh
kepada kekuasaan dan Istana Negara hanya demi sebuah jabatan, hanya demi
kekuasaan dan uang. Di saat semua orang bertindak sebagai job seeker di
mesin kekuasan, saya memutuskan untuk menjaga marwah Komnas HAM sebagai
lembaga independen sebagaimana amanat Prinsip Paris oleh PBB.
Hari ini, rakyat di negeri ini menjerit, ada rintian, ratapan,
penderitaan, kesediaan. ratusan ribu orang Papua dibantai atas nama
negara, petani, buruh, nelayan, orang miskin dan rakyat jelata menjerit,
orang-orang Islam, Kristen, Hindu, Budha, Konghucu hidup dalam
ketidakpastian di negeri ini.
Pengekangan Kebebasan sipil (civil liberty) dan kebebasan ekspresi,
pendapat, pikirkan dan perasaan yg menentang mainstream demokrasi,
perdamaian dan hak asasi manusia. Negara ini tidak hadir sebagai
pendamai, sebagai pelindung, pengayom. Bahkan pemimpin negara hanya
duduk di Bizantium kekuasan membangun kegaduhan di negeri ini selam 2,5
tahun. Pemimpin negara hadir ibarat monster Leviathan yang menerkam
rakyat.
Di saat itu, kalian dimana dan kalian kemana?

Natalius Pigai
Komisioner Komnas HAM
(***)