![]() |
(Ilustrasi) |
mengenai kabar tentang akan adanya pendidikan untuk guru-guru adaptif
menjadi guru produktif.
kabupaten/kota di Indonesia alami kekurangan guru, dan kekurangannya
merata yaitu ada di tingkat SD, SMP, hingga SMA/SMK.
produktif. Kalau ini tidak dipenuhi, kita khawatir guru hanya mengajar
teori tanpa praktik,” kata Ichwan, seperti dilansir oleh Beritajatim, Jumat (9/9/2016).
dibanding teori. jika kekurangan guru produktif terus terjadi maka bisa
menghambat. “Jadi harus dipenuhi guru produktif sesuai kebutuhan.
Pemerintah harus bertanggung jawab memenuhi kekurangan guru ini. Kalau
tidak segera dipenuhi maka akan hancur,” terang Ichwan.
para guru honorer dalam memenuhi kebutuhan guru produktif menjadi guru
pegawai negeri sipil (PNS). “Sebagai langkah lain selain pendidikan guru
adaptif. Hendaknya pemerintah memikirkan itu, karena tidak sedikit
guru honorer yang masuk pada kelompok guru produktif,” tutur Ichwan.
Tinggi Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim, Hudiyono menyatakan, SMK di
Jatim saat ini memiliki sekitar 3.400 paket keahlian. Dan ada sekitar
1.400 paket keahlian terakreditasi A.
SMK yang menggunakan tenaga dari kalangan industri. Sehingga dapat
membengkakkan biaya operasional sekolah.
menjadi guru produktif, karena itu sebuah langkah bagus. Apalagi kita
masih kekurangan guru produktif untuk mengisi 3.400 paket keahlian,”
urai Hudiyono.
guru adaptif menjadi guru produktif, Pemerintah Provinsi (Pemprov)
Jatim akan membuat peraturan tentang pendidikan sistem ganda dan
teaching factory di SMK, untuk mengikat kalangan industri dengan SMK.
industri untuk diaplikasikan ke sekolah. Karena saat ini, tidak menutup
kemungkinan SMK harus menjadi miniatur industri. Hal ini tentu tidak
lepas dari kurikulumnya yang linier dan sinkron dengan industri.
Termasuk trainer dari industri itu pengalamannya harus sampai ke guru
SMK,” tandas Hudiyono. (*).