Berita  

Guru Produktif di Jatim Untuk SMK Masih Kurang, La Terus Bagaimana Strategi Jitu Solusinya? Ya Ini …

750xauto 12 obrolan kocak guru dan murid bikin ngakak kamu pernah 160518d
(Ilustrasi)
SURABAYA-JATIM, SriwijayaAktual.com – Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Provinsi Jawa Timur (Jatim). sambut gembira,
mengenai kabar tentang akan adanya pendidikan untuk guru-guru adaptif
menjadi guru produktif.
Pasalnya, pemerintah dianggap memiliki tanggung jawab untuk memenuhi kekurangan guru di tingkat SMK.
Ketua PGRI Jatim Ichwan Sumadi mengatakan, hampir semua
kabupaten/kota di Indonesia alami kekurangan guru, dan kekurangannya
merata yaitu ada di tingkat SD, SMP, hingga SMA/SMK.
“Namun, sekolah kejuruan sendiri yang paling banyak kekurangan guru
produktif. Kalau ini tidak dipenuhi, kita khawatir guru hanya mengajar
teori tanpa praktik,” kata Ichwan, seperti dilansir oleh  Beritajatim, Jumat (9/9/2016).
Ia menambahkan, diketahui SMK saat ini lebih mengutamakan praktik
dibanding teori. jika kekurangan guru produktif terus terjadi maka bisa
menghambat. “Jadi harus dipenuhi guru produktif sesuai kebutuhan.
Pemerintah harus bertanggung jawab memenuhi kekurangan guru ini. Kalau
tidak segera dipenuhi maka akan hancur,” terang Ichwan.
Mengenai guru honorer, Ichwan mengusulkan agar pemerintah mengangkat
para guru honorer dalam memenuhi kebutuhan guru produktif menjadi guru
pegawai negeri sipil (PNS). “Sebagai langkah lain selain pendidikan guru
adaptif. Hendaknya pemerintah memikirkan itu, karena  tidak sedikit
guru honorer yang masuk pada kelompok guru produktif,” tutur Ichwan.
Sementara itu, Kabid Pendidikan Menengah Kejuruan dan Pendidikan
Tinggi Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim, Hudiyono menyatakan, SMK di
Jatim saat ini memiliki sekitar 3.400 paket keahlian. Dan ada sekitar
1.400 paket keahlian terakreditasi A. 
“Untuk peningkatan mutu di SMK didukung oleh sekitar 71 ribu guru produktif. Tapi jumlah ini masih kurang,” papar Hudiyono.
Saat ini, tambahnya. Untuk menutupi kekurangan guru produktif, banyak
SMK yang menggunakan tenaga dari kalangan industri. Sehingga dapat
membengkakkan biaya operasional sekolah. 
“Saya mendukung langkah dari pemerintah yang menggeser guru normatif
menjadi guru produktif, karena itu sebuah langkah bagus. Apalagi kita
masih kekurangan guru produktif untuk mengisi 3.400 paket keahlian,”
urai Hudiyono.
Dalam waktu dekat, sebagai langkah yang secara tidak langsung membuat
guru adaptif menjadi guru produktif, Pemerintah Provinsi (Pemprov)
Jatim akan membuat peraturan tentang pendidikan sistem ganda dan
teaching factory di SMK, untuk mengikat kalangan industri dengan SMK.
“Sehingga, guru-guru di SMK dapat menerima pengalaman langsung dari
industri untuk diaplikasikan ke sekolah. Karena saat ini, tidak menutup
kemungkinan SMK harus menjadi miniatur industri. Hal ini tentu tidak
lepas dari kurikulumnya yang linier dan sinkron dengan industri.
Termasuk trainer dari industri itu pengalamannya harus sampai ke guru
SMK,” tandas Hudiyono. (*).