Berita  

ini dia! Aktivis GP Ansor: DN Aidit Aidit Cukup Religius, Cinta Bangsanya dan Jadi Musuh Soeharto

Sriwijaya Aktual – Tokoh PKI Dipa Nusantara Aidit (DN) dulu bernama Ahmad seorang dinilai cukup religius, cinta bangsanya dan menjadi musuh Soeharto.

Ahmad mengganti nama Dipa Nusantara Aidit sebagai bentuk cintanya kepada bangsa Indonesia.

“Di Jalan Pegangsaan Barat Nomor 4, Jakarta pada malam 30 September 1965. Achmad, yang karena cinta pada bangsanya, berganti nama dengan Dipa Nusantara Aidit, dijemput 3 tentrara, dijemput 3 tentara untuk selamanya,” kata aktivis GP Ansor Afif Fuad Saidi di akun Twitter-nya @AfifFuadS.

ini dia! Aktivis GP Ansor: DN Aidit Aidit Cukup Religius, Cinta Bangsanya dan Jadi Musuh Soeharto

Menurut Afif Fuad, Achmad tak lain DN Aidit seorang cerdas yang cinta pada bangsanya, cukup relijius, dan kemudian menjadi musuh Soeharto, dihabisi. “Istri, bahkan hingga anak cucunya tak pernah hidup tenang,” jelasnya.

Kata Afif Fuad, Achmad adalah salah satu pemuda yang ikut “Menculik” Bung Karno ke Rengasdengklok bersama Suroto Kunto, Subadio, Wikana, berdebat dengan golongan tua, meyakinkan, dan memaksa Bung Karno, pada 17 Agustus 45 untuk membacakan Proklamasi.

Menurut Afif Fuad, “Achmad” cinta pada bangsanya karena 1942 mulai bertemu intens dengan tokoh bangsa seperti Bung Karno, Chaerul Saleh.

“Bahkan, Julius Pour dlm Gerakan 30 September: Pelaku, Pahlawan & Petualang (2010) menyebut Achmad pernah menjadi anak emas Hatta (hlm. 19),” jelasnya.

Afif Fuad mengatakan, religiusitas Ahmad ketika khatam Al Quran.

“[…] Bang Amat (Achmad) tamat mengaji, khatam Alquran. Kami semua khatam Alquran. Dan kalau perayaan khatam ini, kami bagaikan raja, dihormati dan dikendurikan,” Tutur Sobron Aidit, adik tiri Achmad, dalam buku Aidit: Abang, Sahabat, dan Guru di Masa Pergolakan (2003: 47),” ungkapnya

Kata Afif Fuad, dikutip dari Dedi Sahara, “Penyelewengan terhadap Marxisme atau komunisme di Indonesia, yang erat kaitannya dengan dusta yang diinternalisasikan oleh rezim Orde Baru kedalam kesadaran sebagian besar masyarakat kita”. Achmad menjadi musuh kebencian bersama bangsa ini. (*)