Jangan Dibaca, Kalian Dapat Edan!

Jangan Dibaca, Kalian Dapat Edan!
Ilustrasi

Lanjutkan dibaca ataupun tidak. Aku mulai takut. Nafasku mulai sesak, terdapat perasaan khawatir. Tetapi aku wajib melanjutkan membaca. Amalan- amalan yang entah itu maksudnya apa. Jantung berdebar- debar, campur aduk. Jangan- jangan….

Sriwijaya Aktual — Sahabat aku hebat betul. Ia dapat memprediksi cuaca. Dapat membaca masa kemudian seorang cuma dengan memandang mukanya. Yang sangat kukagumi, jago tenaga dalam. Aku memangilnya Kang Ancu.

Ancu sebetulnya tidaklah siapa- siapa di kampung kami. Tetapi seluruhnya berganti sehabis ia merantau di Jawa Barat. Dikala memutuskan balik kampung di Bulukumba, Sulawesi Selatan, tidak perlu waktu lama nama Ancu jadi tenar. Bukan sebab harta yang dikumpulkan, tetapi ilmu kanuragan serta amalan- amalan ataupun mantra tarekat yang dipunyai. Aku juga kagum. Sebab seperti itu kami di desa memanggilnya Kang Ancu.

Buat sanggup menggapai pada tingkatan ilmu yang dipunyai, Kang Ancu mempertaruhkan segalanya. Tercantum hasrat dini merantau sebab mau jadi pengusaha sukses. Di Jawa Barat, Kang Ancu sempat belajar di desa Cikuya, Cicalengka. Waktunya bertahun- tahun dihabiskan belajar kanuragan. Tercantum membuka mata batin.

Terus menjadi besar kanuragan yang dipunyai, hingga itu hendak mengundang mahluk gaib buat mengujinya. Sempat sesuatu kala, Kang Ancu hendak rehat, sehabis letih berlatih. Ia juga bermimpi dikunjungi seekor anjing. Anjing itu berganti jadi manusia serta menantangnya duel. Terjadilah pertarungan sengit. Kang Ancu dituntut menghasilkan sebagian mantra buat menaklukan manusia jadi- jadian itu. Kemudian wujud itu juga mengaku kalah. Kang Ancu juga tersadar serta bangun dari tidurnya.

Ia menoleh kesebelah kiri. Kagetnya bukan main, dilihatnya seekor anjing beranjak keluar dari kamarnya.“ Dari mana datangnya anjing itu. Sementara itu kamar aku kunci. Mengapa dapat terbuka. Ahh.. nyatanya anjing itu yang masuk ke dalam mimpi aku,” kata Kang Ancu.

Sempat pula Kang Ancu nyaris tekanan mental. Ia bilang, ini jadi salah satu resiko dari ilmu yang dipelajarinya. Gurunya memberinya sebagian mantra- mantra ataupun amalan dengan bahasa sunda kuno yang tidak dikenal Kang Ancu apa maksudnya. Hingga saat ini. Amalkan saja, kata si guru. Pasti dengan bimbingannya langsung.

Gara- gara amalan itu, keanehan juga terjalin. Matanya sanggup menangkap penampakan mahluk astral. Yang mengkhawatirkan, Kang Ancu baru menyadarinya dikala merambah zona hutan yang diketahui angker.

Berlarilah Kang Ancu. Secepat- cepatnya. Sekencang- kencangnya.“ Banyak sekali jumlahnya. Wujudnya aneh- aneh. Terdapat apalagi yang ukurannya menjulang besar hingga ke langit,” cerita Kang Ancu kepada aku.

Hingga di padepokan, napas Kang Ancu tersengal- sengal. Sebagian orang yang melihatnya terlihat keheranan. Lebih heran lagi kala Kang Ancu teriak tidak jelas. Tangannya menunjuk- nunjuk suatu.“ Ia tiba. Ia tiba,” teriak Kang Ancu sekencang- kencangnya.

Badanya lemas. Ia menggigil. Warnanya, mahluk astral yang dilihatnya di hutan, terus mengikutinya. Terdapat puluhan. Si guru senantiasa membiarkan Kang Ancu begitu. Katanya itu bagian dari tes.

Di dalam kamar, Kang Ancu langsung rebah serta menarik sarung membungkus tubuhnya. Mahluk gaib itu terus mencermati Kang Ancu. Terdapat yang memandang dari jendela. Terdapat apalagi yang telah berdiri di samping Kang Ancu. Yang buatnya nyaris pingsan, dikala mahluk gaib itu turut tidur disampingnya serta mengajak Kang Ancu bicara.“ Tidak harus tinggal di mari, mending kalian turut aku,” kata Kang Ancu menirukan suara mahluk gaib itu.

Dari balik sarung, Kang Ancu mengintip. Alangkah khawatir serta kagetnya dikala ia memandang wajah mahluk gaib itu. Seluruh mantra sudah diucapkan tetapi tidak berimbas. Mahluk astral yang lain malah kian penasaran serta mau menantang Kang Ancu.

Yang sebelumnya cuma berdiri di balik jendela, satu persatu- satu mahluk gaib itu masuk ke dalam kamar. Kang Ancu kian terdesak. Ia pernah teriak, sehabis itu Kang Ancu tidak sadarkan diri. Pingsan. [*]