rimba di Kelurahan Anggoeya, Kecamatan Andounohu, Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultera) mampu
menumbuhkan asa anak-anak penyandang disabilitas.
Alasannya, letak yayasan jauh dari permukiman warga dan butuh 30 menit
jika berjalan kaki.
ada belasan,” ujar salah satu guru, Yanggi Yaddi, Jumat (2/3/2018).
dijemput dan diantar kembali ke rumahnya. Guru-guru yang punya kendaraan
kadang langsung menuju rumah orangtua siswa untuk mengajak anak mereka bersekolah.
mau belajar dan mau datang sendiri, biasanya sampai seminggu sekali
mereka datang,” ujar wanita yang menamatkan kuliahnya di Universitas
Lakidende itu.
Ninis Suidarwati, penggagas sekolah luar biasa untuk anak-anak penyandang disabilitas kurang mampu di Kendari. (Liputan6/Ahmad Akbar Fua) |
tersebut dirintis oleh pasangan suami istri Ninis Sudarwati dan Yapsin
Yaddi. Sejak 2004, Yapsin Yaddi sudah mengajar anak-anak penyandang
disabilitas. Dengan sabar, ia tidak pernah mengeluh.
sebagai guru pada 2005. Hingga saat ini, Yapsin Yadi mengajar di
Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara.
kabupaten itu, Yapsin Yaddi sudah mengajar di sekolah luar biasa hingga
saat ini. Sudah ratusan anak dengan kemampuan terbatas menamatkan
pendidikan di SLB Anugerah Hati yang dikelolanya.
Mudah-mudahan nanti ada yang berbaik hati menjadikan sekolah ini
permanen,” ujar guru SDN 11 Poasia Kendari itu.
Guru seringkali harus menjemput siswa penyandang disabilitas di rumahnya setiap pagi bila tidak ingin mereka hanya masuk seminggu sekali. |
sekolah untuk siswa difabel itu memiliki 14 orang guru. Kurang satu
orang lagi untuk menyamai jumlah siswa 15 orang.
dan telaten. Perempuan juga tidak gampang mengeluh menghadapi kelakuan
murid disabilitas yang tak biasa.
ojek atau bensin selama sebulan. Kemampuan mereka hampir tak dibayar,”
ujar Ninis.
pendidik. Ada pula jebolan mahasiswi kejuruan yang tidak memiliki dasar
ilmu mendidik.
bagaimana anak-anak ini merasakan bangku sekolah sama seperti anak
normal lainnya,” ucap Ninis. [liputan6]