Yusril Ihza Mahendra (Dok) |
Pemilu di Mahkamah Konstitusi (MK) yang diajukan oleh pakar hukum tata
negara Prof. Yusril Ihza Mahendra teralihkan oleh fenomena saling serang antar
elit politik.
politik yang berbeda melontarkan pernyataan yang mengakibatkan kegaduhan
yang berujung pada pelaporan kepada pihak yang berwajib kepada dua
orang yang bersangkutan.
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mirip dengan Partai Komunis
Indonesia (PKI).
bernuansa fitnah dan syarat ujaran kebencian menuduh sejumlah partai
politik, yakni Gerindra, Demokrat, PAN dan PKS berada di belakang
kelompok ekstrimis anti Pancasila yang tidak jauh berbeda dengan PKI.
aktor dan kubu saja ini dapat dikatakan sebagai bagian dari warming up dan psy war menuju Pemilu 2019.
prihatin dengan fenomena belakangan ini. Tjahjo menyerukan agar elit
politik segera mengakhiri aksi saling fitnah, saling lontarkan ujaran
kebencian satu sama lain. Tjahjo pun mengajak elit politik agar saling
beradu gagasan, beradu program untuk membangun negara sekaligus
mendulang simpati rakyat menjelang Pemilu 2019.
negara dengan baik dalam sebuah sistem pemerintahan presidential yang
efektif dan efisien,” kata Tjahjo di sela-sela Rapimnas Pertama Partai
Hanura di Bali, Jumat (4/8/2017).
Network for South East Asian Study (NSEAS), Muchtar Effendi Harahap, menuturkan, apabila MK
menolak gugatan uji materi atas UU Pemilu yang diajukan oleh Yusril,
jelas Muchtar Effendi, makna substansial yang ada adalah kelompok
oligarki di Indonesia berhasil membatasi pilihan rakyat kecuali pilihan
mereka sendiri. Demokrasi pun hanya akan menjadi prosedural.
korupsi kader parpol terus akan berlangsung di lembaga legislatif,”
jelas Muchtar Effendi, Kamis (3/8/2017).
maka skenario dan poros koalisi macam apa yang terbentuk pada Pilpres
2019?
Golkar, Hanura, Nasdem dan mungkin juga PPP dan PKB, poros koalisi ini
tentu akan mengusung Jokowi sebagai calon presiden. Poros koalisi kedua
terdiri dari Gerindra dan PKS yang akan mengusung Prabowo sebagai calon
presiden.
Yudhoyono (SBY) atas dukungan Partai Demokrat dan PAN, atau mungkin juga
dari PPP atau PKB,” urainya.
belakangan inilah yang membuat prediksi dan skenarionya, maksimal
hanya ada tiga poros koalisi pada Pilpres 2019 mendatang. Itupun, lanjut
Muchtar Effendi, selama SBY punya keinginan untuk membuat poros koalisi
tersendiri yang terpisah dari Prabowo (seperti skenario pada Pilgub DKI
Jakarta 2017 putaran pertama). (beng.ak)