Berita  

Jokowi sedang Galau Tingkat Tinggi?’ atas Permainan Cantik Lihai Prabowo Subianto

259352 04571826012015 jokowi pusing
Foto Jokowi [Ist/Net]

SriwijayaAktual.com – Sebuah analisis terkait Pilpres 2019 sedang viral di media sosial.
Penulisnya bernama Goenawan. Dia menyimpulkan bahwa Presiden Jokowi saat
ini sedang galau karena permainan cantik Prabowo Subianto. Seperti apa analisis
lengkapnya? Berikut tulisannya.
Jokowi
saat ini sedang galau dan tentu saja pusing tujuh ribu keliling. Tak
heran jika tiba tiba merayu dan merajuk dengan bilang, “Saya seorang
demokrat”. Hal ini tentu bertolak belakang ketika sebelum dirinya
dicapreskan PDIP untuk pilpres 2019, yang dengan pedenya menyorongkan
putra tertuanya untuk menerima AHY. Tindakan yang dianggap merendahkan
AHY secara politik.
 

Deklarasi capres Gerindra yang ditunda tentu saja menyulitkan kubu
Jokowi untuk menentukan teman koalisi dalam sosok cawapres. Jadi bisa
dimaklumi kalau sekarang terkesan berusaha menjadi calon tunggal. Tidak
saja merayu demokrat, bahkan wacana mencawapreskan Prabowo berpasangan
dengan Jokowi pun di lantunkan. Tentu saja ini ide yang membunuh
demokrasi. Begitu takutnya kalah sehingga berusaha menjadi calon tunggal
melawan kursi kosong.
Tetapi ketakutan tersebut sebenarnya bisa dimengerti. Lima partai
yang sudah mendeklarasikan mengusung Jokowi sebenarnya hanya suara elit
partai. Sama sekali tidak mencerminkan pilihan konstituen. Bahkan saya
prediksi suara PPP, satu satunya partai berbasis Islam yang mendukung
Jokowi tidak akan mencukupi parlemen threshold untuk bisa membentuk
fraksi sendiri di tahun 2019. Jika melihat potret PPP Jakarta dengan
Haji Lunglungnya dan peserta demo Ahok, maka konstituen PPP akan
berpindah ke PKS, PAN, PBB dan PKB.
Sehingga praktis suara Jokowi hanya diperoleh dari PDIP, Sedangkan
grassroot Golkar, Hanura dan Nasdem tidak mungkin 100% memilih Jokowi.
Bahkan Golkar yang digadang gadang menjadi penyumbang suara Jokowi, jauh
– jauh hari sudah menyatakan sikap pragmatis akan ikut berkuasa
siapapun yang menang. Artinya Golkar tidak akan ngotot mengkampanyekan
Jokowi, tetapi pasti hemat energi dan akomodasi untuk mengkampanyekan
pemilu legislatifnya.
Sebaliknya
konstituen PKS, Gerindra, PAN, hampir tidak mungkin menyeberang memilih
Jokowi. Diluar kedua kubu tersebut, masa mengambang akan cenderung
memilih presiden baru. Faktor ekonomi dan psikologis jenuh dengan hiruk
pikuk politik di jaman Jokowi akan mempengaruhi keputusan meninggalkan
Jokowi. Jokowi saat ini tidak lagi dianggap sebagai new hope seperti
saat pertama kali dipromosikan sebagai capres di 2014.

 
Berikut ini indikasi bahwa suara Jokowi banyak tergerus.


1. Di pilkada DKI, dimana masyarakatnya majemuk, tuah Jokowi sebagai presiden yang mengendorse Ahok ternyata berujung kekalahan.


2. Follower Anies Baswedan otomatis akan bergeser ke Prabowo dari dulunya di kubu Jokowi.


3. Saat demo Ahok, banyak peserta dari daerah tapal kuda diluar
Jakarta. Artinya masyarakat luar Jakarta pun sudah terpolarisasi dengan
kuat untuk tidak mendukung Jokowi lagi.


4. Lihat saja di media sosial, suara yang mendukung Jokowi jauh berkurang dibandingkan tahun 2014.


Dari keempat poin diatas menunjukkan Jokowi memang sedang kehilangan
angin. Saat ini langkah Jokowi seperti terkunci, kesulitan menentukan
cawapres karena menunggu deklarasi Gerindra cs. Sebaliknya Gerindra cs
masih bisa bermanuver melalui cawapres bahkan capresnya.


Satu lagi, jika Anies Baswedan sukses merebut simpati rakyat Jakarta
dan mampu dilihat dipanggung nasional. Maka orang akan berpikir,
ternyata Anies lebih berhasil tanpa harus melakukan jurus kontroversial
ala Ahok. Ternyata memimpin dengan kesantunan lebih menjanjikan daripada
caci maki ala Ahok. Empiris dengan itu, orang akan berpikir ternyata
Jokowi bukan yang terbaik.


Salam satu periode, petualangan anda harus berakhir lebih cepat.
Bukan karena sara, tetapi rakyat sudah jenuh dengan kisruh import beras
dan klaim stock beras mencukupi. Karena faktanya harga beras mahal?
Mahal beneran atau hoax?
. [***]
Goenawan