pemerintah untuk menyerap bahan pangan pokok seperti beras dari petani.
Dalam menyerap bahan pangan itu, Bulog meminjam uang dari bank dengan
bunga komersial.
Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso, menyebut bahwa pihaknya kini
harus menyiapkan uang sebesar Rp 14-16 miliar per hari, atau Rp 240-250
miliar per bulan untuk membayar bunga pinjaman bank untuk menyerap bahan
pangan.
“Ada penugasan untuk menyerap bahan pokok, itu uangnya dari pinjaman
semua. Hari ini tiap hari kami siapkan anggaran Rp 14-16 miliar untuk
bayar bunga dan operasional, sebulan Rp 240-250 miliar untuk bunga saja,
belum pokok pinjaman,” ucapnya dalam Rapat Gabungan di Komisi IV DPR
RI, Jakarta, Senin (9/9/2019).
Saat disinggung oleh anggota DPR mengenai jumlah pinjaman dan bunga yang
harus dibayar Bulog, dia mengaku tak hafal. Namun, menurut Buwas, hal
tersebut memberatkan Bulog lantaran kini bantuan beras miskin (raskin)
dialihkan jadi Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).
menjadi penyalur tetap beras untuk program BPNT, tetapi hal itu belum
terealisasi sepenuhnya. Buwas berharap, Kemensos dapat menunaikan
perintah Jokowi.
“Tapi di lapangan sampai saat ini dari pihak ketiga masih belum ikhlas
diserahkan ke Bulog. Kita terus berusaha dan bertempur,” kata Buwas.
Apabila perintah Jokowi tidak dijalankan, Buwas khawatir Bulog ke depan
bisa bangkrut akibat beras tak terserap, sementara bunga bank begitu
besar. Maka dari itu, diharapkan seluruh pihak terkait memperhatikan
kepentingan negara.
nanti akan hilang karena akan dinyatakan rugi besar,” tegasnya. [ts]