Kemiskinan dan Kesenjangan Jadi Tantangan Ekonomi di Indonesia

Berita48 Dilihat
Menteri Keuangan Sri Mulyani memberi kuliah umum Mahasiswa Universitas Diponegoro, Semarang

SEMARANG-JATENG, SriwijayaAktual.com – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan tantangan
Indonesia dalam persoalan ekonomi adalah mengatasi kemiskinan dan
kesenjangan seiring dengan pertumbuhan perekonomian negara.
 “Kendala yang harus diselesaikan adalah bagaimana mengurangi
kemiskinan dan tingkat kesenjangan ekonomi,” katanya saat menyampaikan
kuliah umum di Universitas Diponegoro Semarang, Kamis (16/2/2017)
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menjelaskan persoalan
kemiskinan dan kesenjangan bisa diatasi dengan desain pertumbuhan
ekonomi yang inklusif yang relatif memiliki kualitas lebih baik.
Tentunya, kata dia, harus didorong dengan produktivitas, bagaimana
menjaga daya saing, menjaga institusi yang bersih dan efektif, serta
melakukan tata kelola secara baik.
“Pembangunan institusi ini memang susah karena tidak terlihat
bentuknya. Beda dengan membangun gedung, jembatan. Namun, pembangunan
institusi ini sangat memengaruhi suatu negara,” kata sosok kelahiran
Bandar Lampung, 26 Agustus 1962 itu.
Menurut dia, pembangunan institusi adalah bagaimana kualitas
berorganisasi, seperti halnya negara, baik dari lembaga eksekutifnya,
lembaga legislatif, lembaga yudikatif, dan “private sector”.
Ia mencontohkan Undip yang ternyata menerima 37 persen mahasiswa yang
berasal dari kelompok masyarakat kurang mampu dari total mahasiswa yang
menunjukkan adanya keberpihakan terhadap penanggulangan kemiskinan.
“Sebab, dari sisi indikator bahwa kesenjangan, kemiskinan, dan
pengangguran relatif mudah dilihat sebagai tanda kesehatan ekonomi suatu
negara,” katanya.
Sri Mulyani yang sudah dua kali menduduki jabatan Menkeu di dua
kabinet berbeda itu menyebutkan negara-negara di Amerika Latin, seperti
Brazil, kemudian Meksiko yang pertumbuhan ekonominya tinggi, tetapi
kesenjangannya juga naik. “Ekonomi besar tetapi tidak memiliki manfaat
bagi masyarakat luas,” katanya.
Namun, ia optimistis perekonomian Indonesia akan terus bertumbuh
seiring dengan kian berkurangnya tingkat kemiskinan dan kesenjangan.
Apalagi, kata dia, pertumbuhan ekonomi Indonesia selama ini selalu di
kisaran 5-6 persen, kecuali beberapa tahun lalu akibat pukulan berat
dari harga komoditas, seperti harga minyak dunia yang jatuh.
“Itu terjadi pada 2009 lalu dengan ekonomi tumbuh di bawah 5 persen,
kemudian tahun 2015. Namun, pada 2016 ditutup dengan pertumbuhan 5,02
persen, dan pada 2017 diproyeksikan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,2
persen,” pungkasnya. (*)

Sumber, Beritajateng.net

Komentar