*Kesadaran mengumpulkan sampah dengan sendirinya tumbuh, bersamaan dengan naiknya minat baca masyarakat
![]() |
LIMBAH PUSTAKA. Ibu-ibu rumah tangga dan anak-anak di Desa Muntang, Purbalingga ,meminjam buku di perpustakaan keliling Limbah Pustaka yang dikelola Hendarti. Foto oleh Irma Muflikah/Rappler |
PURBALINGGA-JATENG, SriwijayaAktual.com — Hendarti tak canggung berkeliling
Desa Muntang di Purbalingga, Jawa Tengah, sembari mengendarai sepeda
motor roda tiga dengan bak terbuka.
Desa Muntang di Purbalingga, Jawa Tengah, sembari mengendarai sepeda
motor roda tiga dengan bak terbuka.
Di atas bak tersebut terpajang ribuan koleksi buku. Sejak
beberapa tahun terakhir, Hendarti memutuskan menyulap kendaraannya
menjadi perpustakaan berjalan. Ia membuat tiga rak kayu yang dipasang
pada masing-masing sisi dan bagian belakang bak.
beberapa tahun terakhir, Hendarti memutuskan menyulap kendaraannya
menjadi perpustakaan berjalan. Ia membuat tiga rak kayu yang dipasang
pada masing-masing sisi dan bagian belakang bak.
Saat hendak keliling, ribuan buku dari Perpustakaan Desa
(Perpusdes) di rumahnya ia pindahkan ke rak tersebut. Pajangan bukunya
menarik mata warga, termasuk anak-anak. Tak jarang mereka langsung
menyerbu perpustakaan Hendarti untuk berburu buku kesukaan mereka.
(Perpusdes) di rumahnya ia pindahkan ke rak tersebut. Pajangan bukunya
menarik mata warga, termasuk anak-anak. Tak jarang mereka langsung
menyerbu perpustakaan Hendarti untuk berburu buku kesukaan mereka.
“Ibu rumah tangga sukanya buku kuliner. Bapak-bapak
biasanya mencari buku pertanian dan budidaya. Anak-anak gemar buku
dongeng,” kata Hendarti.
biasanya mencari buku pertanian dan budidaya. Anak-anak gemar buku
dongeng,” kata Hendarti.
Keseriusannya menggarap perpustakaan berawal dari
keprihatinan Hendarti terhadap kenakalan remaja di desanya. Para remaja
di Desa Muntang, menurut Hendarti, banyak disibukkan dengan hal-hal
negatif, seperti bermabuk-mabukkan dan mengonsumsi narkoba.
keprihatinan Hendarti terhadap kenakalan remaja di desanya. Para remaja
di Desa Muntang, menurut Hendarti, banyak disibukkan dengan hal-hal
negatif, seperti bermabuk-mabukkan dan mengonsumsi narkoba.
Oleh karenanya, ia ingin mengalihkan perhatian remaja
dengan kegiatan membaca agar mereka tak terpengaruh pergaulan yang
menjerumuskan ke jurang kekelaman.
dengan kegiatan membaca agar mereka tak terpengaruh pergaulan yang
menjerumuskan ke jurang kekelaman.
“Jika mereka sudah mau membaca, kita akan lebih mudah
memberikan nasihat baik kepada mereka. Membaca perlahan akan mengubah
perilaku mereka,” ujarnya.
memberikan nasihat baik kepada mereka. Membaca perlahan akan mengubah
perilaku mereka,” ujarnya.
Rela berkorban pulsa
Hendarti mulai menggarap perpustakaan sejak 2007. Kala
itu, ia prihatin melihat Perpusdes di Balai Desa Muntang selalu sepi
pengunjung. Perempuan yang sehari-hari bekerja sebagai perangkat desa
itu pun memutuskan memindahkan Perpusdes dari kantor Balai Desa ke
rumahnya.
itu, ia prihatin melihat Perpusdes di Balai Desa Muntang selalu sepi
pengunjung. Perempuan yang sehari-hari bekerja sebagai perangkat desa
itu pun memutuskan memindahkan Perpusdes dari kantor Balai Desa ke
rumahnya.
Ia mengikhlaskan separuh bangunan rumahnya untuk ruang
perpustakaan. Bekas ruang tamu miliknya ia sulap jadi ruang baca yang
dikelilingi banyak rak buku.
perpustakaan. Bekas ruang tamu miliknya ia sulap jadi ruang baca yang
dikelilingi banyak rak buku.
“Pikir saya, kalau warga membaca dan meminjam di rumah, mereka lebih leluasa dan santai, tidak seperti di Balai Desa,” ucapnya.
“Saya berupaya meningkatkan kesadaran warga terhadap pencemaran
lingkungan, sekaligus memberdayakan ibu-ibu rumah tangga untuk mengolah
sampah jadi barang berharga.”
Keberadaan perpustakaan desa di rumahnya ternyata mendapat
tanggapan positif dari warga. Satu per satu warga, terutama anak-anak,
mulai berkunjung ke Perpusdes di rumahnya.
tanggapan positif dari warga. Satu per satu warga, terutama anak-anak,
mulai berkunjung ke Perpusdes di rumahnya.
Agar kunjungan ke Perpusdes terus meningkat, ia memikirkan
cara untuk berinovasi. Hendarti melengkapi Perpusdes dengan komputer
dan laptop yang terkoneksi dengan internet. Bahkan ia rela berkorban pulsa agar koneksi internet di Perpusdesnya tetap lancar.
cara untuk berinovasi. Hendarti melengkapi Perpusdes dengan komputer
dan laptop yang terkoneksi dengan internet. Bahkan ia rela berkorban pulsa agar koneksi internet di Perpusdesnya tetap lancar.
“Memang kunjungan meningkat sejak ada internet, tapi
lama-lama saya tekor karena pulsa Rp50 ribu bisa habis tiga hari untuk
pemakaian internet,” akunya.
lama-lama saya tekor karena pulsa Rp50 ribu bisa habis tiga hari untuk
pemakaian internet,” akunya.
Meski demikian, Hendarti merasa belum puas dengan hasil
yang telah dicapainya. Ia ingin, seluruh masyarakat bisa mengakses
Perpusdes. Sampai akhirnya, ia memutuskan jemput bola agar buku-bukunya
bisa terbaca warga.
yang telah dicapainya. Ia ingin, seluruh masyarakat bisa mengakses
Perpusdes. Sampai akhirnya, ia memutuskan jemput bola agar buku-bukunya
bisa terbaca warga.
Saat sore, ia memindahkan buku-buku dari rak di Perpusdes
ke rak yang ia ikat dengan bak sepeda roda tiganya. Hendarti bersiap
menawarkan buku-bukunya agar dibaca atau dipinjam secara gratis.
ke rak yang ia ikat dengan bak sepeda roda tiganya. Hendarti bersiap
menawarkan buku-bukunya agar dibaca atau dipinjam secara gratis.
Memadukan perpustakaan dengan bank sampah
Hendarti, yang juga merupakan aktivis peduli lingkungan,
membuat inovasi lainnya, yaitu mengajak warga mengelola sampah saat
berkeliling desa.
membuat inovasi lainnya, yaitu mengajak warga mengelola sampah saat
berkeliling desa.
Alhasil, motor modifikasinya ia buat multifungsi. Hendarti siap menampung sampah masyarakat yang ia angkut ke dalam bak.
![]() |
PERPUSTAKAAN DESA. Anak-anak sedang membaca buku di Perpustakaan Desa di rumah Hendarti. Foto oleh Foto oleh Irma Muflikah/Rappler |
Warga bisa menukarkan sampah anorganik mereka dengan uang
kepada Hendarti. Sambil menukar sampah, mereka juga bisa meminjam buku
atau membacanya di tempat di perpustakaan Hendarti. Karena dipadukan
dengan bank sampah, warga menyebut perpustakaan keliling Hendarti dengan
Limbah Pustaka.
kepada Hendarti. Sambil menukar sampah, mereka juga bisa meminjam buku
atau membacanya di tempat di perpustakaan Hendarti. Karena dipadukan
dengan bank sampah, warga menyebut perpustakaan keliling Hendarti dengan
Limbah Pustaka.
Keberadaan perpustakaan itu rupanya mampu merangsang warga
untuk menyetor sampah. Kesadaran mengumpulkan sampah dengan sendirinya
tumbuh, bersamaan dengan naiknya minat baca masyarakat.
untuk menyetor sampah. Kesadaran mengumpulkan sampah dengan sendirinya
tumbuh, bersamaan dengan naiknya minat baca masyarakat.
“Kalau meminjam buku saja mungkin mereka merasa enggak enak, akhirnya mereka juga terdorong untuk mengumpulkan sampah,” katanya.
Sampah-sampah yang terkumpul kemudian diolah oleh para
perempuan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) menjadi aneka kerajinan
tangan, di antaranya buket bunga, tas, dompet, dan keranjang. Hasil
penjualan barang kerajinan itu dikembalikan ke warga yang menukar
sampah.
perempuan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) menjadi aneka kerajinan
tangan, di antaranya buket bunga, tas, dompet, dan keranjang. Hasil
penjualan barang kerajinan itu dikembalikan ke warga yang menukar
sampah.
“Saya berupaya meningkatkan kesadaran warga terhadap
pencemaran lingkungan, sekaligus memberdayakan ibu-ibu rumah tangga
untuk mengolah sampah jadi barang berharga,” ujarnya.
pencemaran lingkungan, sekaligus memberdayakan ibu-ibu rumah tangga
untuk mengolah sampah jadi barang berharga,” ujarnya.
Namun, perjuangan Hendarti sering kali menuai kendala. Ia
kerap dicibir oleh sejumlah warga yang sinis dengan aktivitasnya.
Buku-buku yang dipinjam warga juga ada yang tidak kembali, atau kembali
dalam kondisi rusak.
kerap dicibir oleh sejumlah warga yang sinis dengan aktivitasnya.
Buku-buku yang dipinjam warga juga ada yang tidak kembali, atau kembali
dalam kondisi rusak.
Meski demikian, semangat Hendarti tak kendur. Ia berharap,
seiring minat baca warga meningkat, pemerintah desa bisa menyambutnya
dengan membangun gedung Perpusdes yang memadai.
seiring minat baca warga meningkat, pemerintah desa bisa menyambutnya
dengan membangun gedung Perpusdes yang memadai.
“Saya tidak dapat materi dari apa yang saya kerjakan
selama ini, tapi mendapatkan berkah. Saya diberi kemudahan untuk
menguliahkan anak,” harapnya. (rappler/4/5/2017)
selama ini, tapi mendapatkan berkah. Saya diberi kemudahan untuk
menguliahkan anak,” harapnya. (rappler/4/5/2017)
Komentar