Purnomo mengembangkan sistem Monitoring Pengawatan Tripping Coil dan
Suhu Kontak PMT untuk mengantisipasi gangguan alam yang dapat
mempengaruhi aliran listrik.
“70% saluran distribusi listrik
dialirkan ke pelanggan industri melalui Saluran Udara Tegangan Menengah
(SUTM), yang sangat rawan dipengaruhi gangguan alam,” kata Hadi usai
melakukan uji coba alatnya, Jumat (17/2/2017).
Selain itu,
gangguan itu juga dapat merusak peralatan listrik pelanggan maupun,
untuk menghindari, terdapat seperangkat sistem proteksi yang berguna
untuk melindunginya, seperti sistem proteksi Kubikel 20Kv.
“Salah
satu bagian dari kubikel 20Kv adalah Pemutus Tenaga (PMT) yang
berfungsi sebagai penggerak mekanis operasional aliran tenaga listrik.
Serta, melepas sirkuit ketika ada gangguan hubung singkat mencegah
pemadaman yang lebih luas,” papar mahasiswa angkatan 2012 itu.
Kendala
PMT feeder, tambahnya. Yakni gagal trip ketika rele proteksi telah
mengirimkan perintah trip sehingga menyebabkan PMT incoming feeder trip,
yang berakibat pada pemadaman lebih luas.
Dilain sisi, kontak
PMT juga tidak dapat dilihat untuk mengetahui kondisi kontak PMT,
sehingga dapat menimbulkan panas dan mengakibatkan kerusakan pada PMT.
“Alat
monitoring yang saya kembangkan ini dapat mengamankan gangguan hubungan
singkat pada saluran tenaga listrik,” ujar Mahasiswa alumni SMA Negeri 2
Jombang ini.
Komponen alat yang di kembangkan dengan biaya empat
sampai lima juta ini didalamnya terdapat perangkat seperti sensor
tegangan, sensor suhu LM35, sistem minimum mikrokontroler Arduino Mega
2560, penampil LCD Karakter 20×4, indikasi audio, dan visual.
“Mikrokontroler
berguna untuk mengolah data masukan digital dari optocoupler melalui
port Digital input dan analog (mV) dari sensor LM35, kemudian
dikoversikan mikrokontroler dan ditampilkan dalam bentuk derajat Celcius
pada LCD Karakter 20×4 serta keluaran indikasi audio dan visual,”
paparnya. [*]
Komentar