Berita  

Mahasiswa ini Ciptakan Salep Cangkang Kerang untuk Bekas Luka

anadara granosa 1b%2B %2BKerang%2BDarah
Kerang darah (Ist)

MALANG-JATIM, SriwijayaAktual.com  – Kerang darah merupakan sejenis karang yang sudah tidak asing
lagi bagi masyarakat Asia Tenggara, terutama Indonesia. Kerang ini acap
dikonsumsi sebagian besar rakyat Indonesia.

Selain untuk
konsumsi, kerang darah seringkali dijadikan sebagai bahan menyerap
timbale dalam bidang kosmetika. Bahkan, bahan dari kerang ini juga
terkadang diperuntukkan di bidang pertukangan. Di antara sejumlah fungsi
itu, masih banyak orang yang belum tahu bahwa cangkang kerang ternyata
bisa mengobati luka.

“Kita ingin manfaatkan cangkang kerang darah yang selalu dijadikan seafood
lalu menjadi limbah dan langsung dibuang,” ujar Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Hewan, Universitas Brawijaya (UB) Dendra Chrismasando, seperti dilansir  Republika.co.id, Selasa (18/7/2017)
Di
sisi lain, berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP),
Jawa Timur menghasilkan limbah cangkang kerang sebanyak 3.700 ton per
tahunnya. Lalu pada data yang sama di 2004, Indonesia menghasilkan
limbah tersebut sekitar 48.928 ton. Angka limbah ini jelas tinggi tapi
sayangnya pemanfaatnya masih jarang.
“Untuk itu kita ingin angkat ini dengan menghubungkan dengan kesehatan,” kata mahasiswa semester enam ini.
Dendra
menerangkan, dia dan timnya menginginkan agar 69 persen kitosan tinggi
yang berada dalam cangkang kerang darah dapat dimanfaatkan. Terlebih
lagi kerang tersebut memiliki banyak fungsi termasuk  mengobati luka
seperti bekas operasi.
Untuk memperoleh ekstrak kitosan pada
kerang itu, Dendra mengungkapkan, timnya harus melakukan proses
penghilangan protein terlebih dahulu. Kemudian masuk pada tahap
penghilangan mineral dan gugus asetil sehingga menghasilkan bubuk.  Dari
dua kilogram cangkang kerang, timnya hanya mampu memperoleh 150 gram
kitosan untuk digunakan.
Sementara pada tahap pembuatan salepnya,
Dendra menegaskan, seluruh alat harus steril sebelumnya. Kemudian
mencampurkan Vaseline Album sebanyak 92 persen sedangkan kitosan delapan
persen. Setelah tercampur dengan baik, bahan salep ini harus diradiasi
selama 15 menit.
Sebelum diterapkan ke manusia, dia menerangkan,
salep ini diuji terlebih dahulu pada lima tikus yang perlakuannya
berbeda. Dari hasil pengujian itu, tim dapat memastikan salep itu dapat
dimanfaatkan ke bekas luka operasi manusia.
Untuk menggunakannya,
pasien cukup mengolesnya dua kali sehari pada bagian luka. Luka yang
biasanya akan sembuh selama dua pekan dapat dipercepat menjadi tujuh
hari penyembuhan. Dari penelitian yang dilakukan selama dua bulan,
Dendra dan timnya pun berhasil menghasilan salep yang diharapkan dapat
membantu dunia kesehatan. “Kita tinggal kemasannya saja dan butuh
investor untuk mengembangkannya,” Jelasnya. (*)