Berita  

‘Mantan Panglima TNI: Jangan Terlalu Banyak Bicara Pancasila, Tetapi Kedaulatan Diberikan Ke Pihak Asing’!!!

anigif%2B %2BIlustrasi

JAKARTA, SriwijayaAktual.com
– Mantan Panglima TNI Jenderal TNI (Purn) Djoko Santoso, MSi,
mengingatkan agar para elite bangsa ini tak terlalu banyak bicara
Pancasila, tetapi kedaulatan diberikan kepada pihak lain.
Di
dampingi 5 pengawalnya yang menggunakan seragam TNI aktif, mantan
Panglima TNI Jenderal TNI (Purn) Djoko Santoso, MSi memberikan kuliah
umum dalam simposium nasional kebangsaan yang diadakan oleh Majelis
Bangsa Indonesia (MBI) di Kencana Cawang, Cawang, Jakarta Timur, Jumat
(18/8/2017) Kemarin.
Dalam
paparannya, Djoko mengatakan, alih–alih kebhinekaan, jangan sampai
kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) diberikan kepada
orang yang ingin memecah belah kesatuan bangsa.
“Jangan
banyak bicara Pancasila tetapi kedaulatan di berikan kepada orang lain.
Kita harus memperbaiki garis pertahanan, konsepsi bernegara harus
dikembalikan,” kata Djoko.
Menurutnya,
di era global ini, perang tidak hanya bertempur di medan perang. Tetapi
perang konsepsi. Dalam kondisi ketahanan, kata dia, kondisi ketahanan
negara Indonesia sudah tertrobos. Secara doktrin militer ketika kondisi
sudah seperti itu, maka harus mengumpulkan kekuatan dan memperbaiki
batas depan pertahanan tempur.
“Kemerdekaan
yang telah dimiliki pertahankan, jangan sekali–kali dilepas dan
diserahkan kepada siapapun yang akan menjajah dan menindas Kita.
Waspada! Jangan lengah, kalau lengah mengakibatkan kelemahan, kelemahan
mengakibatkan kekalahan, dan kekalahan mengakibatkan penderitaan,” tegas
mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat tersebut menirukan gaya Jenderal
Sudirman.
Artinya,
lanjut Djoko, ketahanan nasional adalah suatu kondisi dinamika suatu
bangsa, berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan
mengembangkan kekuatan nasional di dalam menghadapi dan mengatasi segala
tantangan ancaman hambatan serta gangguan.
“Baik
yang datang dari luar maupun dari dalam, yang langsung maupun tidak
langsung, yang membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup
bangsa dan negara serta perjuangan mewujudkan tujuan nasionalnya,”
terang Pangdivif 2/Kostrad (2001).
Masalah
keberagaman, kata Djoko merupakan masalah ketidakadilan yang bahayanya
melebihi komunisme. Kesenjangan sosial, ekeploitasi alam secara serakah
dan disparitas menyebabkan ketidakadilan.
“Potret
situasi kita memang seperti itu, untuk menghadapi itu harus punya
pegangan. Kita menanam saja kebaikan, semangat kebaikan itu yang akan
menunjukkan kita ke arah yang lebih baik,” pungkasnya.
Begitulah
para pemimpin yang lahir dari TNI, mereka lebih mengerti bagaimana
menjaga kedaulatan bangsa ini, bukan yang sekedar koar–koar dan jualan
“Saya Indonesia, Saya Pancasila”. (gh/ak)