“Membeli Kejantanan” Ditengah-Tengah Lemahnya Pengawasan

Berita52 Dilihat

JAKARTA, SriwijayaAktual.com – Lapak-lapak
kecil yang menjual obat kuat dan alat bantu seks menjadi pemandangan yang tak
asing di tepi kiri atau kanan jalan-jalan di ibu kota dan sekitarnya. Salah
satunya di jalan utama arah Lebak Bulus menuju Ciputat, Tangerang Selatan.
Mengintip
geliat bisnis pendukung aktivitas seks ini, seperti dilansir rimanews.com (4/10/2016), sengaja 
mampir dan beraksi layaiknya pembeli ke salah satu warung yang memasang spanduk
cukup mencolok bertuliskan “Obat Kuat”.
Warung kecil berlokasi di pertigaan Rempoa ini
hanya memiliki satu etalase yang ditutup dengan kertas kado, hanya kaca bagian
atas saja yang ditampakkan untuk menampilkan sebagian produk afrodisiak,
kejantanan, kondom, dan aneka alat bantu seks pria maupun wanita.
Di lapak tersebut, tersedia berbagai merk obat kuat
yang kebanyakan adalah produk impor; dari Cina, Amerika, Thailand, hingga
Jerman.
Norman (bukan nama sebenarnya), sang pemilik
toko, mengaku menjual obat impor karena lebih banyak diburu oleh para pelanggan
yang butuh penambah gairah bercinta.
“Kalau obat herbal/alami kurang peminatnya,
apalagi kalo obat lokal,” katanya.
Karena yang dijual produk impor, obat-obat itu
pun tidak memiliki petunjuk dalam bahasa Indonesia. Kebanyakan keterangan dalam
produk ditulis dalam bahasa Mandarin atau Inggris.
Namun, Norman tak mengaku kesulitan memberikan
penjelasan kepada para pelanggan. Bukannya lancar berbahasa Mandarin atau
Inggris, tapi perkiraan, pengalaman dan insting yang diandalkannya.
“Pakainya setengah atau satu jam sebelum
bersenggama,” ucapnya saat ditanya kapan mulai minum sejumlah pil kuat
yang dijualnya.
Selain menjual obat kuat dan perangsang berupa
tablet dan kapsul, Norman juga menawarkan obat oles. Tanpa menyebut merk,
Norman menyebut harga dari macam-macam obat olesnya.
Untuk obat oles, dia menyebut cara memakainya 5
sampai 10 menit sebelum beraksi. Penjelasannya ini, menurutnya, berdasarkan
asas kebiasaan. Dia sendiri mengaku belum pernah memakainya.
“Ada yang Rp30.000, ada yang Rp40.000. Hanya
dioles saja makenya,” Jelasnya.
Norman juga menjual obat kuat atau perangsang
untuk wanita. Namun, perangsang wanita lebih sering diburu pembeli pria.
Terkait usia para pembeli, Norman mengatakan
kebanyakan pria paruh baya, dan sesekali remaja. Pembeli didominasi pria.
“Kalau remaja belinya Magic Power doang
kebanyakan, karena harganya murah palingan.” Cetusnya.
 Pelanggan
Norman kebanyakan masyarakat dari kelas ekonomi menengah ke bawah. Hal itu
dapat dilihat dari kemampuan daya beli mereka.
“Kebanyakan mereka beli eceran, jarang yang
beli satu pak atau bungkusan. Satu tablet harganya tergantung jenis obatnya;
ada yang Rp50 ribu, ada yang Rp40 ribu,” terangnya.
Jenis obat yang menjadi primadona pria yang
menginginkan ketahanan di ranjang adalah pil biru atau Viagra.
Selain pil biru, salah satu yang juga sering
dicari sama pembelinya, yaitu Maximum Powerful. Obat dari Amerika
Serikat ini diklaim Norman sebagai obat alami. Namun, saat ditanya dari mana
dia tahu, “Intinya itu ada bahan-bahan alaminya,” jawabnya enteng.
Ditanya dosis yang tepat yang dianjurkan produk
tersebut, rona muka Norman tampak ragu-ragu. “Gak ada efek sampingnya, gak
bahaya juga, kan makenya pas mau bersenggama saja” tukasnya.
Tanpa pengawasan dan keraguan keamanan
obat
Saat dimintai penjelasan terkait efek samping
obat, Norman memastikan kalau obat-obat yang dijualnya aman.
“Aman kok! Aman. Semua obat yang saya jual
aman,” Katanya meyakinkan.
Norman meyakinkan hal tersebut berdasar
pada pengalamannya selama puluhan tahun berdagang obat kuat. “Kalau
yang sering atau yang pernah pakai mah langsung beli, gak
banyak nanya,” tukasnya memutus keraguan, terkait
jaminan keamanan tersebut.
Akan tetapi, meskipun sudah puluhan tahun
membuka kedai dan berjualan obat impor, Norman  ternyata belum mengantongi
izin dari BPOM.
“Ga ada izin-izinan, jualan aja gini
udah.” Katanya.
Norman mengaku belum pernah dimintai data oleh
petugas dinas kesehatan atau Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Aparat keamanan
atau Satpol PP juga belum pernah sekali pun mendatanginya untuk memintai
keterangan terkait produk yang dijualnya. (*).

Komentar