Indonesia sudah saatnya diganti. Kepala Sekretariat Presiden, Heru Budi
Hartono mengungkap, mobil Mercedes-Benz S600 Guard itu sering mogok dan
banyak penyakitnya.
Banyak masalah yang dialami mobil yang sudah berumur lebih dari sepuluh
tahun itu. Mulai dari bagian audio yang error sampai power window yang
macet.
Heru membeberkan, bukan sekali dua kali mobil dinas presiden mogok.
Namun, berkali-kali. Salah satunya, ketika Presiden Joko Widodowi
menggunakannya di Bali. “Ada sesuatu yang tidak normal, dan terpaksa
saya dan Paspampres berusaha mencari pengganti,” ujar Heru, Jumat
(23/8/2019).
Sayangnya, karena mobil dinas presiden harus khusus, salah satunya
antipeluru, maka sulit mencari pengganti. “Dari sisi persyaratan
keamanan presiden, kan tidak memenuhi syarat. Harusnya diganti dengan
mobil yang persyaratannya sama,” imbuh dia.
Mobil dinas itu juga sempat mogok saat Presiden Jokowi berkunjung ke
Kalimantan Barat dan Pondok Pesantren Gontor, Ponorogo pada 2017. Selain
soal mesin, berbagai masalah juga dialami mobil ini. Mulai dari jendela
alias power window yang tidak jalan, hingga sistem audio dalam mobil
sering nyala sendiri.
Masalah-masalah itu, kata Heru, juga terjadi berkali-kali. Biang masalah
itu ada pada sistem elektrikalnya yang sudah melebihi batas kerjanya.
“Waktu itu pernah ada indikator yang warna merah kuning itu nyala
semuanya. Ya berarti tidak boleh dipakai. Kalau mau dimatikan, harus
dimatikan dulu kan (mobilnya),” ujar Heru.
Suku cadangnya juga sudah sulit didapatkan. Pihak pabrikan sudah
berkali-kali memberitahu dan memberi nasihat, kalau terjadi sesuatu pada
mobil ini, sulit diperbaiki. “Umur elektronik dan suku cadangnya sudah
tidak bisa dipertanggungjawabkan,” beber Heru.
Padahal, mobil tersebut sangat diperlukan Presiden. Apalagi aktivitas
Presiden yang padat. Minimal, bolak-balik Istana Negara-Istana Bogor.
“Lihat saja dari kilometernya,” ucap Heru.
dibagi dua dengan Wapres Jusuf Kalla. Jumlah itu tidak cukup. Heru
mengingatkan, Indonesia adalah wilayah yang sangat luas dengan 260 juta
penduduk. Berbeda dengan Eropa yang kecil. “(Di Eropa) dua atau tiga
mobil cukup itu,” selorohnya.
Heru menerangkan, jika presiden hendak ke luar Jakarta, pada H-3 atau
H-4, dirinya dan Paspampres sudah lebih dulu berada di daerah tujuan
dengan mobil dinas. Tak hanya satu, tetapi dua. Sementara di Jakarta,
tetap harus ada mobil dinas. Jumlahnya juga harus dua. Satu yang
digunakan presiden dan satu cadangan.
“Itu protap. Namun, ini enggak. Kami selaku penanggung jawab dan
Paspampres kan kalau bekerja di luar standar ya gimana,” keluhnya.
Belum lagi mobil untuk tamu negara. Saat ini hanya ada satu mobil untuk itu.
Apakah berarti pengadaan mobil dinas presiden nanti lebih dari delapan?
Heru meminta wartawan menanyakannya ke Setneg. Yang pasti, pengadaan
akan dilakukan secara bertahap, dengan memerhatikan anggaran yang
dimiliki negara.
“Besok kan beli mungkin dua (mobil), tahun depan tambah dua,” jelasnya. [jpnn]