Berita  

Moch Basofi Sudirman Menjahit Kembali Peta Jawa Timur

Moch. Basofi Sudirman (Ist)
SURABAYA-JATIM, SriwijayaAktual.com – KABAR
sakitnya Moch. Basofi Sudirman, Gubernur Jatim periode 1993-1998,
menyebar dan menjadi viral di media sosial sejak Minggu siang. Semua
kalangan mendoakan kesembuhan.
Berita
menjadi lebih heboh ketika ada kabar Basofi wafat. Untunglah berita hoax
itu segera terbantahkan melalui informasi yang disebar Nurwiyatno,
Inspektur Provinsi Jatim. “Alhamdulilah doa bapak dan ibu sekalian untuk
kondisi Bapak Basofi Sudirman sudah membaik. Salam dari Ibu Marie
Basofi,” tulis Nurwiyatno, Senin (8/5/2017).
Kepastian
bahwa kondisi Basofi Sudirman membaik juga disampaikan Lies Idawati,
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Kependudukan
Jatim. “Pak Basofi kondisinya justru membaik. Mohon doa semua sahabat,”
kata Lies saat dihubungi melalui telepon.
Meski
telah lengser dari jabatan 18 tahun silam, namun masih banyak yang
peduli padanya. Banyak yang mengenang sosok Basofi sebagai salah satu
Gubernur Jatim yang merakyat. Nama Basofi sangat dikenang bukan sekadar
karena membuat album Tak Semua Laki-Laki..
Melalui berbagai aktivitasnya Basofi  terus
memperkuat tolerasi dan pluralisme di Jawa Timur. Kesederhanaan dan
keramahan Basofi membuatnya tidak berjarak dengan masyarakat yang
dipimpinnya.
Itulah
yang membuat Basofi menjadi tempat betanya dan bahkan berkeluh-kesah
masyarakat, bahkan setelah tidak lagi menjadi Gubernur Jatim.

Basofi
tidak hanya piawai menyapa masyarakat dengan senyum dan kesantunannya,
lebih dari itu juga lewat pengetahuannya yang luas pada agama, politik,
pemerintahan dan ekonomi.

Di pihak
lain, Basofi juga punya kemampuan menyentuh hati masyarakat lewat suara
emasnya, khususnya melalui lagi Tidak Semua Laki-laki. Tak hanya itu,
Pak Bhas juga bisa menyapa masyarakat melalui kegemarannya pada
sepakbola.

Basofi
Sudirman yang merakyat adalah sosok yang sangat populer di mata
masyarakat. Kemanapun ia pergi pastilah ada yang menyapanya.

Tak heran, banyak partai politik yang berupaya mengincarnya  menjadi
anggota legislatif ataupun bahkan kembali menjadi calon Gubernur Jatim
diera pemilihan langsung oleh rakyat saat itu. Tapi Basofi tidak tergoda. Meski
tetap dekat dengan dunia politik Basofi tidak bersedia menjadi calon
anggota legislatif ataupun menjadi calon gubernur. Ia tetap setia
menjadi “bapak” bagi seluruh warga Jawa Timur.

Sifat
kerakyatan Basofi Sudirman sangat nampak tatkala ia meluncurkan program
Kembali ke Desa (back to villange). Gerakan yang dipadukan dengan konsep
One Village One Product (OVOP)  bukan
sekadar sebagai suatu gerakan revitalisasi daerah untuk mencari atau
menciptakan apa yang menjadi keunggulan daerah, lalu meningkatkan isi
dan mutunya sehingga dapat diterima dan diakui nilainya secara nasional
dan internasional, lebih dari itu seperti gerakan yang melawan arus.

Di tengah masih kukuhnya ideologi
pertumbuhan, Basofi justru mengangkat tema pemerataan. Khusus bagi Jawa
Timur yang pada periode pemerintahan sebelumnya lebih menekankan pada
aspek pertumbuhan ekonomi melalui industrialisasi dan dukungan peniuh
pemerintahan pada lahirnya pengembang perumahan skala raksasa, apa yang
dilakukan Basofi Sudirman memang terkesan nyeleneh.

Apa yang dilakukan Basofi Sudirman
mungkin memang belum seberhasil apa yang dilakukan pemerintah
keberhasilan provinsi Oita (Jepang) melaksanaan One Village One Product
(OVOP) yang kemudian menjadi inspirasi banyak kota dan negara, tetapi
Basofi Sudirman telah mengingatkan pentingnya bagi pemerintah untuk
memperhatikan kesejahteraan masyarakat pedesaan, tempat mayoritas
penduduk Indonesia tinggal.

Lewat Gerakan Kembali ke Desa (GKD),
Basofi seperti kembali menjahit peta Provinsi Jawa Timur yang sempat
robek oleh konsentrasi pemerintah yang hanya terpusat pada sektor-sektor
penumbuh ekonomi.

Meski sebagai pemimpin yang lembut
hati, namun Basofi Sudirman akan langsung berapi-api tatkala melihat ada
sesuatu yang bisa mengancam NKRI, toleransi antar-umat dan penderitaan
masyarakat. Meski usianya sudah sepuh, ia akan memacu mobilnya menuju
gedung PWI Jatim untuk bertukar pikiran dan mengajak wartawan terus
menjaga NKRI dan memelihara toleransi masyarakat yang plural.

Basofi Sudirman sadar bahwa dia adalah bapaknya masyarakat Jatim. Dia telah menjahit kembali peta Jawa Timur yang robek. (bjo/BJ)
Spesial Untuk Mu :  HEBOH!! Kondom 'Bergambar' Jokowi-Ma'ruf Amin