Dok. Karsiman dan Dartam. (Facebook Langit Amaravat) |
Majalengka, Jawa Barat yang ditangkap polisi, Kamis pekan lalu, karena
mempertahankan tanah mereka yang terancam dirampas untuk proyek
pembangunan bandara internasional Jawa Barat.
dengan kawan-kawan saya ini. Yang sebelah kiri Pak Karsiman, yang
sebelah kanan Pak Dastam.” Ada dua foto yang disertakan Langit: dua
laki-laki dengan wajah memar.
kami orang-orang kecil sudah terbiasa terluka. Kami sudah terlatih
dihadiahi popor senjata atau sekadar gas air mata. Meskipun tanah kami
terus-menerus dirampas oleh negara, meskipun hak asasi kami
diinjak-injak oleh penguasa, kami akan tetap hidup.
kejadian, 18 November 2016 pada pukul 19.56 WIB. Dua hari berselang,
tulisannya berseliweran di media sosial. Ada 18.254 pengguna Facebook yang membagikan tulisannya, 332 pengguna ikut berkomentar.
menyuarakan tentang ketidakadilan yang menimpa warga Desa Sukamulya,
Kecamatan Kertajati. Dia ingin Jokowi dan juga Gubernur Jawa Barat,
Ahmad Heryawan melihat kenyataan yang menimpa para petani itu. Tapi,
rupanya tulisan Langit hanya dianggap sekadar tulisan.
isu di media sosial, untuk isu yang satu itu tidak atau belum bereaksi.
Kemarin, Jokowi malah jalan-jalan di Pondok Indah Mall. Video dan
foto-fotonya yang sedang mengunjungi salah satu pusat belanja di Jakarta
Selatan itu, bertebaran di lini masa.
sebelum bentrokan di Sukamulya, Aliansi Gerakan Reforma Agraria
menyatakan, berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
2015-2019, pemerintahan Jokowi berencana melakukan pembangunan
infrastruktur yang ambisius di mana-mana termasuk di Jawa Barat. Proyek
bandara international Jawa Barat adalah salah satunya dan proyek itu
dicanangkan Jokowi.
yang ditopang oleh keputusan politik berupa Peraturan Presiden No.
30/2015 tentang pengadaan tanah untuk kepentingan umum, infrastruktur.
Aliansi juga menilai Jokowi mengikat keputusan politiknya melalui PP
No.3/2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional yang
berisi 225 proyek nasional.
internasional Jawa Barat dibatalkan karena mengancam penghidupan 5.500
jiwa rakyat Desa Sukamulya. Selama ini, desa itu adalah desa yang subur.
Dari sektor pertanian, rata-rata per hektare sawah di sana
menghasilkan gabah kering tujuh ton sekali panen.
mencapai 700 hektare, rakyat akan kehilangan mata pencaharian dari hasil
padi sebanyak 4.900 ton per satu kali musim tanam. Bila dinominalkan
dengan harga gabah kering panen yang di tetapkan pemerintah yaitu
Rp4.700 per kilogram maka kerugian yang harus ditanggung oleh rakyat
adalah Rp 23.030.000.000 per musim, belum di tambah dari jenis komoditas
yang lain, seperti cabe, labu dan mangga.
Democratic Studies (INDIES), Kurniawan Sabar. Menurutnya, pembangunan
infrastruktur yang menjadi andalan program pemerintah Jokowi sama sekali
tidak memberikan manfaat dan keuntungan bagi rakyat.
itu maka diprediksi korban dari proyek pemerintah Jokowi akan terus
berjatuhan. “Apalagi dalam waktu dekat tujuh desa juga akan digusur
karena menjadi lokasi pembangunan jalan Tol Cisundawu, yang ironisnya
mereka adalah korban penggusuran proyek waduk Jatigede beberapa waktu
lalu,” ujar dia.
yang memadati mall Pondok Indah, mudah-mudahan dia juga membaca surat
terbuka yang ditulis Langit.
tolong diingat bahwa kebanggaan semu itu berdiri di atas air mata dan
darah kami. Para petani. Air mata dan darah kami. Rakyat Bapak sendiri.” (*)