Berita  

Mohon Dengarlah Suara Langit Ini Pak Presiden Jokowi

Dok. Karsiman dan Dartam. (Facebook Langit Amaravat)

MAJALENGKA-JABAR, SriwijayaAktual.com – “Sudah selesai acara minum tehnya?” Itulah kalimat pertama yang ditulis Langit Amaravati di Facebook dalam surat terbukanya untuk Presiden Joko Widodo. 
Dia menceritakan tentang nasib para petani Sukamulya, Kertajati,
Majalengka, Jawa Barat yang ditangkap polisi, Kamis pekan lalu, karena
mempertahankan tanah mereka yang terancam dirampas untuk proyek
pembangunan bandara internasional Jawa Barat.
“Jika Bapak tidak sedang sibuk, mungkin Bapak perlu berkenalan
dengan kawan-kawan saya ini. Yang sebelah kiri Pak Karsiman, yang
sebelah kanan Pak Dastam.” Ada dua foto yang disertakan Langit: dua
laki-laki dengan wajah memar.
Di bagian lain tulisannya, dia menulis, “Tapi Bapak jangan khawatir,
kami orang-orang kecil sudah terbiasa terluka. Kami sudah terlatih
dihadiahi popor senjata atau sekadar gas air mata. Meskipun tanah kami
terus-menerus dirampas oleh negara, meskipun hak asasi kami
diinjak-injak oleh penguasa, kami akan tetap hidup.
Langit menulis surat terbuka kepada Jokowi, sehari setelah
kejadian, 18 November 2016 pada pukul 19.56 WIB. Dua hari berselang,
tulisannya berseliweran di media sosial. Ada 18.254 pengguna Facebook yang membagikan tulisannya, 332 pengguna ikut berkomentar.
Lewat tulisannya di Facebook itu, Langit memang
menyuarakan tentang ketidakadilan yang menimpa warga Desa Sukamulya,
Kecamatan Kertajati. Dia ingin Jokowi dan juga Gubernur Jawa Barat,
Ahmad Heryawan melihat kenyataan yang menimpa para petani itu. Tapi,
rupanya  tulisan Langit hanya dianggap sekadar tulisan.
Tidak seperti biasanya, Jokowi yang selama ini aktif merespons
isu di media sosial, untuk isu yang satu itu tidak atau belum bereaksi.
Kemarin, Jokowi malah jalan-jalan di Pondok Indah Mall. Video dan
foto-fotonya yang sedang mengunjungi salah satu pusat belanja di Jakarta
Selatan itu, bertebaran di lini masa.
Dalam keterangan tertulis yang diterima, seperti dilansir Rimanews (21/11/2016) dua hari
sebelum bentrokan di Sukamulya, Aliansi Gerakan Reforma Agraria
menyatakan, berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
2015-2019, pemerintahan Jokowi berencana melakukan pembangunan
infrastruktur yang ambisius di mana-mana termasuk di Jawa Barat. Proyek
bandara international Jawa Barat adalah salah satunya dan proyek itu
dicanangkan Jokowi.
Tapi di balik semua itu, terjadi perampasan tanah milik warga
yang ditopang oleh keputusan politik berupa Peraturan Presiden No.
30/2015 tentang pengadaan tanah untuk kepentingan umum, infrastruktur.
 Aliansi juga menilai Jokowi mengikat keputusan politiknya melalui PP
No.3/2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional yang
berisi 225 proyek nasional.
Aliansi karena itu mendesak agar proyek pembangunan bandara
internasional Jawa Barat dibatalkan  karena mengancam penghidupan 5.500
jiwa rakyat Desa Sukamulya. Selama ini, desa itu adalah desa yang subur.
Dari sektor pertanian, rata-rata per hektare  sawah di sana
menghasilkan gabah kering tujuh ton sekali panen.  
Jika bandara di bangun di sana, maka dengan luas persawahan yang
mencapai 700 hektare, rakyat akan kehilangan mata pencaharian dari hasil
padi sebanyak 4.900 ton per satu kali musim tanam. Bila dinominalkan
dengan harga gabah kering panen yang di tetapkan pemerintah yaitu
Rp4.700 per kilogram maka kerugian yang harus ditanggung oleh rakyat
adalah Rp 23.030.000.000 per musim, belum di tambah dari jenis komoditas
yang lain, seperti cabe, labu dan mangga.
Hal yang sama disampaikan olej Direktur The Institute of National and
Democratic Studies (INDIES), Kurniawan Sabar. Menurutnya, pembangunan
infrastruktur yang menjadi andalan program pemerintah Jokowi sama sekali
tidak memberikan manfaat dan keuntungan bagi rakyat.
“Banyak proyek yang dibangun atas nama kesejahteraan rakyat, namun faktanya menyengsarakan rakyat,” kata Kurniawan.
Bila presiden Jokowi terus menutup mata terhadap ketidakadilan
itu maka diprediksi korban dari proyek pemerintah Jokowi akan terus
berjatuhan. “Apalagi dalam waktu dekat tujuh desa juga akan digusur
karena menjadi lokasi pembangunan jalan Tol Cisundawu, yang ironisnya
mereka adalah korban penggusuran proyek waduk Jatigede beberapa waktu
lalu,” ujar dia.
Maka setelah Jokowi jalan-jalan dan berfoto bersama orang-orang
yang memadati mall Pondok Indah, mudah-mudahan dia juga membaca surat
terbuka yang ditulis Langit.
“Jika bandara internasional yang megah itu kemudian dibangun,
tolong diingat bahwa kebanggaan semu itu berdiri di atas air mata dan
darah kami. Para petani. Air mata dan darah kami. Rakyat Bapak sendiri.” (*)

Spesial Untuk Mu :  Delapan Fraksi DPR RI Setujui Minuman Keras Dijual di Warung-warung