![]() |
Ilustrasi |
JAKARTA, SriwijayaAktual.com – Organisasi Angkutan Darat (Organda) DKI Jakarta mengungkapkan, dari 32
perusahaan taksi yang ada di Jakarta, hanya tersisa 4 perusahaan yang
masih bertahan karen akalah saing dengan taksi online.
Menurut
pengamat transportasi dari Unika Soegijapranata, Djoko Setijowarno,
kondisi ini sudah diprediksi sejak awal. Tarif yang diterapkan taksi
online terlalu murah dan mematikin industri taksi konvesnional.
“Sebenarnya
dari awal kami perkirakan pasti ada yang mati taksi konvensional.
Karena memang sejak awal tidak fair,” tuturnya saat dikonfirmasi Minggu (8/10/2017), dikutip dari laman detikFinance,
lanjut Djoko, maka yang akan dirugikan selanjutnya adalah konsumen itu
sendiri. Sebab jika taksi konvensional sudah tidak ada, perusahaan
aplikasi transportasi online bisa menaikkan tarif sesukanya.
“Karena
kalau yang resmi mati, mereka seenaknya menetapkan tarif. Karena toh
masyarakat butuh. Sementara transpotasi umumnya masih buruk,” imbuhnya.
Tentu
jika perusahaan taksi semuanya gugur, bisa dibayangkan berapa banyak
angka pengangguran yang bertambah. Bukan hanya supir taksi, karyawan
support di perusahaan taksi juga terancam.
Lalu, driver taksi
online yang saat ini berstatus mitra juga dikhawatirkan dirugikan. Sebab
tanpa adanya perlindungan, perusahaan aplikasi transportasi bisa
mengubah sistem komisi dan bonus.
“Karena aturannya dibuat
operatornya, seperti bonus. Mungkin lama-lama (target angkut penumpang)
dinaikkan. Sementara driver enggak ada perlindungan karena bermitra.
Sementara dia sudah nafsu beli 2-3 mobil sampai sertifikat di gadaikan
beli lagi. Ternyata enggak sanggup bayar angsuran,” tukasnya.
Sebelumnya
Ketua Umum Organda DKI Jakarta, Safruan Sinungan mengatakan sejak
munculnya taksi online perusahaan taksi konvensional sudah banyak yang
gugur. Bahkan menurut catatannya dari 32 perusahaan taksi yang ada saat
ini hanya tersisa 4 perusahaan taksi.
“Perusahaan taksi di
Jakarta ada 32 perusahaan, sekarang yang beroperasi tinggal 4, itu Blue
Bird, Express, Gamya, Taxiku. Kalau Sri Medali yang beroperasi cuma 5
armada enggak usah dihitunglah,” tuturnya. (*)