Berita  

Orasi Kebudayaan Menghayutkan ‘Telinga Bathin’, Warga Bukit Duri Yang Gagal Lawan Penggusuran

pembongkaran bangunan bukit duri 120116 adm 2
Pembongkaran Bangunan Bukit Duri (Antara)
JAKARTA, SriwijayaAktual.com –  Ratusan polisi, tentara dan anggota Satpol PP DKI
dikerahkan untuk menggusur kawasan bantaran Kali Ciliwung, Bukit Duri,
sedangkan warga menggelar aksi perlawanan melalui orasi kebudayaan. 
Orasi kebudayaan ini dilaksanakan di Jalan Bukit Duri Pangkalan, Jakarta
Timur. Massa berasal dari warga RW 9,RW 10, RW 11, RW 12. Mereka
berorasi sambil berdiri di pinggir jalan memajang spanduk bertuliskan
“Aksi Damai Tanpa kekerasan: Ciliwungnya Kita, Bukit Duri Tumbal
Pembangunan Jakarta”. Tampak pita merah putih melekat di lengan kiri 
laki-laki, perempuan, hingga anak-anak peserta aksi.
Terlihat pula spanduk lain bertuliskan ‘Rakyat Bermartabat, Pemprov
DKI Bermuslihat’, ‘Aksi Damai Tanpa Kekerasan’, ‘Ciliwung Nyawa Kita’,
dan masih banyak lagi. Tak hanya itu, tim pemusik di atas motor bak roda
tiga berspeker memandu massa ikut aktif bernyanyi dengan bergandengan
tangan dengan lagu nasional.
Ratusan orang itu dipimpin Ketua Komunitas Ciliwung Merdeka
sekaligus kuasa hukum warga Bukit Duri, Jakarta Selatan Sandyawan
Sumardi. Pria yang dikenal dengan sapaan Romo Sandy terpantau terus
berorasi menyemangati warga sambil sesekali memimpin warga menyanyikan
yel-yel perjuangan. Ikut pula Sejarahwan JJ Rizal dan Jaya Suprana,
budayawan sekaligus pendiri MURI dalam aksi penolakan.
Tak Ada Perlawanan Fisik
Tak jauh dari dari massa, dua ekskavator memasuki wilayah Bukit
Duri dan mulai merobohkan rumah dan bangunan milik warga. Ratusan
anggota Satpol PP bergerak maju membantu meratakan puing-puing yang
tersisa.
Namun tak ada perlawanan fisik dari warga. Hanya teriakan
Allahuakbar warga bergema mengiringi barisan Satpol PP dan alat berat
masuk ke perkampungan untuk meluluh-lantahkan rumah mereka.
Rima Infographic Penggusuran Bukit Duri 01
11 Rumah Tidak Ikut Dirobohkan
Camat Tebet Mahludin menjelaskan dalam penggusuran kali ini
melibatkan 550 personel gabungan dari TNI, Polri, dan Satpol PP Jakarta
Selatan. Namun, hanya jajaran Satpol PP yang diizinkan masuk ke wilayah
Bukit Duri untuk melakukan penggusuran.
Keberadaan TNI dan Polri diklaim hanya berfungsi untuk
mengantisipasi jika terjadi kericuhan massa. “Tim TNI dan Polri juga
akan turun untuk jadi penengah,” kata Camat, saat ditemui di lokasi,
(28/9/2016) pagi tadi.
Mahludin memastikan rumah 11 warga yang berada di RW 10 tidak
ikut digusur karena memiliki bukti sertifikat. Ke-11 rumah itu baru akan
digusur setelah urusan ganti rugi lahan dengan Pemprov selesai dibayar.
“Penertiban tidak berlaku bagi warga yang memiliki sertifikat
yang ada di RW 10, sebanyak 11 bidang karena bukti sertifikat telah
diserahkan ke BPN Jakarta Selatan,” tegas dia.
Dalam rapat teknis sebelumnya, Camat membeberkan ada 313 warga
yang sudah menempati rumah susun Rusun di Rawa Bebek, Jakarta Timur.
Masih ada 70 rusun yang belum diambil oleh warga. Tercatat ada 68 Kepala
Keluarga (KK) menolak relokasi, dengan rician 52 di antaranya punya
peta bidang dan 14 lainnya tidak punya peta bidang.
Baca Juga Ini; LAGI …DAN LAGI …Penggusuran di Era Ahok Jadi Gubernur DKI Jakarta
Pengalihan Arus
Selama proses penggusuran diberlakukan pengalihan arus lalu
lintas. Pengalihan arus lalu lintas untuk saat ini, meliputi, Jalan
Pangkalan, Bukit Duri Selatan dari arah Manggarai menuju Jatinegara
ditutup dialihkan melalui jalan Bukit Duri Tanjakan, begitu juga
sebaliknya.
Sementara dari arah Kampung Melayu atau Jatinegara yang akan ke
Jalan Pangkalan Bukit Duri Selatan atau ke arah Manggarai ditutup
dialihkan lurus menuju Jalan Matraman Raya, Jakarta Timur. (Red/Rimanews).