Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo (Dok) |
Mengapa ia dipanggil polisi
Ia datang sejak pagi
Katanya akan diinterogasi
Tertempel di dinding dengan gagah
Terpana dan terdiam si Jaka
Dari mata burung garuda
Ia melihat dirinya
Dari dada burung garuda
Ia melihat desa
Dari kaki burung garuda
Ia melihat kota
Dari kepala burung garuda
Ia melihat Indonesia
Sangat subur tanahnya
Sangat luas sawahnya
TAPI BUKAN KAMI PUNYA
Menghiasi bumi sekeliling
Desa yang kaya raya
TAPI BUKAN KAMI PUNYA
Pasar swalayan tertata
Ramai pasarnya
TAPI BUKAN KAMI PUNYA
Dijual belikan orang
Oh makmurnya
TAPI BUKAN KAMI PUNYA
Entah mengapa
Menetes air mata
Air mata itu IA YANG PUNYA
Siapkan lakukan interogasi
Kok Jaka menangis?
Padahal ia tidak bengis?
Aksinya picu kerusuhan
Harus didalami lagi dan lagi
Apakah ia bagian konspirasi?
Apakah ini awal dari makar?
Jangan sampai aksi membesar?
Dijadikan isu bersama?
Mengapa pula ulama?
Menjadi inspirasi mereka?
Jaka diwawancara
Kini terpana pak polisi
Direnungkannya lagi dan lagi
Kami tak punya sawah
Hanya punya kata
Kami tak punya senjata
Hanya punya suara
Hanya mengerti agama
Tak kenal kami penguasa
Hanya kenal para ulama
Apa sesungguhnya terjadi
Desa semakin kaya
Tapi semakin banyak saja
Yang BUKAN KAMI PUNYA
Tapi mengapa semakin susah?
Kami tak boleh diam
Kami harus melawan
Bukan untuk kami
Tapi untuk anak anak kami
Interogasi cukup sudah
Kini petinggi polisi sendiri
Di hatinya ada yang sepi
Menempel di dinding dengan gagah
Dilihatnya sila ke lima
Keadian sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Cegugukan tiada henti
Terdengar merdu suara
Lagu Leo kristi yang indah
Salam dari Desa
Terdengar nada:
“Katakan padanya padi telah kembang
Tapi BUKAN KAMI PUNYA”