Berita  

Pasca Demo Bentrok, 200 Polisi Diterjunkan ke Pertambangan di Bengkulu

Personel Brimob dan Sabhara melakukan pengamanan di lokasi pertambangan PT. CBS di Kabupaten Bengkulu Tengah, Provinsi Bengkulu (Kompas.com)

BENGKULU, SriwijayaAktual.com  Kapolda Bengkulu Brigjen
Polisi M.Ghufron mengatakan, pihaknya menempatkan 200 personel polisi
dari Brimob dan Sabhara di lokasi pertambangan PT  Citra Buana Selaras
(PT CBS) usai kerusuhan yang menyebabkan 8 masyarakat tertembak, 3 warga tewas akibat tertembak 
dan satu polisi terkena sabetan golok, Sabtu (11/6/2016).

“Saat ini kami tempatkan 200 personel selama sepekan untuk
berjaga-jaga di lokasi tambang, mengantisipasi hal yang tak diinginkan,”
kata Kapolda Bengkulu, Brigjen Polisi. M. Ghufron, Minggu (12/6/2016).

Ia juga menyatakan saat ini kondisi di lapangan telah kondusif.
Sementara itu polisi juga masih melakukan pengumpulan fakta-fakta, siapa
pelaku, dalang, penyebab pecahnya kerusuhan saat unjuk rasa Sabtu
(11/6/2016).

Ia mengatakan, pemicu kerusuhan adalah masyarakat. Hal  itu dapat
terlihat jelas dari rekaman yang dimiliki oleh polisi. Menurut dia,
tindakan yang dilakukan oleh anak buahnya di lapangan telah memenuhi
aturan.

“Kalau massa anarki kan ada aturan, sesuai prosedur, ini negara
hukum, siapa bertindak salah tentu akan dikenai sanksi hukum,” jelasnya.

Ia menyebutkan, masyarakat dipersilahkan melihat kondisi terowongan
di pertambangan PT CBS, terowongan tersebut memiliki tinggi sekitar 2
meter dengan lebar 2 meter yang dibalut dengan semen beton.

Sementara itu Ketua Forum Masyarakat Rejang Gunung Bungkuk (FMRGB),
Nurdin, menyatakan ia bersama masyarakat akan terus memperjuangkan
keinginan mereka yakni menolak pertambangan batubara dengan sistem
terutup (undergorund).

“Kami tak mau mewarisi kampung halaman kami yang di bawahnya
berlubang-lubang yang merupakan perangkap hidup untuk generasi
mendatang,” jelasnya.

Meski demikian dia juga meminta masyarakat untuk tidak terpancing
akan isu-isu yang berkembang dan tetap menahan diri agar tidak memicu
aksi yang tidak terkendali.

Sumber, Kompas.com