Berita  

Perusahan Bahan Baku Karpet dari Italia, Rambah Indonesia Untuk Berinvestasi

20160108740 2.jpg%2526t%253D43aeac5d5def59f24616a107faf85bf2
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)/Foto via Antara

JAKARTA, SriwijayaAktual.com – Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani
dalam keterangan persnya di Jakarta pada Senin (6/6/2016) mengungkapkan
pihaknya kini tengah mengindentifikasi minat perusahaan bahan baku
karpet dari Italia yang hendak berinvestasi di Indonesia. Niat tersebut,
kata dia, disampaikan melalui kantor perwakilan di London oleh CEO
Perusahaan yang berbasis di Milan itu dan telah menyiapkan dana sebesar
20 dolar AS atau setara dengan Rp 278 miliar.

Franky mengatakan
calon investor potensial tersebut sedang mengkaji beberapa alternatif
lokasi di antaranya di Jawa Barat, Banten atau sekitar Surabaya. “Minat
investasi yang disampaikan positif karena perusahaan ini termasuk
kedalam kelompok salah satu sektor prioritas BKPM, yaitu industri yang
berorientasi ekspor dimana 100 persen produk yang dihasilkan akan
diekspor ke Australia dan Selandia Baru,” ujarnya.

Dia menjelaskan
posisi Indonesia sebagai negara tujuan investasi memiliki lokasi yang
strategis karena berdekatan dengan upaya mereka membidik pasar Australia
dan Selandia Baru. Rencananya, Juli mendatang perusahaan Italia itu
akan mengunjungi Indonesia.

“Saat ini perusahaan tersebut tertarik
untuk memperluas usahanya di ASEAN dan setelah melalui beberapa tahun
pengamatan dan penelitian akhirnya menjatuhkan pilihannya pada Indonesia
untuk pembangunan fasilitas industri pengolahan tekstil karpetnya.
Pilihan kerpada Indonesia bukan karena alasan upah tenaga kerja yang
murah tetapi karena Indonesia dinilai memiliki tenaga kerja yang
memiliki keterampilan yang mereka butuhkan,” kata Franky.

Jika
benar-benar terwujud, maka Indonesia akan menjadi kedelapan tempat
investasi. Sebelumnya, perusahaan bahan baku karpet Italia tersebut
sudah merambah ke sejumlah negara macam, Jerman, Inggris, Kroasia,
Slovenia, Amerika Serikat, China, Thailand dan Australia. Dengan
memproduksi sebanyak 130.000 ton polymer dan fiber setiap tahunnya, perusahaan ini meraih turnover sebesar 499,1 juta poundsterling pada 2015 serta pendapatan sebelum pajak pada 2015.

Lebih
lanjut, jumlah pabrik yang dioperasikan calon investor tersebut di
seluruh dunia berjumlah 16 pabrik dengan total karyawan berjumlah 2.706
pekerja. Perusahaan yang didirikan sejak tahun 1969 itu memiliki dua
unit bisnis utama, yaitu filament (benang) untuk tekstil karpet dan filament untuk garmen. (Nusantaranews.co/Adm)