Foto/Ist; Saat Penutupan Rapimnas Golkar (28/7/2016) |
Golkar yang meminta imbalan kepada calon yang mereka usung, Basuki
Tjahaja Purnama alias Ahok. Calon petahana itu ke depan diwajibkan ikut
membesarkan Golkar. Apalagi sikap Golkar mendukung Ahok memiliki potensi
negatif terhadap image partai.
semakin meluas, sebenarnya Golkar sudah mendapatkan risiko ancaman
terkena dampak negatif dari kontroversi-kontroversi yang terus berlanjut
oleh Ahok,” kata fungsionaris Partai Golkar, Ahmad Doli Kurnia, di
Jakarta, Rabu (28/9/2016).
pencalonannya berkali-kali menunjukkan sikap antipartai politik. Bahkan,
pernyataan dan sikap Ahok cenderung merendahkan dan mengerdilkan
keberadaan parpol.
sebagai Gubernur apabila pilihannya meninggalkan ‘Teman Ahok’ daripada
diusung parpol. Namun kemudian tiba-tiba berubah 180 derajat, seakan
sekarang yang paling merasa dianggap dan diperebutkan sebagai kader
parpol, setidaknya Golkar dan PDIP,” tutur Doli.
Doli juga mengungkit soal kader Golkar sekaligus Kepala BNP2TKI Nusron
Wahid yang mengambil risiko jabatannya hilang demi mendukung Ahok dan
mewakili simbol Golkar, pun tidak pernah diakui sebagai Ketua Tim
Pemenangan dan akhirnya digusur PDIP.
Nusron karena pejabat publik, seharusnya penggantinya tetap orang
Golkar, bukan kader partai lain. “Indikatornya apa Golkar akan mendapat
manfaat atas dukungannya terhadap Ahok? Sudahlah figurnya kontroversial,
sejak awal antiparpol, kemudian menurunkan derajat Golkar sebagai
pengusung menjadi pendukung, setelah diusung PDIP.”
bisa memastikan Ahok benar-benar menunjukkan sikap dan
pernyataan-pernyataan untuk tetap menjadi bagian dan tanggung jawab
membesarkan Golkar dan meyakinkan seluruh warga Golkar, khususnya di DKI
untuk mendukungnya,” imbuh dia lagi.
Pilgub DKI juga disampaikan Wakil Sekjen Partai Golkar Heitifah
Sjaifudian. Menurut dia, semua kepala daerah yang diusung Golkar harus
ikut membesarkan partai jika menang, termasuk Ahok yang akan maju
sebagai calon gubernur Jakarta bersama Djarot Saiful Hidayat.
sampai sesudah terpilih kemudian dia tidak membantu Golkar, membesarkan
partainya,” kata Heitifah, mengutip pernyataan Ketum mereka.
dari kepala daerah yang diusungnya. Sekjen Partai Golkar Idrus Marham
menegaskan jika kepala daerah yang diusung Partai Golkar memenangkan
pilkada, harus memanfaatkan kekuasaannya untuk membesarkan Partai
Golkar.
gubernur harus dimanfaatkan posisi itu untuk kebesaran Golkar. Ada
bupati berkuasa di situ, Golkarnya masa kalah?” kata Idrus.
hadapan Ahok. Kader Demokrat pendukung Ahok, Ruhut Sitompul memastikan
apa yang diminta Golkar takkan terealisasi. “Karena itu aku mendukung
siapapun dengan hati, enggak ada udang di balik bakso. Kalau mau dukung
Ahok, tolong lah, jangan ada maksud sesuatu,” kata dia.
tidak logis. “Memenangkan itu harus dengan hati, jangan ada sesuatu
dibelakangnya. Menangkanlah seseorang karena dia bersih, dia tokoh
pembaharu,” imbuh anggota DPR Komisi III itu.
partai pengusung Ahok. Politikus Hanura Miryam S Haryani mengklaim
sebagai partai pendukung Ahok sejak awal, partainya tidak bakal mengemis
seperti yang dilakukan Golkar.
Ahok-Djarot jadi gubernur dan wakil gubernur Jakarta lagi,” tandas Juru
Bicara Tim Pemenangan Ahok saat masih hanya diusung tiga parpol NasDem,
Golkar, dan Hanura itu.
yang akan bertarung dalam Pilgub DKI 2017, dengan kekuatan empat partai
pendukung PDIP, Golkar, NasDem, dan Hanura. Dukungan paling akhir
datang dari PDIP, ketika mereka mendeklarasi pasangan Ahok-Djarot di
kantor DPP PDIP Jalan Diponegoro, Jumat (20/9) malam, atau sehari
sebelum pendaftaran ke KPU.
petahana itu sempat menyatakan akan maju lewat jalur independen dengan
dukungan relawan Teman Ahok. Saat Teman Ahok hampir berhasil
mengumpulkan syarat satu juta KTP untuk maju independen, sejumlah parpol
mulai merapat.
12 Februari 2016. Wiranto bersama partai besutannya Hanura mengikuti
jejak mengusung Ahok pada 26 Maret. Golkar menjadi partai ketiga dalam
koalisi ketika mendeklarasikan dukungan pada 14 Juni, atau lima hari
sebelum Teman Ahok mengumumkan pencapaian satu juta KTP dukungan.
tetap memegang peran kunci dalam majunya Ahok. Terbukti, Ketua DPP PDIP
yang juga wagub DKI Djarot Saiful Hidayat akhirnya terpilih menjadi duet
Ahok, menyingkirkan nama Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset
Daerah (BPKAD) DKI Heru Budi Hartono yang digadang sebelumnya. (Red/Rimanews).