![]() |
Ilustrasi |
datang ke Kantor Badan Narkotika Nasional (BNN) Kabupaten Gresik di
Jalan Kalimantan Perumahan Gresik Kota Baru (GKB), Kamis (4/5/2017).
Dengan
mengenakan baju batik dipadu sama jaket warna merah gelap, warga Desa
Banjarsari, Kecamatan Cerme, Gresik itu, tidak canggung lagi berhadapan
dengan orang lain.
Hafid, sapaan akrabnya, sehari-hari tidak
menyangka dirinya pernah menjalani rehabilitasi selama 8 bulan di Balai
Besar Rehabilitasi BNN Lido Bogor, Jawa Barat. Sebelum menjalani
rehabilitasi, Hafid menjadi pecandu narkoba jenis sabu-sabu sejak tahun
2010, atau selama 4 tahun. Dirinya, terjerat narkoba karena diajak
temannya yang sampai saat ini menjadi daftar pencarian orang (DPO).
Sewaktu
terjerat narkoba, Hafid setiap harinya kecanduan sabu. Bahkan, akibat
perbuatannya itu, anak pertama dari pasangan Muzakir dan Anik pernah
mengancam orang tuanya agar diberi uang hanya untuk membeli narkoba
jenis sabu. Tidak hanya itu, gara-gara kecanduan narkoba, dirinya sampai
menjual rumah toko (Ruko) milik orang tuanya seharga Rp 200 juta demi
mendapatkan narkoba.
Selain ruko ludes terjual, Hafid juga rela
menjual sepeda motor pembelian dari orang tuanya, dijual tanpa
sepengetahuan ibunya hanya demi mendapatkan uang untuk dibelikan
narkoba.
“Sedih dan menangis melihat sewaktu saya kecanduan
narkoba. Kasihan orang tua, setelah menjalani rehabilitasi ingin rasanya
membahagiakan mereka,” tutur Hafid.
Diakui Hafid, akibat
kecanduan narkoba pendidikannya tidak karuan. Sebab, pada waktu itu
dirinya sampai keluar masuk sekolah menengah atas (SMA) sebanyak tiga
kali karena tidak tuntas. Sebelum akhirnya harus rela menempuh
pendidikan setara SMA dengan mengikuti paket C.
“Imbas kecanduan
narkoba sekolah saya menjadi berantakan, namun setelah menjalani
rehabilitasi hidup saya ada perbedaan. Kebetulan juga saat ini saya
bekerja di sebuah perusahaan swasta yang memproduksi sparepart mobil,”
tuturnya.
Saat menjalani rehabilitasi narkoba Balai Besar
Rehabilitasi BNN Lido Bogor, Hafid pernah satu kamar dengan pelawak
Tessy serta mantan Bupati Ogan Ilir (OI) Ahmad Wazir Nofiadi. Ketika
masuk pertama di pusat rehabilitasi narkoba pusat itu, Hafid sempat
tidak kerasan dan ingin pulang.
Pasalnya, disana setiap hari ada
schedule yang sangat padat dan wajib diikuti oleh para pecandu narkoba.
Materi yang diberikan pecandu narkoba bervariasi mulai dari sholat
berjamaah, olahraga, dan kegiatan lainnya.
“Materi programnya
padat sekali tidak hanya teori tapi ada prakteknya juga salah satunya
adalah pendalaman diri sendiri, dan ada juga program menghilangkan
kebiasaan pecandu. Bahkan, untuk merokok pun hanya diperbolehkan merokok
putih. Rokok lainnya tidak diperbolehkan,” ungkap Hafid.
Usai
menjalani rehabilitasi narkoba, kini Hafid berbeda dengan Hafid yang
empat tahun lalu. Malahan kerap kali diajak BNN Gresik keliling untuk
melakukan testitomi di hadapan kepala rumah sakit se-Kabupaten, kepala
puskesmas, dan komunitas masyarakat tentang bahaya narkoba.
Kepala
BNN Kabupaten Gresik, AKBP Agustianto mengatakan, pecandu narkoba bisa
direhabilitasi sampai sembuh asal ada peran dukungan dari kedua orang
tua. Belajar dari kasus Hafid karena kedua orang tuanya datang ke BNN
Gresik dan meminta tolong agar dimasukkan dalam program rehabilitasi.
“Kami menghimbau kepada orang tua yang memiliki anak kecanduan narkoba
tidak takut melaporkan ke BNN Gresik,” katanya.
AKBP Agustianto
menambahkan, BNN Gresik mengajak kerjasama dengan rumah sakit di wilayah
Kabupaten Gresik agar bisa melayani pasien pecandu narkoba dengan
maksimal. Pasalnya, jika hanya mengandalkan BNN pelayanan pasien narkoba
tidak maksimal.
“Melayani pasien pecandu narkoba sebenarnya sama
dengan pasien yang sakit. Bedanya kalau pecandu narkoba proses
pelayanan agak lama dan harus dipantau terus perkembangannya setelah
menjalani rehabilitasi,” tandasnya, dikutip dari Beritajatim
Berdasarkan catatan BNN
Kabupaten Gresik selama dua tahun terakhir sejak tahun 2015 hingga April
2017. BNN Kabupaten Gresik telah melakukan rehabilitasi pecandu narkoba
sebanyak 424 orang. Adapun rinciannya, tahun 2015 ada 380 orang, tahun
2016 ada 36 orang, dan April 2017 ada 8 orang. (*)
Komentar