Berorasi di depan gerbang, mereka menuntut pertanggungjawaban aksi
represif polisi yang menewaskan kader IMM Kendari, Randi dan La Ode
Yusuf Kardawi, mahasiswa Universitas Halu Oleo Sulawesi Tenggara
beberapa waktu lalu.
Aksi mereka di depan gerbang mapolda dijaga ketat oleh polisi wanita
(Polwan). Menariknya, para polwan membawa setangkai bunga mawar merah
dan putih. Bunga itu dibagikan kepada para pendemo sebagai rasa
belasungkawa.
Aksi bagi-bagi bunga oleh polwan kepada para pendemo dipertanyakan oleh
orator demo, sambil mengarahkan arah pelantang suara kepada para kader
bahwa ucapan belasungkawa patut dipertanyakan.
“Membawa bunga entah itu simbol dari kepedulian dari kader IMM yang meninggal atau pencitraan dari kepolisian?” kata orator.
Meski simbol pemberian bunga diterima sebagai ucapan belasungkawa oleh
para kader IMM Jateng, sang orator kembali mengingatkan kepada polisi
untuk tidak lupa mengusut tuntas pelanggaran SOP polisi atas
meninggalnya dua mahasiswa Universitas Halu Oleo.
“Ucapan belasungkawa kami terima, asal jangan lupa harus diusut
pelanggaran polisi meninggalnya dua mahasiswa sampai tuntas,” katanya.
Jateng, Badrun Nuri menyatakan kepolisian telah melanggar berat HAM atas
penanganan aksi demontrasi mahasiswa di Kendari Sulawesi Tenggara.
Sebab, penjagaan aksi itu mengakibatkan kematian Randi, yang tertembak
di dada. Sementara Yusuf tewas akibat luka parah dipukul aparat.
Dalam aksi siang itu, IMM Jateng menyatakan lima sikap, sebagai berikut: