![]() |
Ilustrasi/net |
OPINI-ARTIKEL, SriwijayaAktual.com – Pada 10 tahun ini, dunia medis mengembangkan jaringan cangkok asal hewan
(yang disebut dengan Xenograft) guna mencukupi kebutuhan jaringan
cangkok untuk aplikasi bedah di manusia seperti jaringan cangkok kulit
untuk luka bakar dan jaringan cangkok katup jantung untuk jantung bocor
dan lain sebagainya.
Xenograft dikembangkan dikarenakan harga
jaringan cangkok asal manusia sangat mahal sehingga tidak terjangkau
oleh masyarakat dan ketersediaanya juga yang sangat terbatas.
Menurut
laporan di media massa, harga 1 buah ginjal dapat mencapai 2,4 milyar
dan harga 1 buah hati yaitu 1,4 milyar. Adanya xenograft akan membuat
ketersediaan jaringan cangkok akan melimpah dan harga jaringan cangkok
akan lebih murah.
Namun negara-negara maju mengembangkan
xenograft yang berasal dari babi. Salah satu produk xenograft asal babi
yang sudah dikomersialisasikan di negara-negara maju adalah kulit babi
guna penanganan luka bakar.
menjadi sulit dikembangkan di Indonesia dikarenakan mayoritas masyarakat
Indonesia adalah babi merupakan hewan haram di Islam sehingga orang
muslim yang tidak bisa memasukkan sesuatu hal yang berasal dari babi ke
dalam tubuhnya.
untuk dikembangkan sebagai sumber xenograft yang halal untuk kebutuhan
masyarakat muslim?
domba, kambing dikembangkan pula untuk sumber xenograft. Populasi domba
dan kambing sangat melimpah di Indonesia, jumlah ternak di Indonesia
pada tahun 2016 berdasarkan data Kementrian Pertanian adalah domba
sebesar 18 juta ekor, Kambing sebesar 19 juta ekor, dan Sapi Potong 16
juta ekor.
aplikasi xenograft kelak akan dikembangkan, melalui peristiwa Nabi
Ismail a.s yang digantikan seekor domba saat menjelang disembelih oleh
Nabi Ibrahim a.s selaku ayah dari Nabi Ismail a.s atas perintah Allah
SWT.
dikembangkan jaringan cangkok asal hewan untuk manusia dan dunia medis
sedang mengembangkan hal tersebut, dan Indonesia memiliki potensi dalam
mengembangkan halal xenograft guna memenuhi kebutuhan jaringan cangkok
untuk warga muslim yang ketersediaanya melimpah dan harga terjangkau
oleh masyarakat.
secara genetik sangat berbeda dengan jaringan manusia, hal ini akan
memicu penolakan jaringan hewan pasca implantasi. Namun perkembangan
bioteknologi berusaha mengatasi hal tersebut.
tersebut adalah rekayasa jaringan (tissue engineering), yaitu memproses
jaringan xenograft agar tidak menginduksi penolakan sistem imun bagi
penerima donor jaringan (yaitu manusia).
yang harus dilakukan adalah proses penghilangan sel hewan
(deselularisasi) pada jaringan xenograft agar menyisakan matriks
ekstraseluler saja. Matriks ekstraseluler antar mamalia dalam hal ini
antara domba atau kambing memiliki kemiripan susunan protein dengan
matriks ektraseluler dari manusia.
ekstraseluler yang umum dikenali adalah kolagen. Proses kedua adalah
penghilangan xenoantigen (zat asing di xenograft) melalui teknik antigen
removal sehingga akan menurunkan respon penolakan sistem imun terhadap
xenograft.
dari manusia melalui teknik reselularisasi untuk dimasukkan ke dalam
pori-pori matriks ekstrasuler kemudian sel punca diinduksi agar berubah
(deferensiasi) menjadi sel sesuai jenis jaringan, seperti otot jantung,
sel tulang rawan, dan lain sebagainya.
baru untuk manusia bersumber dari jaringan hewan seperti domba atau
kambing diciptakan dari luar dan siap untuk diimplantasikan ke tubuh
manusia. Rekayasa jaringan menjawab kebutuhan jaringan cangkok di tengah
masyarakat yang susah diperoleh dengan harganya sangat tinggi dan
tentunya halal melalui penghasilan jaringan buatan dari jaringan hewan
selain babi seperti domba, kambing atau sapi yang melimpah di Indonesia.
(FSP/beritajatim).