kepada pemerintah Indonesia. Kali ini Prabowo menyinggung utang RI.
Dia mengutip data Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan menyebut bahwa utang RI sampai hari ini hampir Rp 9.000 triliun.
Untuk
memperkuat pernyataannya dia juga menampilkan berita media asing yang
mengutip lembaga pemeringkat global tentang kondisi keuangan Indonesia.
Sontak hal ini menjadi ramai diperbincangkan.
Kementerian Keuangan. Dari data itu terlihat bahwa utang RI hampir
mencapai Rp 9.000 triliun.
Dia berbicara dengan menyajikan slide
presentasi itu. Tertulis sumber data yang dipakai Prabowo adalah
‘Statistik Uang Sektor Publik, Kementerian Keuangan, 2018, Asumsi Kurs
Rp 14.000 per US$ 1; Per Tutup Tahun 2017’.
Slide itu menampilkan
data utang pemerintah, BUMN, dan lembaga keuangan publik. Total utang
tiga sektor itu dihitung Prabowo hampir Rp 9.000 triliun.
“Utang-utang
kita sudah sangat membahayakan. Selain utang pemerintah, ada utang
lembaga-lembaga keuangan milik pemerintah dan utang-utang BUMN. Kalau
dijumlahkan sungguh sangat besar,” ucap Prabowo di Jl Widya Chandra IV,
Jakarta, Senin (25/6/2018).
Sementara untuk pernyataan yang
berbahaya, Prabowo mengutip berita media asing, Bloomberg. Media itu
juga mengambil data dari lembaga pemeringkat global Moody’s.
“Utang
pemerintah memang Rp 4.060 triliun, tapi ada utang BUMN ditambah Rp 600
triliun. Ditambah lagi utang lembaga keuangan publik, Rp 3.850 triliun.
Kalau kita jumlahkan ya hampir Rp 9.000 triliun,” ucap dia.
rating Indonesia. Di dalamnya tercatat posisi external vulnerability
index atau indeks kerentanan eksternal Indonesia sebesar 51%.
Indeks
tersebut mengkalkulasi dari jumlah utang luar negeri jangka pendek,
utang jangka panjang jatuh tempo dan total pemegang deposito
non-penduduk selama 1 tahun dan kemudian dibagi dengan cadangan devisa.
Data itu merupakan proyeksi untuk 2018.
Bloomberg pun mencatat,
Indonesia di posisi kedua sebagai negara dengan tingkat kerentanan
paling tinggi di Asia. Posisi pertama ada India dengan 74%.
Meski
begitu Moody’s Investors Service telah menaikkan rating Indonesia dari
Baa3 menjadi Baa2. Prospek pun diubah dari positif menjadi stabil.
Moody’s
juga menyebut ketahanan Indonesia dari guncangan ekonomi masih kuat
yang ditopang dari peningkatan kinerja ekspor pada 2017. Peningkatan
disebabkan oleh kenaikan permintaan global, kenaikan harga komoditas dan
upaya diversifikasi ekspor dari komoditas ke manufaktur.
Moody’s
mencatat porsi ekspor manufaktur Indonesia dari total eskpor naik dari
posisi 62 di 2013 menjadi 72% di 2017. Sementara pangsa ekspor komoditas
menjadi moderat. Diperkirakan defisit neraca berjalan sekitar 1,8% dari
PDB.
Akibatnya Moody’s mencatat cadangan devisa Indonesia naik
menjadi US$ 119 miliar pada akhir Maret 2018. Lembaga ini yakin hal itu
bisa menjadi penyangga tingkat kerentanan utang Indonesia.
Sri Mulyani Indrawati. Dia mengatakan dari total utang yang digabung
tersebut sudah memiliki tanggung jawab dari masing-masing entitas.
“Jadi
yang kita bahas itu masalah apa sih? Kalau saya mau tanya ya, artinya
di dalam mengelola seluruh perekonomian masing-masing entitas kan punya
tanggung jawab. Jadi kalau dari sisi perekonomian, kita bisa saja
membuat keseluruhan utang termasuk negara lain buat keseluruhan
negara-negara perekonomian bisa utang rumah tangga, utang korporasi,
utang BUMN, utang lembaga keuangan, pemerintah,” kata Sri Mulyani.
Dia
bilang, jika berbicara mengenai total utang Indonesia yang hampir Rp
9.000 triliun, maka harus dilihat dari sisi perbandingannya yang tepat.
“Kalau
bicara sekarang PDB mencapai hampir Rp 15.000 triliun berarti bisa
dilihat rasionya Rp 9.000 triliun terhadap Rp 15.000 triliun kan seperti
itu, Jadi kalau bandingkan apel dengan apel, karena sering kan
ngomongin Rp 9.000 triliun terus kemudian datangnya pemerintah seperti
gimana? Dari dulu pemerintah kan mengelola APBN,” ungkap dia.
Untuk
tugas Kementerian Keuangan adalah mengelola utang pemerintah yang per
Mei 2018 mencapai Rp 4.169,09 triliun. Menurut Mantan Direktur Pelaksana
Bank Dunia angka tersebut masih aman lantaran rasionya di bawah 29%
terhadap PDB.
Panjaitan menegaskan kepada Prabowo agar berhati-hati berbicara tentang
utang. Dia bahkan menilai Prabowo tidak mengerti soal utant negara.
“Kalau nggak ngerti nggak usah diomongin lah, kita ini kan nggak bego-bego amat, tahu lah kita itu semua. Nggak usah,” kata dia.
Luhut
pun mengatakan, pemerintah memahami persoalan utang Indonesia. Dia juga
menuturkan, pihaknya tak ingin membebani generasi ke depannya.
“Jadi
saya titip aja, kamu anak-anak muda harus bisa bedakan berita yang
bener, nggak bener. Kita paham angka-angka itu, jadi kalau orang bicara
utang-utang kalau nggak ngerti jangan ngomong. Kita nggak bego, masa
turunin sama kalian yang berutang,” jelasnya. [danang/detikfinance]