Berita  

Prabowo Subianto Selalu Muncul Saat Ada ‘Ketegangan’ di Negara Indonesia

Rimanews prabowo13 hut RI
Dok; Prabowo Subianto (Tengah)

JAKARTA, SriwijayaAktual.com – Selama dua tahun pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla, bangsa kita
mengalami beberapa ketegangan yang cukup menguras tenaga, bahkan
mengancam persatuan negara. Dalam upaya meredam tensi politik tersebut,
ada nama yang selalu dilibatkan oleh Presiden Jokowi, yakni rivalnya di
Pilpres 2014 Prabowo Subianto. 
Yang patut dicermati adalah Pertama, Presiden Jokowi lebih memilih bertemu
Prabowo untuk mendinginkan suasana, ketimbang tokoh politik lain,
misalnya Susilo Bambang Yudhono, yang justru tidak pernah menjadi rival
politik vis a vis dengan dirinya. Yang mengetahui secara pasti
tentu hanya Jokowi.Namun, masyarakat bisa menilai bahwa Jokowi
kemungkinan lebih nyaman ketika berbicara dengan mantan menantu Soeharto
itu, ketimbang duduk berdua dengan SBY.
Kedua, Jokowi memiliki pertimbangan bahwa Prabowo memiliki
jaringan dan pendukung di akar rumput yang lebih kuat ketimbang SBY,
terutama dari basis massa Islam. Di samping itu, gaya diplomasi Jokowi
yang ingin mendamaikan semua orang kemungkinan turut mempengaruhi
pilihannya bukan pada SBY, karena dapat menyinggung Ketum partainya,
yakni Megawati Soekarnoputri. Semua orang mafhum bahwa perseteruan SBY
dengan Megawati terkesan sangat mendarah daging.
Baca Juga Ini; Rencana Aksi Ratusan Ribu Umat Islam (4/11/2016), Prabowo: Selesaikan Dengan Sejuk dan Damai
Jika kita rekam, sejumlah peristiwa yang di dalamnya Presiden Jokowi harus bertemu Prabowo Subianto, antara lain:
Sebelum Pelantikan
Tiga hari menjelang pelantikan presiden pada 20 Oktober 2014,
Jokowi mengunjungi Prabowo di kediamannya di Jalan Kertanegara, Jakarta.
Pertemuan Jokowi dan Prabowo din pagi hari tersebut tergolong
signifikan karena suasana politik kala itu sangat panas. Pertemuan
Jokowi-Prabowo yang hanya empat mata juga berdekatan dengan ulang tahun
Prabowo ke-63.
Jabat erat, senyum dan sederet pernyataan teduh dari kedua tokoh
usai pertemuan mampu mendinginkan suasana politik yang saat itu masih
memanas pascapilpres.
KPK vs Polri
Kisruh cicak versus buaya jilid II menjadi isu politik terpanas
pertama usai Jokowi menjabat. Kala itu, KPK menetapkan calon Kapolri
Komisaris Jenderal Pol Budi Gunawan sebagai tersangka kasus korupsi. Di
sisi lain, Polri juga menyeret ketua KPK Abraham Samad dan wakilnya
Bambang Widjojanto sebagai tersangka.
Suasana menjadi tegang karena kedua institusi penegak hukum
terkesan saling sandera. Masyarakat pun turut menyumbang bara melalui
demonstrasi dan sejumlah media sosial. Di situasi seperti ini, Jokowi
pun mengundang Prabowo ke Istana Bogor pada 29 Januari 2015.
Dalam pertemuan tersebut, Prabowo mengakui jika dirinya diajak bicara terkait isu yang sedang berkembang.
“Tadi kita singgung sebentar komitmen beliau memperkuat, menjaga
semua institusi negara, saya juga dukung baik Polri dan KPK sama-sama
harus kita jaga,” mengutip pernyataan Prabowo usai pertemuan.

Prabowo juga menegaskan akan mendukung langkah-langkah yang diambil
pemerintah. Suasana menjadi reda ketika Budi Gunawan menang pada gugatan
praperadilan, dan Jokowi membatalkan pencalonannya. Kasus Abraham dan
Bambang juga dideponering melalui putusan Kejaksaan Agung.

Yang juga menarik dalam kasus tersebut adalah Jokowi tidak
“sowan” ke SBY: padahal, pimpinan KPK yang masih aktif dipilih di
eranya.
Kisruh Pilkada DKI 2017
Kasus terakhir ini dipicu tuntutan untuk mengadili calon petahana
Basuki Tjahaja Purnama terkait kasus penistaan agama. Sebelum demo
akbar yang dikoordinir beberapa Ormas Islam pada 04 November kemarin,
Jokowi juga mendatangi kediaman Prabowo di Hambalang.
Resonansi kasus penistaan agama yang dituduhkan ke Ahok menggema
ke mana-mana, bahkan hingga dituding awal dari impor konflik sektarian
seperti di Suriah dan Irak. Oleh sebagian kalangan, kasus tersebut
dinilai sebagai kesempatan untuk menjegal kesempatan Ahok menjadi
gubernur untuk kedua kali. Bahkan, ada kekhawatiran demo diarahkan untuk
menggoyang pemerintahan Jokowi.
Oleh karena itu, Jokowi merasa kembali perlu untuk mengunjungi
Prabowo. Untuk membicarakan persoalan ini, Prabowo sebenarnya bersedia
untuk mendatangi Istana Negara, demi menghormati Jokowi sebagai pemimpin
tertinggi.
Namun, Luhut binsar Pandjaitan sebagai penyampai maksud kunjungan
presiden meyakinkan Prabowo jika kunjungan Jokowi kali ini adalah untuk
memenuhi janji pada 2014, yakni besilaturahmi ke kediaman Ketum
Gerindra itu di Hambalang, Bogor, Jawa Barat. Akhirnya, Prabowo pun
sepakat menjadi tuan rumah.
Keakraban yang ditunjukkan keduanya mampu menjadi peredam rencana
demo besar-besaran oleh massa umat Islam  dari seluruh Indonesia, di samping peran
maklumat dari NU dan Muhammadiyah yang secara kelembagaan tidak
menganjurkan untuk turun ke jalan.
Baca Juga Ini; Aksi 4 November, Yusril; Minta Presiden RI Jokowi Jangan Lari Dari Masalah, Cepat Buktikan Bertindak Secara Hukum
Pada pertemuan tersebut, kedua tokoh nasional membicarakan
seputar keamanan, ekonomi nasional, sampai urusan berkuda. Jokowi dan
Prabowo menemukan titik kesepakatan bahwa negara ini harus dikelola
dengan demokrasi yang baik. Boleh saja orang berbeda pendapat dalam
berpolitk, tapi persatuan harus nomor satu.
Prabowo dan Jokowi dapat dijadikan model politik di Indonesia
bahwa rivalitas politik itu biasa, tapi persahabatan harus tetap
dipegang sehingga tidak melahirkan dendam kesumat. Keduanya harus
dijadikan teladan oleh elit-elit di Indonesia tentang bagaimana
seharusnya menjadi pemimpin pada koridor yang benar. (*)

Sumber, rimanews