Berita  

Rizal Ramli Tawarkan Ide & Cara Indonesia Agar Jadi ‘BASKOM’ Pangan Asia Tenggara dan Asia Selatan

IMG 20180213 173143
Ekonom senior yang juga mantan Menteri Kemaritiman Rizal Ramli (tengah)
bersama Kelompok Tani Sahabat melakukan panen raya di Kampung
Penggalang, Ciruas, Serang, Banten, Selasa (13/2/2018). Rizal Ramli bersama
petani setempat mendesak pemerintah agar menghentikan impor beras agar
tidak menjatuhkan harga gabah dalam negeri karena masa panen raya sudah
mulai. Jika irigasi persawahan dapat ditata dengan baik, maka Indonesia
bisa memanen padi sebanyak tiga kali dalam setahun. Karena memiliki
sinar matahari dan sumber air yang berlimpah. AKTUAL/HO
SERANG-BANTEN, SriwijayaAktual.com  – Ekonom senior, Dr Rizal Ramli, menginginkan Indonesia
menjadi mangkok pangan Asia Tenggara dan Asia Selatan. Tak hanya mimpi,
Rizal punya terobosan agar apa yang diharapkannya itu bisa terwujud.
“Saya ingin Indonesia jadi mangkok atau baskom atau lumbung pangan Asia Tenggara dan Asia
Selatan. Kenapa? Musimnya bagus kok, matahari ada, hujan ada. Nah, kamu
kebayang enggak di Skandinavia matahari terbit hanya tiga bulan dalam
setahun, mesti tanam dan menyimpan hasilnya untuk kebutuhan setahun.
Kita bisa panen tiga kali dalam setahun,” kata Rizal kepada wartawan
usai menghadiri acara panen raya yang diselenggarakan Sahabat Tani di
Desa Penggalang, Kecamatan Ciruas, Serang, Banten, Selasa (13/2/2018).
Dengan musim panen tiga kali dalam setahun, kata Rizal, Indonesia
tidak akan kekurangan stok beras. Tapi, perlu dilakukan sejumlah langkah
memperbaiki jaringan irigasi serta membuka 2 juta hektar sawah baru
untuk meningkatkan produksi padi nasional.
“Saya ingin Mentan dan pemerintah bangun sawah baru 2 juta hektar di
Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, sebagian Sumatera, dan Membramo di
Papua yang sangat subur. Kalau 2 juta hektar, kita bisa bangun tiga
tahun. Caranya, para buruh tani yang tidak miliki lahan ditempatkan di
sana atau transmigrasi ke daerah itu,” kata mantan penasihat ekonomi
Perserikatan Bangsa-Bangsa itu.
“Kalau itu bisa dilakukan, misalnya produksi 4 juta ton per hektar,
itu bisa jadi 8 juta ton, kita surplus. Jadi, kalau ada el nino yang
bisa mengurangi 3 juta ton gabah, itu tidak masalah, karena kita masih
punya surplus 5 juta ton,” sambung dia.
Selain itu, tambah RR, perlu ada kebijakan yang mendukung perbaikan
kesejahteraan petani. Misalnya, Bulog membeli gabah langsung dari petani
sehingga petani bisa menerima utuh harga jual gabah seperti yang
ditetapkan karena tidak dipotong oleh tengkulak. Pengadaan bibit padi
unggul dan subsidi pupuk bagi petani adalah pekerjaan lain yang harus
dilakukan.
Menko Perekonomian dan Kepala Bulog di era Pemerintahan Gus Dur ini
menambahkan, kelebihan beras yang ada bisa digunakan untuk membantu
negara tetangga yang membutuhkan. Hal ini seperti terjadi di zaman
Soeharto, di mana Indonesia bisa memberi pinjaman beras ke Vietnam.
“Di negara lain, kalau tidak ada beras atau kebutuhan pangan
masyarakat terganggu, negaranya bisa jatu. Jadi, kekuatan buat Indonesia
adalah diplomasi pangan, karena kita surplus 8 juta ton. Kalau kita
banyak membantu negara lain dengan beras, untuk kasus Palestina
misalnya, sikap negara-negara lain pasti ikut Indonesia karena pangan
mereka tergantung kita,” ujar tokoh yang pernah disebut sejumlah lembaga survei
pantas menjadi Cawapres buat Jokowi di Pilpres 2019 ini. [selly.ak/rmol]