SriwijayaAktual.com – Mati suri merupakan fenomena yang jarang terjadi. Biasanya, seseorang akan dinyatakan meninggal karena jantung dan nafasnya telah berhenti.
Namun, beberapa jam kemudian orang tersebut kembali terjaga seakan baru bangun dari tidur. Dibalik fenomena langka ini biasanya juga ada kisah yang bisa menjadi pelajaran bagi orang lain.
Disamping itu, mati suri juga merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah SWT yang telah menciptakan dunia seisinya.
Dilansir tribunnews.com, September 2017 lalu, kisah ini menceritakan tentang Abdullah bin Umar Al Baidlawi. Ia sudah dianggap meninggal oleh orang-orang di sekitarnya.
Sanak saudara dan para tetangga pun segera mengurus jenazah pria yang semasa hidupnya dikenal sebagai ulama tersebut. Ia juga segera dikebumikan di pemakaman setempat.
Namun, siapa yang tahu ternyata Abdullah sebenarnya belum benar-benar meninggal. Ia hanya mati suri, jantung dan napasnya hanya berhenti sementara. Saat terjaga, ia menyadari bahwa dirinya sudah berada dalam kubur. Karena ingin segera keluar, ia pun bernadzar.
“Jika saya bisa hidup kembali ke dunia sebagaimana semula, aku bernadzar akan menafsiri Al-Qur’an.” ujarnya dengan penuh niat.
Tak disangka, beberapa saat kemudian ada seorang pencuri kain kafan yang menggali kuburan sang ulama. Pencuri ini sangat kaget dan ketakutan saat jenazah yang kuburnya ia gali tiba-tiba bergerak sendiri.
Si pencuri segera berlari saking takutnya. Namun, Abdullah segera berteriak memanggilnya. Ia pun mengatakan sudah tahu maksud si pencuri yang akan mengambil kain kafannya.
“Sekarang, bawalah kain kafanku ini dan katakan kepada orang kampung suruh mereka mengirimkanku pakaian kemari,” kata Abdullah kepada si pencuri. Setelah itu, warga desa segera datang untuk menyaksikan keanehan tersebut.
Abdullah pun melakukan apa yang telah dinadzarkannya. Ia menyusun sebuah tafsir Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil yang dikenal dengan Tafsir Al-Baidlawi.
Sementara itu Habib Abdullah bin Abdurrahman Al-Muhdlar dari Hadramaut, Yaman yang menyampaikan kisah ini menegaskan bahwa manusia hanya bisa memutuskan berdasarkan tampak lahir saja. Tapi, hanya Allah yang maha tahu.
“Seperti dokter di akhir zaman ini yang langsung memvonis mati salah satu pasien, misalnya. Mereka tanpa mengatakan allahu a‘lam. Padahal ini hanya pengetahuan saja. Bukan hakikat sebagaimana yang terjadi dalam cerita di atas,” lanjutnya.
Habib Abdullah menjelaskan, mengurus jenazah memang harus cepat, tapi jangan terburu-buru. Setidaknya pastikan dulu bahwa jenazah telah benar-benar mati dengan 3 hal, yaitu hidung sudah melenceng seperti meleleh ke samping, telapak kaki sudah tidak tegak ke atas, dan mulut yang berbau busuk. [***]