Berita  

Setelah Disemprot Media Rusia, Ketua DPP PSI Tsamara Amany Ungkap Data Soal Rusia Negara….

Tsamara Amany[ist/dok/net]

JAKARTA, SriwijayaAktual.com – Politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Tsamara Amany angkat bicara terkait sanggahan yang diberikan dari Rusia Beyond The Headline  Indonesia. 
“Saya sangat memahami keberatan RBTH. Sebagaimana tercantum dalam
laman FB-nya, RBTH adalah sarana kampanye Rusia di dunia internasional.
Karena itu, sangat wajar bila RBTH wajib membela citra Putin di dunia
internasional,” ujar Tsamara, seperti dilansir dari media
Tribunnews, Jumat (6/4/2018).
Ia merasa perlu menjelaskan komentarnya tentang Putin karena
menurutnya, pernyataan itu dia lontarkan semata ditujukan pada publik
Indonesia.
Hal ini, lanjut dia, merujuk pada pernyataan Waketum Partai Gerindra
Fadli Zon yang mengimbau masyarakat Indonesia untuk mencari pemimpin
seperti Putin, sebagai pengganti pemimpin yang ‘planga-plongo’.
Tsamara berpendapat pemimpin yang ‘planga-plongo’ itu hampir pasti ditujukan pada Presiden Indonesia, Joko Widodo.
Lebih lanjut, seperti dikatakan dalam status RBTH, ia menilai tentu saja Fadli berhak untuk mengagumi Putin.
“Tapi saya juga wajib mengingatkan masyarakat Indonesia bahwa
pemimpin seperti Putin, bukanlah pemimpin layak bagi Indonesia yang saat
ini berkomitmen memperjuangkan demokrasi dan memerangi korupsi,”
ungkapnya.
Ketika mengkritik Putin, Tsamara menegaskan bukan berarti dirinya
kemudian anti terhadap rakyat Russia yang memiliki peradaban luar biasa.
“Ini sama saja ketika kita mengkritik Donald Trump dan cara-caranya
memenangkan pemilu dengan menggunakan politik identitas, bukan berarti
saya membenci rakyat Amerika Serikat,” imbuhnya.
Berita Terkait: Media Rusia sebut Ketua DPP PSI Tsamara Amany Politikus Dangkal Wawasan dan Perlu Banyak Belajar lagi
Menurutnya, penilaian tentang kualitas Putin adalah  diktator, otoriter
dan membiarkan korupsi terorganisir, sudah banyak dikemukakan media dan
lembaga-lembaga riset ternama di negara-negara demokratis dunia.
“Saya hanya merujuk pada analisis-analisis tersebut. Misalnya, survei
The Economist tahun 2017 masih menempatkan Rusia sebagai negara dengan
rezim otoritarian,” tandasnya. (ak/trib)

Spesial Untuk Mu :  "Pilpres 2019 Telah Selesai, Pemenang Pilpres Sudah Jelas Adanya"