OPINI,
SriwijayaAktual.com – *
dd nana
Langsung saja ya. Tahu bokep? Yang menjawab tidak saya ucapkan alhamdulillah. Bagi yang ngangguk guk, guk, saatnya berhenti deh. Bentar lagi puasa. Kasihan juga terpedo (nukil bahasanya Enny Arrow) loe yang diciptakan bukan untuk kesenangan diri sendiri. Tapi untuk beribadah juga lo. Sama dengan organ tubuh lainnya yang dicipta untuk menjalankan kebaikan melalui fungsinya.
Tapi, tentu tidak fair kalau saya tidak menjelaskan apa itu bokep. La wong saya sudah buat judul tentang itu. Konon, dari penyisiran Mbah Google yang tidak pernah menolak suatu permintaan, kata bokep ini ternyata memiliki sejarah panjang juga. (Mohon diingat saya nulis sejarah di kalimat itu bukan sok jadi sejarawan. Tapi saya ingat sebuah ucapan, bahwa sejarah dicatat oleh para penulis yang berdiri di belakang para pemenang).
Kata bokep berasal dari BF singkatan blue film dan biasa dilafalkan kita seperti ini Be-Ep. Tapi, ternyata kita kurang nyaman dengan lafalan tersebut. Maka, disisipkanlah kata OK ditengah kata asli tersebut. Kata OK, konon merupakan sisipan yang populer di tahun 1970 dan menjelma menjadi bahasa Prokem atau bahasa gaul pertama kali di Indonesia. Bahasa Prokem ini juga yang menjadi pintu bagi berkembangnya beberapa bahasa gaul baru di Indonesia.
Balik ke Bokep yang lahir dari kata Be-Ef. Karena ada dua huruf vokal berurutan dijadikan satu sehingga menyisakan kata Bep. Disisipin kata OK, maka jadilah B-OK-EP. Jelas kan? Kita bungkus ya, biar tidak kemana-kemana.
Nah, Bokep ini merupakan tontonan yang dulu susah banget untuk dilihat. Selain karena filmnya yang masih bentuk bata (bener-bener kayak bata, baik bentuk dan ukurannya). Juga yang punya pemutar film, dulu, bisa dihitung dengan jari. Tapi, setelah revolusi teknologi semakin gokil (Gila), bokep seperti mie. Gampang didapat dan dinikmati dimana pun. Cukup punya paket data dan telepon pintar, jadi. Yang melarat paket data, bisa nebeng di tempat-tempat umum yang ber wifi. Jadi deh.
“Terus apa hubungannya dengan judul diatas Kib. Ko seneng e muter-muter, kriwal kriwul koyok rambutmu kuwi, ” semprot Sukron tak sabaran dengan celotehan Sokib si peramal togel yang ternyata fasih juga berkata-kata panjang sok ilmiah.
“Dengan Bokeh? ” Sokib malah bertanya dapat semprotan Sukron yang punya daya fantasi tinggi (kalau nyangkut masalah humanisasi =hubungan seks manusia laki-laki dan manusia perempuan).
Bokep yang berisikan hubungan paling purba manusia, yaitu humanisasi (pake arti diatas ya.. Jangan pake arti ilmiah lo) saat memasuki industri mengalami pergeseran fungsi. Dari yang murni menuju yang semu. Dari fungsi melanjutkan keturunan menepi kepada kesenangan nafsu sesaat.
“Ada pengaburan dalam humanisasi tersebut. Duh kah kok humanisasi sih. Dah salah diteruskan, ” protes Sokib yang langsung aku getok kepalanya. (La wong tokoh rekaan kok protes sama penciptanya. Kurang ajar kan).
Pengaburan ini dalam dunia fotografi di sebut Bokeh. Bokeh ini diserap dari bahasa Jepang. Blur, kata orang-orang Barat mah.
Nah, bokep ini juga dibuat untuk melakukan pengaburan atas humanisasi antara manusia berbeda jenis bahkan sesama jenis (Kib jo protes, tak getok meneh kapok kon). Dalam bokep yang menonton fokusnya dialihkan. Walaupun sama-sama membuat basah organ diantara kedua kaki. Tapi tujuan dan fungsinya di out of focus kan. Humanisasi yang dibenamkan oleh pencipta untuk melanjutkan keturunan agar agama memiliki penerusnya di dunia, oleh industri penghasil bokep malah dibuang-buang percuma. Ada yang dibuang di WC, dibuang di celana karena tidak kuat nahan sampai ada yang dibuang di tempat yang bukan muhrimnya.
Bokep telah membokehkan mata kita yang sangat terbatas fungsinya. Mata kita hanya menyerap ah uh oh sepasang manusia (beda jenis kelamin atau pun sama) untuk kepentingan yang sesaat dan tentunya fana dan tentunya dosa (?).
“Terus selain bokep apa yang bisa membuat kita terbokehkan?” tanya Sukron.
“Harta, Tahta, Wanita. Tiga makhluk ini yang menjadi taman bermainnya para penggoda yang sejak nenek moyang kita belum bangun dari tidurnya sampai sudah bisa jalan-jalan saat di surga, ” jawab Sokib yang entah kenapa malam ini begitu terlihat cerdas di mata Sokib.
Manusia unggul di dunia kerap jatuh dengan tiga makhluk tersebut. Misalnya dulu aktivis yang kerap menyuarakan kebenaran dengan slogan vox populi, vox dei nya, setelah mendapat jatah tahta, lupa sudah dengan ludahnya yang kadung jatuh ke tanah.
Ada yang tidak butuh tahta, tapi hartanya selaut dan kerap menyampaikan, ” ke laut aje daripada gue jadi politikus,” jadi broker-broker tahta dan juga wanita.
“Industri bokep juga lahir dari mereka yang hartanya kaya lautan Kron. Tapi g gelem blas duduk dipemerintahan. Selain industri bokep mereka juga membiakkan industri lain. Industri pendidikan yang membokehkan mata hati manusia, ” lanjut Sokib sambil menggigiti kacang rebus.
“Industri pendidikan kok membokehkan toh? ” tanya Sukron.
“Gimana tidak membokehkan la wong pengajarannya tentang cara menghoax, menjustifikasi sesama saudara bejad, kafir. Ajarannya untuk saling membantai saudara sendiri, ” jawab Sokib.
“Jadi masih bagusan bokep ya Kib. Walau membokehkan mata kita tapi yang rugi kita sendiri kan? ” lanjut Sukron.
Gundulmu Kron.
*Penikmat Kopi Lokal Gratisan