![]() |
Mohtar Yunianto menunjukkan peralatan deteksi banjir dengan tenaga surya. (Foto: qomarul H) |
Bengawan Solo yang kondisinya tergolong kritis. Kenyataan ini mendorong
Mohtar Yunianto SSi MSi untuk merancang alat deteksi pengukur ketinggian
air. Setiap terjadi kenaikan permukaan air, alat yang diberi nama SMaRT
FEWS memberikan laporan melalui Short Message Service (SMS) maupun di
website.
Sementara ini ia telah memasang di 10 titik untuk memantau ketinggian
air baik di kawasan Bengawan Solo, Ponorogo maupun Pati. Ia terus
berupaya untuk menyempurnakan laporan tentang ketinggian air. Selain
melaporkan dalam bentuk angka juga gambar.
optimis melalui SMaRT FEWS korban bencana akibat banjir bisa ditekan.
Bagaimana untuk banjir bandang seperti di Garut Jawa Barat, Mohtar
menjawab juga bisa diatasi. Tentu saja perlu dilakukan integrasi
sejumlah alat deteksi. Selain deteksi banjir yakni deteksi longsor dan
curah hujan.
Sementara sebelum terjadinya longsor, biasanya ada tanda-tanda yang
terlihat. “Jadi bencana banjir atau banjir bandang serta longsor bisa
dideteksi melalui alat. Dengan adanya peringatan dini dari alat itu kita
bisa mengantisipasi untuk menekan adanya korban jiwa.”
Jadi dalam kondisi apapun alat itu bisa berfungsi karena setiap hari
mendapat suplay daya dari sinar Matahari. Sebenarnya selama ini pihak
pengelola sungai sudah memasang alarm banjir. Namun ketika kondisi air
naik alarm tidak berfungsi. Keluhan para penjaga pintu dan warga
ditangkap Mohtar dan dibuatlah SMart FEWS yang laporannya langsung
ditangan mereka.
mendapatkan penghargaan dari UNS yang diserahkan Ketua LPPM Prof Drs
Sulistyo Saputro PhD dalam Lokakarya nasional Strategi Pemasaran Produk
Hasil Riset dalam menghadapi pasar bebas Asean di Hotel Dana Solo,
Selasa (27/9/2016). Ada tiga peneliti yang mendapatkan penghargaan, selain
Mohtar adalah Drs Iwan Yahya MSi (riset menekan kebisingan) dan Ahmad
Marzuki MSi PhD (Sensor bobot kendaraan berjalan). (Red/krjogja)