SRAGEN-JATENG, SriwijayaAktual.com  – Memasuki musim kemarau,
gas elpiji ukuran 3 kg di sejumlah wilayah Kabupaten Sragen dilaporkan
mulai langka. Banyaknya petani yang memakai elpiji untuk bahan bakar
irigasi pertanian juga memicu kenaikan harga elpiji ‘melon’ hingga
tembus Rp 22.000 per tabung.
Kelangkaan gas elpiiji bersubsidi ini diketahui sudah terjadi sepekan
terakhir seiring kekeringan yang terjadi di sejumlah wilayah Sragen.
Sejumlah warga di sebagian besar kecamatan berbasis pertanian, seperti
Sidoharjo, Tanon, Gondang, Sambirejo, Sambungmacan, dan Ngrampal
mengeluhkan hal yang sama, hilangnya gas elipiji melon.
“Sudah sepekan terakhir gas sulit didapat. Kadang antre di pangkalan,
begitu datang langsung habis dan antrenya lama,” ujar Suparno, salah
satu petani asal Dukuh Ngamban, Desa Gawan, Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah (Jateng),
Minggu (30/7/2017), dikutip dari KRjogja.
Menurut Suparno, musim kemarau ini para petani memang banyak yang
memburu gas elpiji 3 kg untuk bahan bakar mesin diesel irigasi. Untuk
luasan seperempat hektare, biasanya membutuhkan 3 tabung elpiji 3 kg
untuk sehari semalam menghidupkan mesin diesel.
Padahal, sebagian petani yang lahannya lebih luas ada yang punya dua
mesin diesel, sehingga sekali menyedot bisa habis enam tabung. Pihaknya
berharap pemerintah bisa lebih peka untuk memberikan tambahan kuota
elpiji demi menyelamatkan lahan padi yang saat ini sudah memasuki masa
pertumbuhan.
Petani lain asal Dukuh Karanganom, Desa Taraman, Kecamatan Sidoharjo,
Suyatmi mengatakan, para petani di desanya juga banyak yang membutuhkan
elpiji untuk mengairi sawah. Kondisi ini berimbas pada kenaikan harga
di pasaran. Di pangkalan harga jual bisa mencapai Rp 17.000-Rp 18.000,
sedangkan di pengecer atau kios bisa menembus angka Rp 20.000.
“Setiap hari selalu beli. Meski sulit, ya tetap dapat tapi harganya
Rp 20.000. Bahkan ada beberapa pengecer yang menjual hingga Rp 22.000
per tabung,” terangnya.
Kondisi serupa juga terjadi di wilayah Sragen timur. Wakil Ketua
DPRD, Bambang Widjo Purwanto menyampaikan, sudah sepekan terakhir
dirinya banyak mendapat keluhan minimnya elpiji di empat kecamatan,
yakni Gondang, Sambungmacan, Sambirejo, dan Ngrampal.
“Kalau harga relatif masih stabil. Tapi barangnya yang mulai sulit
didapat. Pengecer kesulitan dapat pasokan. Harga di pangkalan memang
berkisar Rp 15.500 sampai Rp 16.000, tapi kalau sudah di pengecer sampai
Rp 20.000,” tuturnya.
Politikus Partai Golkar itu mengaku tidak menyalahkan petani yang
banyak menggunakan elpiji untuk irigasi. Karena, realitanya penggunaan
elpiji dinilai lebih irit. Pihaknya meminta agar pemerintah bisa mencari
solusi dengan mengajukan tambahan pasokan ke Pertamina atau dengan
menggagas pembuatan sumur dalam.
Terpisah, Sekda Sragen, Tatag Prabawanto mengaku belum mendapat
laporan perihal kelangkaan gas itu. Dinas Perindustrian dan Perdagangan
diminta segera turun tangan untuk mengecek kebenaran informasi
kelangkaan itu. Terkait penambahan kuota di musim kemarau, hal itu
tergantung hasil pengecekan di lapangan apakah memenuhi kriteria
penambahan atau tidak. “Yang berwenang menambah itu Pertamina,”
tandasnya. (*)