Berita  

STRES atau Ogah?, ini Sapi Raksasa Sumbangan Jokowi Idul Adha 1440H kok Mberontak Keras Hendak Disembelih

SOLO-JATENG, SriwijayaAktual.com – Sejak diturunkan dari truk pengangkut
pada Sabtu petang (10/8/2019), sapi kekar berjenis simmental ini memang sudah
terlihat stress, sehingga cukup agresif dengan siapa saja yang
mendekat. Waktu itu, perlu setengah jam untuk bisa menurunkan sapi dari
truk pengangkut di muka Masjid Agung Solo ini.

Sapi belang dengan tiga warna kombinasi cokelat, abu-abu, dan hitam ini
baru bisa digiring ke kandang darurat di timur Kantor Sekretariat Masjid
Agung setelah tujuh orang petugas membantu menurunkan sapi sumbangan
presiden tersebut.

“Dari tadi malam itu memang sudah kelihatan stres. Sampai mau di
sembelih ini malah makin agresif,” kata salah satu panitia kurban,
Aridi, 68.

Pria parobaya ini bertugas menggiring sapi berjenis simmental seberat
1,5 ton dari kandang di timur kantor sekretariat menuju ke tempat jagal
di selatan Masjid Agung. Dia yang percaya diri mampu membawa sapi-sapi
secara mandiri itu akhirnya harus dibantu beberapa kawannya untuk
sekadar memindahkan.

Parahnya, si belang malah meronta-ronta saat hendak ditambatkan pada
sebuah pohon di lokasi jagal. “Nyludak-nyludak kepalanya. Kakinya juga
menendang-nendang ke berbagai arah. Jadi agak bahaya ini tadi,” jelas
Aridi seperti dikutip Radar Solo (Jawa Pos Group), Senin (12/8/2019).

Aksi kejar-kejaran Aridi dibantu rekan-rekannya dengan sapi presiden ini
akhirnya mengundang gelak tawa masyarakat yang hadir menyaksikan proses
penyembelihan. Hingga akhirnya semua terdiam dan fokus menyaksikan kala
sang jagal datang dengan bilah pisau tajamnya.

“Saya bawa tiga pisau. Satu pisau utama dan cadangan untuk menyembelih
sapi sepanjang 30 cm. Dan satunya pisau 20 cm untuk menyembelih
kambing,” ucap sang jagal, Muhammad Zaini Ihsan, 37.

Rupanya, si belang seakan tahu kapan akan disembelih dan langsung
meronta sejadi-jadinya saat melihat sang jagal membawa pisau tajam. Si
belang ngamuk, panitia pun langsung mengambil tali yang diikat di badan
si belang. Saking paniknya, panitia ikut kocar-kacir ketika si belang
hampir menyeruduk beberapa panitia yang ada di depannya. “Ini tadi ada
belasan orang, mungkin hampir 20 orang yang bantu menenangkan,” kata
Ihsan.

Hampir satu jam aksi kejar-kejaran itu terjadi. Sampai akhirnya tim
jagal berhasil menenangkan si belang. “In tadi ngamuk sampai-sampai
tiang bambunya lepas semua. Tendanya sampai mau roboh,” ujarnya.

Menurut dia, kesulitan menenangkan sapi stres menjadi faktor utama
lamanya durasi penyembelihan sapi ini. Sapi yang agresif membuat petugas
jagal kesulitan mengarahkan kepala sapi ke arah kiblat sehingga membuat
proses penyembelihan sedikit memakan waktu.

“Sebenarnya kan sudah diberi tempat, tapi karena sapinya marah,
lari-lari, loncat-loncat makanya diputuskan disembelih di manapun tidak
masalah. Tapi kami masih utamakan masih bisa ke arah kiblat untuk
kepalanya,” jelas Ihsan.

Dari pengalaman dia menyembelih hewan kurban selama beberapa tahun ini,
pengalaman menyembelih sapi presiden kali ini menjadi momen menarik bagi
dia. Oleh sebab itu dia menyiapkan sejumlah teknik menyembelih,
mengingat leher sapi jenis ini memiliki daging yang begitu tebal.

“Daging lehernya saja hampir sekilan. Untung tadi tidak ada masalah
waktu disembelih. Tekniknya ya menggunakan setajam-tajamnya pisau,
secepat-cepatnya sembelihan. Jadi biar sapinya juga tidak tersiksa saat
disembelih,” bebernya.

Pengalaman berharga ini merupakan pengalaman paling unik yang pernah dia
alami dengan menyembelih sapi seberat itu. Apalagi pengalaman pertama
ini juga dia lakukan sebagai jagal baru Masjid Agung Solo pada Idul Adha
kali ini.

“Kalau jadi jagal sudah lama, tapi kalau di Masjid Agung ya baru pertama
ini. Sebelumnya yang menyembelih takmir yang sepuh-sepuh. Lalu ada
regenerasi dan saya dipercaya untuk ini,” ucap Ihsan.

Proses penjagalan yang dilakukan secara manual ini membuat alat khusus
yang disiapkan panitia jadi tak terpakai. Ukuran tubuh dan berat yang
terlalu besar membuat panitia kurban memutuskan tidak memakai alat warna
biru itu saat menyembelih sapi sumbangan presiden.

“Alat ini baru dan perdana dipakai hari ini. Latar belakangnya karena
banyak masyarakat yang menilai proses jagal manual terlalu menyiksa.
Makanya kami koordinasi dengan pemkot untuk membuat ini. Ternyata kok
biayanya besar sekali. Akhirnya kami ganti dengan model ini yang
inspirasinya didapat dari You Tube,” jelas Ketua Takmir Masjid Agung
Surakarta Muhtarom.

Pihaknya memang khusus menyiapkan sapi ini untuk menyembelih sapi hibah
dari presiden. Namun setelah ditimbang, berat sapi tidak memungkinkan
masuk alat tersebut. Sapi itu sangat agresif sehingga berpotensi
membahayakan petugas atau merusak alat jika dipaksakan. “Sapinya besar,
gemuk, kuat jadi kami putuskan manual,” jelas dia.[jpc]