Berita  

SUBHANALLAH…Merinding Kisah Perjuangan untuk Hidup & Sekolah, “Adek Berprestasi ini Ternyata Penganyam Besek”

*Manajemen Waktu Untuk Belajar dan Bekerja
Rita%2BLestari%2BSiswa%2BBerprestasi%2Bdan%2Btekun%2Bbekerja%2Bkreatif%2Banyam%2Bbambu
Rita Lestari belajar di dipan yang juga tempatnya menganyam besek. (Foto: Jarot S)

WONOSOBO-JATENG, SriwijayaAktual.comTANGAN Rita Lestari (13) cekatan menganyam lembaran
batang bambu yang dibelah tipis dan sudah dihaluskan. Tidak sampai lima
menit, bagian dasar besek sudah jadi. Lantas gadis cilik warga RT 04 RW 05
Dusun Kalipancer Desa Guntur Kecamatan Bener Purworejo itu meneruskan 
menganyam besek yang kedua. Selesai dua anyaman, Rita teringat dirinya
juga punya kewajiban untuk belajar.
Rita Lestari masih harus mengerjakan soal-soal dalam Ujian Nasional
Kertas Pensil (UNKP) jenjang SMP pada Jumat (5/5/2017). Diambilnya buku,
paket soal dan alat tulis. Rita tekun membaca materi pelajaran dan
mengerjakan contoh soal.

“Alhamdulillah tiga mata ujian bisa mengerjakan dan saya yakin bisa
lulus SMP,” ujar siswi kelas IX SMP 4 Kepil, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah (Jateng) itu, kepada wartawan, Kamis (4/5/2017), dikutip KRjogja.
Rita betul-betul serius ketika belajar. Sang ibu, Mahmudah (40) dan adik
tirinya Muh Toriq (2) seolah tahu bahwa gadis sulung itu harus sukses
mengerjakan soal ujian. Mereka memilih tidak mengganggu dengan menganyam
besek atau bermain di luar rumah.
Rita Lestari memang dari keluarga penganyam besek. Hidupnya pun tidak
semudah anak gadis sebayanya di desa. Ayah kandungnya sudah pergi tanpa
pamit dan tidak pernah kembali menafkahi keluarga itu. Mahmudah yang
menikah lagi dan melahirkan Muh Toriq, pun harus rela ditinggal suaminya
menghadap Sang Khalik. Padahal Mahmudah terlahir sebagai perempuan tuna
rungu wicara.
Akhirnya keluarga kecil itu berjuang sendirian mencari nafkah. Hanya
anyaman besek dan kerja serabutan yang menjadi andalan keluarga itu.
Pekerjaan yang tentu tidak akan menghasilkan uang banyak. Demi membantu
ekonomi, Rita tidak malu menjalani pekerjaan itu.
Dalam sehari, Rita mampu menganyam 20 besek. Namun saat ujian, hanya
buat sepuluh besek karena Rita harus membagi waktunya untuk belajar.
Setangkup besek buatan keluarga itu dijual Rp 900. Dalam seminggu,
keluarga itu rata-rata menjual 15 tangkup, senilai Rp 13.500.
Untuk mencukupi kekurangan itu, Rita kadang ikut membantu pekerjaan
rumah tangga di rumah kerabatnya. “Cuci piring atau menyapu, biasanya
saya diberi Rp 10.000,” katanya.
Satu-satunya cara yang ditempuh Rita dengan giat belajar dan hidup
prihatin. Rita mengaku kerap bangun malam untuk salat, lalu membaca buku
pelajaran. Selain itu, ia harus berhemat dengan tidak jajan di
sekolah.”Saya sudah tidak memikirkan masa lalu, sekarang harus jadi anak
pandai dan hidup prihatin. Setelah lulus melanjutkan sekolah, bekerja
dan memuliakan ibu,” tegas Rita.  
Prestasi gadis kecil itu juga patut dibanggakan. Rita Lestari selalu
masuk peringkat sepuluh besar rangking di sekolahnya. Bahkan pada tes
semester terakhir, ia meraih peringkat tiga terbaik. “Bukan peringkat
satu kelas, tetapi satu sekolah,” ucapnya.
Kerabat Rita Lestari, Aniyati (35) menambahkan, salah satu persoalan
yang masih mengganjal untuk mewujudkan cita-cita Rita Lestari adalah
ketersediaan biaya. Kendati pemerintah menggratiskan sekolah, namun
diperkirakan ada banyak komponen biaya lain yang harus ditanggung
keluarga itu.
“Belum tahu nanti, kami hanya bisa sarankan Rita melanjutkan ke
sekolah kejuruan, sehingga begitu lulus bisa langsung kerja,” ungkapnya. (*)