Berita  

‘Sudah Lama Kau tak Malu kepada Allah SWT’

Ilustrasi/Istimewa

SriwijayaAktual.com – WAHAI jiwa (an-nafs)! Berdoalah, dan merasa malu kepada-Nya, karena engkau terlalu lama tidak memiliki rasa malu kepada-Nya.
CELAKALAH
engkau! Engkau malu kepada makhluk; kepada orang-orang Mukmin dan
orang-orang kafir, kalau mereka melihat di dalam dirimu terdapat apa
yang membuat mereka menceIamu, sementara engkau tidak malu kepada Yang
melihat dan memantau banyaknya dosa-dosa dan buruknya kata hatimu
(dhamiruka).
Celakalah engkau! Tatkala engkau membawa wadah
keburukan. Engkau merasa resah dan takut kepada orang-orang jika mereka
mengetahui tentang sisi kejelekkannya … Maka kapankah engkau akan
memperbaiki hubunganmu dengan Allah SWT? jauh sekali!
Ingatlah mati,
seakan-akan seperti hamba yang buruk yang tidak tahu malu kepada Tuhan
Pelindungnya yang tidak surut dan berhenti dari kesalahan-kesalahannya,
yang tidak mengetahui kebaikan Tuhannya, kecuali saat tibanya
Perhitungan amal (hisab) dan pemutusan hukuman (al-iqab). Dengan
demikian, ingatlah akan kematian, dan masa-masa setelah kematian.
Apa
pendapat mu tentang orang yang benci kalau orang-orang melihatnya,
sebagai mana Allah juga membencinya kalau ia melakukan seperti itu,
namun engkau sendiri, hai jiwa, tidak malu kepada Allah, kalau sampai
Dia melihat apa yang dibencinya.
Malang bagimu dan mengejutkan!
Pada saat engkau membiarkan dan menyia-nyiakan kesempatan, dan engkau
melakukan apa saja yang dibenci oleh Allah. Lantas engkau mendekatkan
diri (taqarrub) kepada Allah justru dengan yang tidak diperintahkan
kepadamu.
Engkau mengamalkan ibadah-ibadah tambahan (nawafil),
engkau ber-amar maruf, melakukan nahi munkar, dan melakukan dakwah
sebagai kedok belaka yang menurut anggapanmu demi jalan Allah, engkau
pun terus berbuat seperti itu, engkau menyuruh orang untuk berbuat
padahal engkau sendiri tidak mengamalkannya, engkau juga memberi
larangan sedangkan engkau sendiri tidak menghentikannya.
Kemalangan bagimu maka dari itu engkau layak merasa malu.
Ratapilah
alas hilangnya kelembutan kasih dan Tuhanmu, semoga engkau akan malu
kepada-Nya. Sesungguhnya kelembutan kasihNya ada yang lahir dan ada yang
hatin. Meskipun dengan kelakuanmu yang buruk secara lahir dan batin,
Dia tetap melanggengkan kebaikan-Nya secara berlipat-lipat bersamaan
dengan kesinambunganmu dalam ragam perbuatan jahat.
Celakalah
engkau. Apakah engkau menjadi kafir? Ataukah engkau ragu-ragu akan
keberadaan Allah? Duhai, kecelakaanlah bagimu. Betapa buruk keadaanmu!
Engkau berada dalam kebinasaan, sementara engkau mengetahui hal itu.
Engkau tetap saja bersuka cita, berpaling dan tetap tidak peduli kepada
Allah, Kepada makhluk-Nya engkau malu, sebaliknya, engkau tidak memiliki
rasa malu kepada-Nya!
Celakalah engkau! Kuatkah engkau menghadapi
murka-Nya? Tidakkah engkau meminta petunjuk? Karena engkau tidak merasa
resah ataupun sedih. Bahwa semua itu adalah kelalaian dan kelancangan
kepada-Nya!
Engkau telah terjerumus dalam kebimbangan dalam
urusanmu, wahai jiwa. Silih berganti dalam keterlenaan agar aku turut di
belakangmu dan engkau tidak mengharap keterlibatanku untuk membantumu.
Aku telah memberimu nasihat, namun kau tidak mengambil pelajaran,
ataupun sekadar bersedih. Aku telah mencelamu, tapi engkau tidak merasa
malu. Aku telah mengadukanmu kepada Dzat Yang mengajarimu, tapi kau
tidak mendekat untuk menyambut-Nya. Aku telah memohon kepadamu, tapi
engkau tidak membantu.
Aku tidak mengerti, apa yang harus aku
lakukan? Kepada siapa lagi aku meminta pertolongan, dan kepada siapa aku
harus meminta bantuan? Semoga kepada Rabb-ku kewibawaan yang menjadi
milikNya (jahuhu), memohonkan untukku sehingga berkenan memberi
syafaat-Nya dan memberiku jalan keluar. Aku tidak memiliki cara lagi
jika Dia tidak mengabulkan permohonanku!
Tuhan Pelindungku! Tidak
ada lagi Yang bisa diminta (Mathlab) untuk memberikan jalan kemudahan,
dan dengan pengulangan-pengulangan permohonan bantuan dan kesinambungan
pengaduan. Mudah-mudahan Dia akan mengasihani kelemahan, melenyapkan
kesengsaraan dan menyembuhkan sakitku, serta membangkitkanku dari
keterpurukan dan menyelamatkanku tatkala tenggelam.
Karena aku,
demi Allah, adalah si pendusta yang diberi penghalang (al-mastur) dari
antara hamba-hamba yang lain. Aku adalah orang yang binasa yang mendapat
keleluasaan, dan aku adalah orang yang tenggelam, yang masih bisa
bersukaria. [Al-Harits Al-Muhasibi/sufinews]

Spesial Untuk Mu :  'Jatah Zina Untuk Semua Manusia'